CHAPTER 14

140 38 16
                                    


Pagi ini Kai tidak seperti biasanya berada di ruang rawat yang semuanya berisi anak-anak. Dan semua ini, gara-gara Yuna.

Sebenernya seorang perawat hanya meminta Yuna untuk menjaganya, namun Kai malah ditarik juga untuk menjaga anak kecil.

Muka Kai menjadi masam. Yuna menyenggolnya, "ayolah, jangan masam gitu. Saling tolong menolong itu hal baik. Gak repot juga kok jaga anak-anak."

"Gak repot matamu," kini Kai sudah belasan kali bermain ampar pisang dengan beberapa pasien anak-anak yang ada di ruangan ini. Sedangkan Yuna bermain gunting kertas batu.

Tak

Seorang pasien anak lelaki berusia sekitar 7 tahun yang harus selalu cuci darah ini menyentil kening Yuna berasalan Yuna kalah. Namun karena Yuna tidak meringis sedikit pun sejak awal mereka bermain, anak lelaki itu memprotes sebal kepada Yuna.

"Kakak kok gak sakit?!" protesnya sebal.

Yuna lalu mulai meringis berlagak ia kesakitan agar anak kecil yang tengah bermain dengannya ini merasa puas. "Sakit kok, kakak pura-pura gak sakit aja, Dek."

Anak itu tersenyum lebar merasa senang. Kai menggeleng-geleng melihatnya, namun bohong jika ia bilang tidak merasa gemas dengan keduanya.

Setelah sekitar 30 menit. Perawat kembali dan mengambil alih pekerjaannya, perawat itu terus menerus berkata terimakasih sudah menggantikannya sesaat.

Mereka keluar dan anak-anak yang berada dalam ruangan kecewa.

Namun sudah saatnya Kai makan dan meminum obatnya, dan Yuna yang harus memeriksa keadaan tubuhnya.

Saat berjalan, mata Yuna yang terasa normal tiba-tiba pandangannya berputar, kepalanya tidak sakit namun napasnya sulit, ia juga tidak bisa menjaga keseimbangannya.

Akhirnya Yuna menyender berpegang pada tembok. Ia menarik napasnya perlahan, seperti biasanya, jika ia merasa dunia berputar. Tidak bicara apapun hingga merasa lebih baik.

"Na, lu kenapa? Pusing?" tanya Kai.

Yuna tetap memandang kosong ke depan dan tidak menjawab. Kai terus-menerus bertanya pertanyaan yang sama.

"Na! Yuna!" bising Kai yang agak panik.

Suara Kai yang bising memperburuk. Kini telinganya merasa berdengung, refleks tangannya menutup telinga.

Pandangannya masih berputar. Gadis itu mendudukkan bokongnya pada lantai, "Kai.. diem sebentar," Yuna masih mengatur napas dan menutup telinganya, "gua tambah pening kalo lu berisik, diem sebentar."

Perawat Minju datang dari ujung lorong dan melihat Yuna yang bersandar pada dinding. Juga Kai yang menatap Yuna bingung harus melakukan apa. Ia segera menghampiri keduanya.

Namun Minju tidak bersuara bising, takut memperburuk situasi Yuna, "Na, kalau udah mendingan, coba pegang tangan saya ya." ucapnya seraya mengulurkan tangannya.

Kai mengatakan apa yang Yuna rasakan berdasarkan apa yang dia lihat, "Sus, tadi Yuna bersandar  ke dinding, kayaknya dia lagi pusing, sekarang kayaknya telinga Yuna dengung."

Tangan Yuna meraih tangan sang perawat, "Udah mendingan, Suster. Ayo ke kamar." ucapnya dan berdiri dengan bantuan Kai juga Minju.

Kai menjaga tubuh Yuna agar tetap seimbang, matanya berubah khawatir akan pasien wanita itu.

Mereka sampai pada kamar rawat Yuna.

Dari pintu luar Kai melihat perawat Lea tengah memeriksa hal kecil dari Yuna. Mulai dari tekanan darah hingga suhu tubuh.

a reason she love him. (kim yewon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang