Setapak asing liku jalanan selalu terasa ganjil untuk dilewati. Gemerlap kota yang dulu ia puja-puja, kini hanya tersisa hitam warnanya. Namanya kian tenggelam, seiring media gencar umumkan kerusuhan. Kim Taehyung tak pernah mengerti, bagaimana dirinya bisa berada diantara orang-orang asing yang akhirnya membawanya pada kehidupan baru yang lebih asing lagi. Dia juga tak pernah mengerti apa alasan kenapa Tuhan mengganti keluarganya dengan keluarga orang lain. Yang jelas, dulu ia dipaksa untuk menghilangkan segalanya. Dan sekarang, Taehyung juga tak berkeinginan mengingat semua hal tentang masa lalunya. Hidupnya yang dulu bukanlah yang sekarang. Masa lalunya, bukanlah sebuah kenangan. Ayahnya Kim Gihwan, bukan lagi Kim Joohwan. Taehyung tidak jadi seorang kakak, melainkan anak semata wayang.
Rasa sakit akibat masa lalu yang kelam, menjatuhkan dirinya hingga ke dasar. Kala itu, orang-orang tak menganggapnya siapa-siapa. Namun kini, dirinya sudah menjadi orang berada. Putra tunggal pemilik rumah sakit ternama. Ahli waris satu-satunya yang Kim Gihwan punya. Hidupnya sudah sempurna. Tapi Kim Taehyung terlalu egois untuk mengetahui fakta bahwa pelukannya masih ada yang punya.
Taehyung masih teringat jelas bagaimana rasa sakitnya ketika sebuah peluru berhasil melubangi perutnya. Setelah itu, samar-samar ia melihat bayangan Gihwan datang menolongnya. Lalu ketika terbangun, dia sudah di rumah sakit.
"Kim Taehyung, kau adalah anakku. Mulai sekarang, panggil aku ayah"
Rasa asing itu memang sempat hinggap, namun perlahan terkikis tatkala Gihwan benar-benar memberinya kasih sayang layaknya seorang ayah, meski dia juga harus berulang kali bolak balik psikiater demi menghilangkan traumanya atas bujukan ayahnya. Dan benar saja, traumanya menghilang, bersama dengan kepingan memorinya yang pernah jadi kenangan. Taehyung melupakan segala hal tentang rasa sakit dan masa lalunya tanpa sengaja.
Dalam dirinya, sudah tertanam kuat bahwa hanya Gihwan yang dia punya. Namun sisi hatinya berkata lain. Taehyung hanya terlalu takut untuk membenarkan. Ia takut untuk mengulang rasa sakit yang sama. Dia tidak sepenuhnya lupa bahwa keluarganya ada, namun yang Taehyung tahu, mereka semua sudah bahagia di surga.
Jadi apa yang ia cemaskan? Dirinya sudah disini, bersama seorang ayah baik hati dan juga banyak kawan pengertian. Biarpun tanpa figur seorang ibu, Taehyung tetap mendapatkan kasih sayang dan kebahagiaan.
.
.
"Kim Taehyung!!" pekikan melengking yang jelas Taehyung tahu milik siapa itu membuatnya terperanjat kaget. Dia yang tadinya tengah sedikit bersantai menikmati senja kota Seoul di roofgarden rumah sakit harus menghentikan nostalgianya kemudian berbalik menatap sang sahabat dengan kesal. Taehyung tadinya ingin mengomel, namun ketika mendapati raut wajah panik Jimin, dia lantas mengurungkan niatnya.
"Ada apa, Jim?"
"Kau harus ke ruang operasi sekarang. Seorang ibu hamil membutuhkan bantuan mu" jawab Jimin sambil mengatur nafas. Berlarian sepanjang koridor hanya untuk mencari Taehyung itu bukanlah perkara mudah. Bayangkan berapa anak tangga yang harus ia lewati dari lantai dasar hingga sampai di roofgarden. Sialnya, lift hari ini benar-benar penuh lantaran banyak sekali pasien yang datang.
Satu alis Taehyung terangkat. Bukan apa-apa, tapi ini memang bukan bagiannya untuk berjaga. Seingat Taehyung, gilirannya sudah ia ambil kemarin.
"Memang kemana dokter yang bertanggung jawab hari ini?""Dokter Bae, dia yang harusnya berjaga. Tapi tadi dia kecelakaan di kamar mandi, lengan kanannya cedera. Sedangkan dokter yang lain sedang melakukan observasi di rumah sakit lain. Ada dokter magang, tapi mereka tidak bisa melakukan operasi" jelas Jimin sedikit terengah.
Mendengar itu, Taehyung lantas bangkit dengan cepat, berlari meninggalkan Jimin setelah menyempatkan diri melontarkan cebikan kesal.
"Aishhh... Kenapa baru bilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] NALADHIPA || Brothership
Fiksi Penggemar(END) Rona tipis sang surya di penghujung senja. Semburat kelam bayang-bayang di masa silam. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Rahasia Tuhan, kuasa murni penentu tiap jengkal kehidupan. Kim Jungkook. Tiap nafasnya adalah te...