14 - Ananta 31 : 10

3.2K 458 147
                                    

Lorong UGD sungguh kacau kala itu. Dua orang pemuda yang sama-sama dalam kondisi kritis dengan luka tusukan di perut, dibawa menuju Yeongsan Medical Center disaat yang hampir bersamaan. Taehyung tidak bisa membawa mereka ke Han Gwang, jelas alasannya tak lain dan tak bukan adalah Gihwan sendiri, pemilik rumah sakit itu.

Sementara Jungkook dan Jimin tengah ditangani di dalam sana, Yugyeom mendadak maju meremat kaos putih basah berlumuran darah yang Taehyung kenakan. Pemuda itu datang bersama Nam Seok ke lokasi kejadian setelah menyusuri lokasi terakhir Jackson tadi. Bukan hal baik yang mereka dapat, justru pemandangan mengerikan yang akan jadi mimpi terburuk dalam hidup Yugyeom. Tentu saja amarahnya memuncak kala mendapati sang sahabat telah tak berdaya seperti itu. Namun Yugyeom tak bisa menghajar Taehyung saat Jungkook memerlukan pertolongan segera. Dan kini, adalah saat yang tepat untuk membuat bonyok wajah mulus itu.

Bughh!

"Yugyeom!!" Nam Seok berusaha mencekal tangan Yugyeom yang baru saja mendaratkan bogemannya di pipi Taehyung, namun segera ditepis olehnya. Dia tak ingin mendengarkan siapa-siapa, bahkan suara dari sang pimpinan pun tak ia hiraukan.

"Kau sudah berjanji akan menjaganya, brengsek!!" tak ada perlawanan dari Taehyung, dia hanya diam dengan pandangan kosong, bahkan tak peduli akan sudut bibirnya yang sudah berdarah.

Melihat itu, amarah Yugyeom kian memuncak. Baru saja sebuah pukulan akan kembali melayang, namun Namjoon sudah lebih dulu berdiri di hadapannya sembari menunjukkan kartu identitas polisi.
"Anda bisa di tuntut karena melakukan tindak kekerasan"

Yugyeom menatap nyalang polisi muda itu. Dia tentu mengenal siapa Kim Namjoon. Mana mungkim tidak? Berapa kali mereka main kucing-kucingan dan berakhir kubu Yugyeom lah yang jadi pemenang. Bahu Yugyeom tersentak kebelakang kala Nam Seok menarik tubuh anak itu agar berbalik menghadapnya.

"Apa yang kau lakukan? Kendalikan dirimu!" kedua mata Yugyeom semakin memerah bergetar menahan amarah. Buku-buku jarinya memutih. Emosinya tidak dapat dikendalikan saat ini. Jungkook ada di dalam sana, dan Yugyeom sama sekali tidak ada ide untuk berpikir positif. Dia hanya terlalu khawatir, itu saja. Terlebih mengingat fakta bahwa Taehyung memiliki hubungan keluarga dengan orang yang bertanggung jawab atas keadaan Jungkook saat ini semakin membuat dirinya tak terkendali.

Dalam kalutnya, Taehyung diam-diam menangis. Kedua bahu pemuda itu sudah bergetar hebat. Jika di tanya bagaimana rasanya, Taehyung merasa telah sekarat. Benar-benar sesak dan sakit tiada kira. Didepan matanya sendiri Jungkook hampir tidak bernapas lagi. Adik dan sahabatnya juga sama-sama berada di dalam sana berjuang antara hidup dan mati. Andaikan Taehyung bisa bergerak lebih cepat, mungkin kejadiannya tak akan seperti ini. Dan kini dia hanya bisa merutuk dirinya sendiri sembari bermunajat agar Tuhan mau menyelamatkan mereka.

"Maaf..." kepala itu menunduk dalam di balik punggung Namjoon, berseru dengan suara lirih tercekat. Taehyung merasa bersalah terhadap semua orang, tanpa mau peduli fakta bahwa sebenarnya kejadian ini bukanlah salahnya.
"Maafkan aku"

Ada Namjoon di depannya. Polisi muda itu lantas berbalik dan langsung mendekap hangat dokter yang telah ia anggap sebagai adik sendiri. Ini kali pertama ia melihat Taehyung menangis terisak setelah kenal hampir lima tahun lamanya. Pemuda itu biasanya bertingkah konyol. Namun melihat si konyol yang mendadak menjadi rapuh, Namjoon seakan ikut merasakan sakitnya juga. Dielusnya punggung bergetar itu demi menyalurkan kenyamanan. Sesekali Namjoon berbisik lembut di telinga Taehyung berharap pemuda itu bisa sedikit mendapat ketenangan. Tapi Taehyung tak menggubris. Ia semakin menenggelamkan isakannya dibalik jaket yang Namjoon kenakan. Taehyung hanya butuh pelampiasan untuk tangisnya.

Pemandangan memilukan itu tentunya juga disaksikan oleh Yugyeom dan Nam Seok. Keduanya memilih untuk mengalihkan pandangan. Iba kala melihat bagaimana punggung itu tampak begitu rapuh dalam rengkuhan yang lebih tua. Mungkin benar, Yugyeom hanya diselimuti emosi hingga tak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

[✔] NALADHIPA || BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang