CHAPTER 18

127 32 4
                                    

"Kenapa Yuna belum ada kabar lagi?" gumam Kai cemas.

Ia melirik jam. Lima jam sebelum operasinya dilakukan. Ia sudah berpuasa ini dan itu. Namun bukan pada operasi miliknya, Kau lebih khawatir karena Yuna belum menghubunginya lagi sama sekali.

Ponsel bergetar dan menampakkan nomor Ibu Yuna. Segera Kai mengangkat panggilan itu. "Halo?"

"Nak.. Yuna.. kondisinya kritis." ucapnya lirih diujung panggilan.

Saking terkejutnya. Kai tak bisa berkata-kata lagi. Panggilan terputus, tangannya menjatuhkan benda kotak itu dari telinga.

Dadanya mulai sesak bersamaan dengan air yang mulai menggenang di pelupuk mata. Soobin yang niatnya menghampiri Kai untuk berbincang terkejut melihat Kai menangis.

"Kai? Lo kenapa! Hei? Coba sini lihat, jangan nangis."

Kai tetap menangis.

Soobin mulai ikut panik. Ia tidak tahu bagaimana menenangkan seseorang yang tengah bersedih. Instingnya hanya memberi petunjuk bahwa ia harus memeluk pria dihadapannya ini.

"Kenapa? Coba sini cerita."

Anak-anak pada ruangan pun ikut tertegun heran kenapa Kai menangis tiba-tiba seperti itu.

Tak lama Yoongi yang datang dengan senyuman, luntur seketika saat melihat Kai menangis. "Kai? Kamu kenapa?" Ia melirik Soobin dan remaja itu pun tidak mengerti kenapa Kai menangis.

"Hiks-- Ini salah kakak! Semua salah kakak! Hiks-- Kalau Kakak kasih izin aku ikut mengantar sampai bandara, aku bisa mastiin kondisi Yuna sekali lagi! SEMUA SALAH KAKAK!" Kai menangis histeris.

Ucapannya mematungkan Yoongi. Hatinya nyeri saat sang adik menyalahkan dirinya.

"Kalau Yuna meninggal, aku juga menolak untuk lanjut hidup!"

"KAI JAGA MULUTNYA!" Makian apapun akan Yoongi tahan, namun tidak untuk kata-kata seperti mengharapkan kematian.

Kai beranjak dari ranjangnya dan berlari menghindar. Yoongi ikut berlari dan meraih sang adik.

Namun Yewon menangkap Kai lebih dulu ketika berpapasan, "Kai? Ada apa? Kenapa kamu nangis?"

Yoongi menahan tangan Kai mencegah dirinya kabur, "Bicara sama kakak."

"Lepas brengsek!"

Yewon membelakkan matanya kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut adik Yoongi ini, "Kai bicaranya dijaga, dia kakak kamu!"

Dengan tenggorokan juga hati yang sakit. Yoongi mencoba mengesamping hal itu. Ia menarik paksa adiknya menuju tangga yang terhubung dengan atap.

"Apa? Bicara yang jelas kalau mau nyalahin kakak!"

"YUNA KRITIS SEKARANG! Hiks-- Kalau aku bisa nemenin dia, aku bakal mastiin bahwa dia baik-baik aja. Ini salah aku, kakak, ini salah kita!"

Yoongi sebenernya tipikal yang juga keras. Ia mengepalkan tangan kembali mencoba mengesampingkan sifatnya. Ia tidak boleh ikut geram, ini bisa menyulut emosi Kai, dan bisa saja ia berubah pikiran untuk dioperasi.

"Kamu tenang dulu ya dek," Yoongi meraih pundak Kai untuk menenangkannya. "Kakak janji, kita bakal berkunjung, tapi kamu harus sehat dulu."

"Yuna kritis! Dia koma, Kak!"

Yoongi memeluk adik tirinya ini. Melihat bagaimana Kai, ia sadar betapa sayangnya Kai terhadap Yuna, meski baru bertemu beberapa bulan.

"Yang kakak lihat, Yuna itu orang kuat, dia gak bakal nyerah gitu aja. Toh, kalian juga udah janji satu sama lain kan? Coba untuk percaya itu."

a reason she love him. (kim yewon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang