CHAPTER 13

136 37 24
                                    

"Kai bener, Gi." Dokter Jieun duduk disebelah Yoongi dan memberikan minuman dingin untuknya.

Beberapa jam yang lalu. Masih sangat melekat dipikiran Yoongi. Saat Kai lari dari rumah sakit. Sungguh Yoongi sangat khawatir, ia masih menyesali perbuatannya terhadap Kai.

Sekarang Kai tengah diperiksa oleh Yewon. Karena dokter Jieun sedang dalam ruang operasi tadi, jadi ia menyerahkan kepada Yewon agar memeriksa keadaan Kai.

"Harusnya anda juga mikirin diri anda sendiri," Jieun menyeruput minuman hangatnya. "Kalo saya di posisi Kai. Saya yakin punya pikiran yang sama dengannya."

Pikiran yang sama?

Yoongi terdiam berpikir mengenai pikiran yang dimaksud. Dokter Jieun tersenyum kecil ketika sadar Yoongi tidak paham maksudnya.

"Saya itu gak berguna!" ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya. "Saya hanya bisa merepotkan keluarga saya," ucapnya lagi masih menepuk-nepuk. "Bagaimanapun saya harap keluarga yang saya sayangi tetap memikirkan dirinya sendiri juga. Bukan hanya saya."

Pandangan Yoongi menunduk. Baru ia menyadari kemungkinan seperti itu yang ada pada pikiran adiknya. Meski Yoongi sepenuhnya tidak merasa direpotkan sedikit pun.

Tok tok

Pintu ruangan Dokter Jieun terbuka. Nampak Yewon disana dengan jas dokternya. Namun Yewon beku untuk beberapa detik, menatapi Yoongi. Ketika pria itu menoleh ke arahnya, Yewon segera mengalihkan mata dan pandangannya.

Yewon menggeleng kecil agar lepas dari melamunnya, "Kondisi Kai sudah stabil. Dan bentar lagi ada rapat untuk operasi pasien, Dok." ucap Yewon melapor.

Dokter Jieun tersenyum melihatnya. Yewon meninggalkan ruangan terlebih dahulu. Kemudian Jieun berdiri dan diikuti Yoongi yang juga harus keluar dari ruangannya.

"Gimana kalo sekarang ikutin apa kata hati, Pak Yoongi?" tanyanya kembali senyum-senyum merasa gemas dengan mereka berdua— Yoongi dan Yewon.

-

Saat Kai membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah sosok kakaknya yang tengah tertidur bersandar pada kursi. Sepertinya Yoongi semalaman menjaga Kai hingga akhirnya terlelap.

Terlihat Yuna yang berdiri di depan pintu ruangan. Kai mencoba berdiri perlahan. Takut membangunkan kakaknya. Kemudian ia menggiring tiang infus miliknya. Keluar dari ruangan menemui Yuna.

"Ada apa?" tanya Kai. "Oh? Masih di kursi roda?" Kai menambah pertanyaannya.

"Iya disuruh. Tapi udah lumayan kuat buat jalan. Gak bisa lama aja. Btw, katanya lu hilang, kabur kemana?" tanya Yuna balik.

"Taman deket rumah gua." jawab Kai dan Yuna membalasnya asin.

"Yaelah umur berapa masih kabur-kaburan? Tau gak banyak dokter sampai nyariin lu di sekitar rumah sakit." ucap Yuna.

Kai tidak membalas ucapan Yuna. Ia memilih untuk mengalihkan topik. "Gimana keadaan lu?"

"Gak memburuk juga gak membaik," jawabnya malas. "kalo gua mati tiba-tiba gimana, ya?"

"Mulut lu please deh!" omel Kai kepada Yuna yang dianggapi kekehan dari si gadis.

Mereka memilih berjalan-jalan sekitar taman, Kai seperti biasa dengan tiang infusnya dan Yuna dengan kursi rodanya. Sampai di taman, mereka mencari spot adem buat duduk. Alias taman tengah RS.

Yuna melepas kunciran pada rambutnya dan mengikat ulang rambutnya, gadis itu mengomel karena rambutnya sulit diatur.

Kai melihati Yuna yang tiba-tiba terlihat manis meski tengah mengomel. Sudah gila, Kai! Gila!

a reason she love him. (kim yewon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang