Ditengah remuk tubuhnya akibat ulah para pria yang mengejarnya tadi, jeratan belt dalam tiap sisi anggota geraknya membuat Jimin tak bisa banyak tingkah. Dia harus bisa segera keluar dari sini, atau skenario akan jadi lebih buruk nantinya. Diruangan mirip kamar operasi ini, Jimin hanya melihat Gihwan yang masih sibuk berbicara lewat ponselnya. Sungguh, dia tak pernah menyangka kalau akan dapat giliran terbaring di ranjang setan ini setelah tiga korban yang pernah ia lihat sebelumnya.
Tubuh Jimin kembali menegang. Suara Gihwan menyapa pendengarannya dengan begitu dingin, kendati nada yang pria itu lantunkan terdengar halus.
"Bagaimana ranjangnya? Nyaman tidak?" Gihwan ambil posisi duduk di tepi ranjang Jimin. Tangan kanannya bergerak meraba dada pemuda itu, dan ia terkekeh setelah tahu betapa kencang ritme jantung Jimin saat ini. Dia ketakutan.Gihwan mendekatkan mulutnya di telinga Jimin seraya berbisik tajam.
"Aku hanya butuh kau agar tetap diam, Jimin. Atau aku bisa nekat bermain dengan mu kalau rahasia ini sampai bocor ke telinga Taehyung ku"Netra Jimin melebar menatap takut Gihwan. Dalam pikirannya masih sama, benarkah ini sosok profesor Kim yang selama ini ia pandang kagum? Jimin sama sekali tak bersuara, ia membiarkan rasa takutnya perlahan menguap. Dia tidak boleh lemah jika ingin bertahan.
Tetapi, usahanya tak bertahan lama sebab sesaat kemudian Jimin kembali tersentak kala sebuah dobrakan kasar pintu terdengar begitu keras lalu diikuti tubuh tak sadarkan diri yang sudah dibanting keras pada dinginnya lantai. Jimin tidak mungkin tidak tahu siapa itu. Jelas dia adalah Jungkook, pemuda yang tadi pagi ia obati, sekarang perban di tangannya sudah mengeluarkan darah lagi.
"Oh! Dia datang" senyum setan Gihwan mengembang. Ia angkat wajahnya agar menjauh dari Jimin. Firasat Jimin memang tak pernah baik sepanjang hari ini. Yang pertama terbukti benar, dan kali ini dia tak mungkin salah terlebih setelah mendengar percakapan Gihwan dengan bawahannya tadi.
"Profesor Kim, jangan sakiti Jungkook" air mata Jimin langsung berderai, ia mencoba memberontak meski tahu kalau itu percuma. Jujur ia sungguh takut kalau Gihwan akan benar-benar menyakiti Jungkook. Bagaimanapun juga, sejak pertemuan mereka, Jungkook sudah dapat tempat di hati Jimin sebagai orang-orang yang harus ia prioritaskan.
Tanpa mengalihkan pandang dari tubuh Jungkook yang masih tak sadarkan diri diatas lantai, Gihwan menaikkan sebelah alisnya lalu menyahuti ucapan Jimin.
"Jungkook? Kau tahu siapa dia, Park Jimin?"Dia tak peduli dengan ucapan Gihwan. Dipikirannya hanya ada Jungkook yang harus selamat.
"Kumohon jangan sakiti dia. Tolong jangan sakiti dia, profesor" Jimin semakin histeris ketika Gihwan justru mendekat dan mencengkeram rahang Jungkook sebelum kemudian menampar pipi pemuda itu dengan keras."Jackson, bawakan airnya"
Nafas Jimin tercekat. Pandangannya terkunci pada sosok pria gagah yang ia yakini adalah Jackson tengah membawa seember air penuh berisi potongan balok es yang banyak jumlahnya. Apa yang dia lakukan setelahnya membuat Jimin marah, ia refleks hendak bangkit meskipun harus kembali jatuh keatas ranjang.
Seember penuh air es itu dijatuhkan diatas tubuh Jungkook tanpa perasaan. Pemuda itu terbatuk keras berkali-kali dan berusaha membuka kelopaknya yang terasa lengket. Pening seketika mendera kepala Jungkook, belum lagi sensasi dingin yang perlahan mampu melumpuhkan sarafnya. Jungkook berusaha bangkit meskipun harus gagal berulang kali dalam upayanya. Pandangan buram Jungkook bergerak menyusuri ruangan. Sayup-sayup ia mendengar suara jerit dan tangis yang memanggil namanya. Makin lama makin
jelas, hingga Jungkook akhirnya benar-benar sadar akan situasi yang dihadapinya saat ini. Tepat didepannya, Jimin terbaring terikat mengenaskan dengan tubuh penuh luka sambil menatapnya dengan wajah kacau. Ia membelalak seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] NALADHIPA || Brothership
Fanfic(END) Rona tipis sang surya di penghujung senja. Semburat kelam bayang-bayang di masa silam. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Rahasia Tuhan, kuasa murni penentu tiap jengkal kehidupan. Kim Jungkook. Tiap nafasnya adalah te...