CHAPTER 20

139 23 8
                                    

Wanita dengan profesi dokter itu menidurkan kepalanya pada meja karena merasa sangat lelah setelah berjaga semalaman. Ini sudah bulan ketiga ia berkencan dengan Yoongi. Namun, penulis lagu itu banyak berubah dari pertama kali mereka bertemu.

"Hei dokter cantik."

Dia makin flirty.

Yewon menadahkan kepalanya, hendak melihat pria itu. Senyuman terukir dibibir kedua insan tersebut.

"Mau istirahat di atap?"

Yewon mengangguk atas tawaran Yoongi. Mereka naik ke lantai paling atas untuk sekedar beristirahat. Lagipula ini memang jam istirahat dan tugas Yewon hampir lengkap.

Di atap sana, Yoongi mengamparkan sebuah kain agar tidak mengotori pakaian Yewon. "Sini duduk."

Pria itu mengusap pucuk kepala Yewon, sementara wanitanya tertidur di pangkuannya. "Kamu udah makan?" Tanyanya.

Beberapa bulan berkencan. Yewon jadi tahu his love language is physical touch. Yoongi seringkali menyentuh kecil dan tiba-tiba. Seperti mengusap pucuk kepala, menggenggam tangan, memeluk, dan sesekali suka ndusel.

"Udah, kerjaan kamu udah beres?" Tanya Yewon balik.

Yoongi menggeleng kemudian menghela napas, "kali ini lumayan riweh kerjaannya."

Sang pacar menggenggam tangan pria, "kamu gapapa, kan? Jangan lupa istirahat, ya."

And her love language is word affirmation.

"Oh iya, minggu depan aku sama Kai bakal berkunjung ke Yuna. Aku udah bilang, kan?"

Yewon mengangguk. Ia tahu kalau pacarnya sempat berjanji kepada adiknya akan mengunjungi Yuna ketika kondisi sang adik telah membaik. Dan waktunya menepati janji.

Ia bilang akan menemani Kai sampai sekitar dua minggu. Kalau Kai bisa beradaptasi disana, Yoongi akan mempercayai Kai sendirian disana untuk menemani Yuna dan Ibunya.

---

Tiket pesawat terus Yoongi tatapi. Adik yang duduk di sebelah kakaknya itu menatapi sang kakak yang nampak galau. Sudah 10 kali Kai mengatakan bahwa ia bisa pergi sendiri. Namun kakaknya kukuh ingin menemaninya.

Ketika pesawat telah datang. Mereka mulai memasuki pesawat sesuai instruksi. Mereka akhirnya benar-benar naik pesawat dan pergi.

Mereka menempuh beberapa jam dalam perjalanan ini. Sang adik menyadari bahwa kakaknya ini tengah galau karena meninggalkan pacarnya beberapa hari kedepan.

"Ngeyel sih. Dibilang aku bisa sendiri kesana. Kangen sendiri kan jadinya. Padahal belom ada sehari acan."

Yoongi berdecih. Jujur Kai sudah meledekinya beberapa kali sehari ini. Bahkan dari kemarin. Ia memilih diam, malas membalasnya.

Setelah beberapa jam mereka di perjalanan. Mereka sampai di negara dimana Yuna tengah berobat.

Keduanya naik transportasi umum dan pergi ke suatu alamat dimana tersedia satu kamar kecil. Itu punya ibunya Yuna, pemberian gratis dari seorang profesor baik disini. Namun karena sang ibu menjaga anaknya 24 jam. Bahkan kamar itu terabaikan begitu saja. Jadi ibu Yuna mempersilakan adik-kakak itu sementara tinggal disana.

Setelah itu, mereka segera bergegas menuju rumah sakit dimana Yuna tengah dirawat. Disana Yuna duduk dikasurnya seraya makan. Sang gadis melambaikan tangan ke adik-kakak itu ketika melihatnya ada di depan pintu kamar.

Kai dan Yoongi memasuki ruangan Yuna. Ibunya mengabarkan kalau Yuna sudah melewati masa kritisnya. Kini kondisinya juga sudah membaik, namun masih dikatakan lemah. Bahkan belum diperbolehkan keluar kamar beberapa hari lagi.

Tangan Kai membelai lembut sosok Yuna yang masih terbaring lemah, "Aku udah tepati janji aku. Sekarang kamu harus tepati janji juga. Ayo sembuh, kamu pasti bisa."

Yuna membuat ekspresi aneh. Merasa geli, "please, Kai? Geli banget." Lalu ia tertawa lepas.

Sang kakak dari Kai tersenyum menggeleng-geleng melihat kelakuan anak muda yang ada di depannya.

"Kalian ngobrol aja dulu. Ibu tunggu depan kamar, ya?" Tutur wanita paruh baya itu. Ia juga mengajak Yoongi untuk duduk di kursi depan kamar rawat milik Yuna.

---

Yoongi melihat bagaimana hitamnya bawah mata Ibunya Yuna. Mengingat dulu ia sempat di posisi ibu ini. Dimana hari-harinya tidak tenang. Tidak bisa tidur. Makan tidak nafsu. Hati selalu khawatir.

"Ibu, sekarang boleh kok istirahat. Biar Kai sama saya yang gantiin jaga Yuna." Ucap Yoongi.

Saat itu juga wanita ini menangis. Menutup mulutnya rapat-rapat. Menangis tanpa suara. Perasaannya menjadi sedikit lega ketika tahu bahwa anaknya sangat amat beruntung mempunyai orang-orang yang peduli, selain dia, sang ibu.

Yoongi menepuk pelan punggung sang ibu yang sudah bertahan selama ini, "ibu sudah bekerja keras."

Hampir sepuluh menit wanita itu menangis sesepi mungkin. Setelahnya ia ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Ia menghampiri anaknya di kamar, dan mengatakan bahwa ia ingin istirahat di kamar yang sudah di sediakan oleh profesor.

Tentu sang anak meng-iya-kan keinginan ibunya. Yuna pun tahu, ibunya gak mungkin punya banyak waktu istirahat selama ini. Meski disediakan kamar pribadi, ibunya 24 jam berada di kamar rawatnya.

Setelah bangun dari tidur panjang. Yuna selalu memperhatikan sang ibu. Kantung matanya sangat hitam.

Ketika ibunya pergi dari rumah sakit dan beristirahat. Yuna kembali berkata kepada Kai, "serius, makasih banget udah dateng. Happy banget."

Memiliki makna: Akhirnya ibu bisa istirahat dengan benar, akhirnya kangen gue hilang.

Yoongi yang masih jadi pengamat di luar kamar akhirnya memilih untuk menelpon kekasihnya.

Namun tidak diangkat.

******

TBC

Heeey akhirnya sempet nulis lagi<3
Kali ini ga banyak ngomong. Semoga suka chapter iniiiiii💓

a reason she love him. (kim yewon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang