Ada dua hal yang sangat berharga untuk Gihwan. Pertama adalah waktu, dan yang kedua adalah cinta. Waktu tak akan pernah bisa terulang, dan cinta tak akan pernah sama. Dia mengerti itu semua setelah kehilangan keduanya.
Lima tahun dirinya menjadi duda setelah istrinya tiada tanpa meninggalkan seorang putra. Di awal pernikahan, keduanya memang sudah berjanji untuk ikhlas tidak memiliki keturunan sebab istri Gihwan ternyata mandul. Namun kisah indah yang mereka harapkan di hari tua harus pupus lantaran sang istri lebih dulu dipanggil pemilik semesta akibat penyakit meningitis yang dideritanya.
Gihwan kehilangan segalanya. Sampai dimana dirinya bertemu dengan seorang anak yang memberikannya hal-hal berharga. Waktu, cinta, dan tawa. Dari situlah awal mula nama Kim Taehyung terukir dalam benaknya. Bocah lugu dengan hati murni dan polos itu berhasil membuat Gihwan kembali belajar mencari makna dibalik kata cinta. Dia menemukan rasa yang sama dengan warna berbeda. Kim Taehyung merubah haluan hidupnya hanya dengan sebuah kalimat.
"Paman, kalau ingin cerita, aku mau mendengarkan, kok. Aku pintar jaga rahasia loh"
Dan sejak saat itu, Gihwan yang tadinya merasa sendiri dan tak ada harapan, kini menemukan sinarnya lagi. Dari situ, Gihwan teramat ingin memiliki seseorang seperti Taehyung, namun ia tak ingin egois sebab bocah itu juga memiliki keluarga yang menunggunya untuk pulang.
Kendati begitu, setiap minggu Gihwan tak pernah absen untuk memberikan Taehyung hadiah-hadiah yang sekiranya dapat menyenangkan hati bocah itu. Walau demikian, Gihwan tidak sekalipun muncul kembali di hadapan Taehyung, ia hanya memperhatikannya dari jauh sambil tersenyum kala menyaksikan anak itu kebingungan ataupun senang atas apa yang ia lakukan.
Lalu sampai pada malam dimana aksi teror itu terjadi. Siapa sangka jika Gihwan adalah salah satu orang yang bertanggung jawab atas tragedi itu. Malam itu, ketika dengan sengaja kedua orang tua Taehyung tewas tertembak ditempat, Gihwan segera mencari Taehyung. Anak itu sudah terkapar dengan perut berlubang. Lantas, dengan tekadnya yang kuat, Gihwan membawa Taehyung untuk ia tangani sendiri di rumah sakit miliknya. Taehyung butuh donor hati saat itu, namun tentu tidak sulit bagi Gihwan untuk mendapatkannya.
Dan dimulai sejak sadarnya Taehyung seminggu kemudian, Gihwan mutlak merubah alur hidup Taehyung pula.
"Kim Taehyung, mulai sekarang kau adalah putraku. Panggil aku ayah"
◾▫◾▫◾
Hari ini, Jimin dalam kondisi lelah. Benar-benar lelah dengan pikirannya sendiri. Pekerjaannya sudah menumpuk, dan semalaman dia tidak bisa tidur usai mengalami mimpi buruk yang tak akan pernah ia lupakan. Jimin tahu, harusnya dia tidak perlu keluar tadi malam jika akhirnya harus terjaga semalaman.
Dalam keadaan lelah diruang kerjanya, Jimin sibuk membolak-balik data pasien dengan alis berkerut. Bukan apa-apa, hanya saja ada sebuah nama sedikit banyak menyita atensinya. Pasalnya, data seseorang yang sedang ia selidiki itu adalah...
"Selamat pagi Dokter Park"
Benar 'kan. Itu Jungkook. Pemuda itu masuk dengan senyum lebar yang terpampang di wajahnya. Nampak berseri dan segar. Sedikit berbeda dengan sosok Jungkook yang kemarin.
"Jungkook? Sedang apa kau disini?" kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Jimin saking kagetnya. Dia tak menyangka pertemuannya dengan Jungkook akan secepat ini.
"Aku pasien. Kau menolakku?" air muka Jungkook menurun. Tentu saja membuat Jimin kelabakan. Bukan itu maksudnya.
"Ah, bukan. Maksudku-..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] NALADHIPA || Brothership
Fanfiction(END) Rona tipis sang surya di penghujung senja. Semburat kelam bayang-bayang di masa silam. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Rahasia Tuhan, kuasa murni penentu tiap jengkal kehidupan. Kim Jungkook. Tiap nafasnya adalah te...