15 - Pengorbanan 06 : 11

3.5K 432 249
                                    

Tiada ungkapan yang bisa Taehyung ucapkan selain panjatan syukur yang tak berkesudahan. Pasien mati otak kemarin -Min Yoongi- dinyatakan cocok sebagai pendonor hati untuk Jimin. Satu-satunya keluarga Yoongi, yaitu adik perempuannya sudah setuju mengenai tindakan operasi yang sudah dijadwalkan itu. Tidak ada yang bisa ia pertahankan lagi setelah kakaknya divonis tak akan dapat bangun kembali. Min Yuri, gadis itu hanya bisa mengikhlaskan kakaknya pergi dengan tenang tanpa lara.

"Mulai sekarang, kau akan menjadi tanggung jawabku, Min Yuri" ujar lembut Taehyung pada Yuri yang masih setia menggenggam jemari kurus kakaknya di sela tangisan tanpa suara. Hari ini adalah jadwal operasi yang mengharuskan Yoongi dibawa ke Yeongsan, sebab si terdonor berada disana. Dia hanya ingin memandang paras manis sang kakak lebih lama.

Yuri menghapus air matanya sembari tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandang dari wajah pucat Yoongi yang nampak damai dalam lelapnya.
"Pak dokter tenang saja, aku tidak akan menuntut apapun. Sudah waktunya bagi kakakku untuk merehatkan diri dari dunia. Dia sudah mengalami banyak kesulitan selama ini"

Melihat betapa tegarnya sosok Yuri, mengingatkan dia pada sang adik. Taehyung kembali berpikir, apakah Jungkook juga selama ini mengalami banyak kesulitan tanpanya? Dia sudah terpisah dari keluarga di usia yang sangat belia. Bagaimana cara anak itu bertahan hidup selama ini? Banyak yang tidak Taehyung tahu mengenai Jungkook. Juga tentang sosok Eris yang beberapa hari lalu ayahnya sebut.

Taehyung menatap nanar sosok Yuri dari samping. Gadis yang masih menginjak bangku SMA ini tidak mungkin bisa hidup seorang diri. Dia memerlukan wali. Dan kini, wali satu-satunya yang ia miliki justru rela berkorban demi sebuah nyawa lain.
"Kau masih sangat muda, Min Yuri. Apa kau bisa hidup seorang diri?"

Kali ini Yuri memalingkan wajah demi menghadap Taehyung. Senyum sendu serta kelopak yang melengkung layaknya bulan sabit itu seketika membuat Taehyung terdiam.
"Kakakku pernah, dan dia bisa. Jadi, kenapa aku tidak?"

Sebelah tangan Yuri masih menggenggam erat jemari kurus Yoongi yang sama sekali tak pernah bergerak sejak tiga bulan terakhir. Jika waktu itu ia sangat ingin melihat jemari itu balas menggenggamnya, kali ini Yuri hanya ingin mengingat perasaan saat sang kakak mengandeng tangannya dengan erat ketika pria itu mengantarnya ke sekolah. Atau ketika mereka pulang bersama saat Yuri menunggu Yoongi pulang bekerja. Yuri selalu suka bagaimana Yoongi memperlakukannya layaknya sebuah permata. Dia suka cara Yoongi menatapnya, itu mengingatkan Yuri dengan tatapan lembut sang ayah yang sudah tiada. Jika bisa pula, Yuri ingin sekali kembali merasakan masakan Yoongi, karena masakan pria itu sangat mirip dengan masakan ibunya. Yuri rindu Yoongi. Terlampau rindu hingga dia sendiri tidak bisa menjabarkan bagaimana rasa sesaknya.

"Kakakku selalu berusaha untuk tidak merepotkan orang lain bagaimana pun caranya. Kalau dia pergi nanti, aku hanya ingin kak Yoongi melihat bahwa gadis kecilnya ini sudah tumbuh dengan baik berkat bimbingannya. Setidaknya hanya itu hal terakhir yang bisa ku lakukan untuk membalas semua kebaikan kakak" lanjutnya disertai isakan kecil kala gadis itu kembali membawa tangan Yoongi untuk ia dekap.

Mata Taehyung berkaca-kaca setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut gadis yang usianya tak terpaut jauh dari Jungkook. Yuri adalah gadis yang tangguh. Taehyung yakin bahwa semasa hidup, Min Yoongi adalah sosok kakak yang hebat pula.

Meski awalnya ragu, tangan Taehyung akhirnya bergerak untuk mengelus pelan rambut hitam Yuri yang terasa amat lembut di tangannya.
"Kau sudah tumbuh dengan sangat baik, Yuri-ya"

Yuri semakin terisak. Sentuhan Taehyung dan kalimat lembut itu membuat Yuri merindukan sosok Yoongi. Tapi tetap saja tak ada yang bisa menggantikan posisi Yoongi di hatinya. Meski Yoongi masih ada disini, tapi rasanya mereka sudah terpaut jarak yang sangat jauh.

[✔] NALADHIPA || BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang