CHAPTER 15

141 35 20
                                    

"Gua baik-baik aja, Kai!" tegas Yuna meyakinkan Kai.

Sejak tadi Yuna dibuntuti Kai. Bahkan sekarang, jam periksanya, Kai tetap menunggu di depan pintu ruangan.

Yuna keluar dari ruangan dengan tiang infusnya. Kai bertanya dan Yuna menjawab bahwa kondisinya sudah jauh lebih stabil dan tidak perlu menggunakan kursi roda.

"Oh iya, hari ini gua bakalan keluar rumah sakit dulu. Ke pengadilan." ucap Yuna menatap Kai.

"Kenapa ke pengadilan? Ada masalah?" tanya Kai.

"Gua pernah cerita tentang bokap gua kan? Gua harap dia bisa dihukum. Kita berdua udah capek sama kekerasan dia." jawabnya.

Kai tidak membalas sesaat hinggs ia berkata memutuskan untuk ikut ke pengadilan dan mendukungnya disana, "Gua mau ikut."

Mata Yuna membelak, alisnya terangkat, "Kai, lu mana boleh?"

"Boleh! Gua mau izin dulu ke dokter Jieun," Kai tetap bersikeras. Ia berjalan mendahului Yuna dan menemui dokter Jieun.

---

"Dibilangin gak boleh, Kai!"

Ini sudah ke 27 kali Jieun mengatakan larangan kepada Kai. Namun dia tetap kukuh mau nemenin Yuna. "Please, Dok! Kai bakalan hati-hati. Yuna butuh temen, kalo tiba-tiba dia pening, atau tiba-tiba demam? Siapa yang bisa periksain? Dia sendiri gak bisa ngerasain dia demam atau enggak, ibunya bakal lebih fokus ke pengadilan nanti. Please, dok!"

"Kamu juga sakit, Kai! Kalian sama-sama pasien, kalo misal bukan Yuna tapi malah kamu yang drop gimana?"

"No! Yakin gak bakal drop! So, please let me!" ujarnya meyakinkan Jieun.

Jieun menggaruk mata dengan ujung telunjuknya, "Oke, tapi dengan syarat." Jieun melanjutkan, "bawa kakak kamu juga. Kamu bisa jagain Yuna, dan Yoongi bisa jagain kamu."

"Diterima!"

Kai segera mengambil ponsel pada saku baju pasiennya dan menelpon Yoongi, memintanya datang ke Cafe.

Tak lama Yoongi menampakkan wajahnya, ia duduk disebelah Kai dan menanyakan ada perihal apa. Kai menjelaskan.

"Kak, please, boleh ya?"

"Oke, kakak ikut."

"YES."

---

Kai harus terlambat 30 menit karena dia harus diperiksa kondisi tubuhnya terlebih dahulu. Setelah selesai, mereka segera menuju gedung pengadilan.

Saat sampai Kai dan Yoongi melihat Yuna di depan ruangan sidang. Wajahnya menunduk sedih. Dia berdiri seraya bersandar pada tembok.

"Yuna," panggil Kai. "Lu gapapa?" tanya Kai khawatir.

"Ayah gua harus dihukum, atau gak, kita bakal tersiksa lagi karena dia." Ia berdecih, "Lucu. Gua sedih kalau ayah gua bakal di penjara." Yuna menghela napas berat dan berjongkok memeluk lutut. "Padahal dia selalu bertingkah semaunya."

Seberapa kejam ayahnya Yuna. Dia tetap ayahnya. Sebuah luka menggores hatinya saat memikirkan ayahnya yang harus hidup di penjara, meski memang ayahnya salah.

Hidupnya juga bersama Ibunya selalu penuh dengan kekerasan sang ayah. Entah bagaimana ayahnya berubah sejak mengetahui penyakit Yuna ini.

Sakit hati, setiap ayahnya berkata bahwa Yuna adalah monster. Sakit fisik, ketika ayahnya melakukan kekerasan seperti memukulinya, hingga melukai mereka dengan benda tajam maupun tumpul dalam keadaan sadar ataupun mabuk.

a reason she love him. (kim yewon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang