5 - Syair Tanpa Suara 28 : 08

3.6K 471 169
                                    

Kantor Kepolisian Kota Seoul
Divisi kejahatan kekerasan

Berteman dengan catatan tindak kriminal bukan lagi jadi hal yang aneh bagi Namjoon. Namun melihat pria itu duduk anteng memandang layar ponselnya sampai tak ingat waktu, itu yang harus dipertanyakan. Seorang Kim Namjoon yang bahkan sering sekali lupa membawa atau bahkan menaruh ponselnya, kini malah terlihat seperti akan menikahi benda itu sekarang juga.

Sebenarnya tidak masalah, tapi ini beda situasi. Mereka sedang mendapat tugas untuk investigasi di dermaga yang katanya semalam dijadikan lokasi transaksi ilegal.

Jung Hoseok. Pria itu menghela napas kesal kala rekannya itu sama sekali tidak berpaling dari layar ponsel.

"Letnan Kim Namjoon" panggilnya dengan suara yang sengaja di beratkan, bermaksud agar panggilannya segera dibalas. Namun nihil, Namjoon masih sama seperti beberapa menit yang lalu.

"Kim Namjoon-ssi" kali ini Hoseok mencoba lagi. Masih dalam batas sabar. Tetapi dasar telinga ayam. Panggilan Hoseok yang sedekat itupun tak mampu Namjoon dengar.

Habis sudah kesabaran Hoseok. Ia menggebrak kasar meja kerja temannya itu seraya berteriak keras dan hampir saja melayangkan umpatan jika tidak ingat dia sedang ada dimana sekarang.

"YA! Namjoon-ah!!"

Namjoon terkesiap, berubah jadi patung dadakan ketika berhasil adu tatap dengan Hoseok. Ponsel yang tadinya ia genggam, kini merosot dari tangan dan akhirnya jatuh di pangkuan. Namjoon bungkam, dan beberapa detik kemudian ia baru bisa berkedip.

"A-apa?"

"Kau- Ya! Kita harus ke dermaga! Simpan ponsel mu. Kita tidak ada waktu untuk bermain-main!"

Merasa tidak terima dengan ucapan Hoseok, Namjoon lantas menarik pria itu agar duduk disampingnya. Meski awalnya bingung, namun Hoseok tetap menurut saja hingga tiba saat dimana Namjoon membuka sebuah file video di komputernya.

Dalam rekaman itu, terlihat seorang pemuda berdiri di hadapan kamera menggunakan setelan serba hitam dan sebuah revolver di tangan kanannya. Di kepalanya terdapat headband dengan logo khusus, dan wajahnya tertutup masker, tapi dari sorot matanya dapat terlihat bahwa ia tengah tersenyum. Di belakang orang itu terekam pula sekumpulan orang dengan pakaian serupa dan juga beberapa wanita yang nampak di tarik paksa untuk berjalan. Si pria yang berdiri di depan kamera menoleh ke belakang sejenak, sebelum ia melambaikan tangan di hadapan kamera dan menembaknya begitu saja. Video habis sampai disitu.

"Ini adalah rekaman CCTV di dermaga yang akan kita investigasi hari ini. Dalam rekaman ini sudah jelas terjadi perdagangan manusia" Namjoon sedikit menyunggingkan senyum kala Hoseok terlihat serius mengamati. Bagus, dia tidak akan jadi kena semprot kali ini.

"Lalu kenapa? Kita sudah pernah melihatnya, bukan?"

Namjoon kembali fokus pada layar. Ia membesarkan gambar video itu hingga terpampanglah sebuah pistol yang tadi dipakai untuk menghancurkan si kamera CCTV.

"Kau lihat ini?" Hoseok mengangguk sebagai jawaban.

Namjoon mengambil kembali ponsel yang tadi sempat terlepas dari tangannya untuk ditunjukkan pada Hoseok.
"Ini adalah revolver khusus yang dirancang oleh Rusia. CYPH-1987. Hanya ada 100 buah di dunia, dan yang menjadi pemiliknya adalah anggota Chrysaor. Aku sudah mencari tahu tentang asal usul dan seluk beluk komplotan itu, tapi hasilnya nihil. Menurut rumor, katanya kita harus masuk kedalam Dark Web untuk mendapat informasi tentang mereka. Kau tahu kan seberapa sulitnya masuk kedalam sana? Begitu berhasil, kita sama saja masuk kedakam kandang macan"

Helaan napas panjang keluar dari mulut Hoseok. Bertahun-tahun dia jadi polisi, dan usahanya selama ini terasa sia-sia lantaran dirinya tak mampu menangkap penjahat yang sejak dulu mengocak-acik Korea Selatan.

[✔] NALADHIPA || BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang