10 - Kaktus 02 : 10

3.2K 434 126
                                    

Jujur saja, kemarin adalah hari terpanjang sekaligus termembosakankan dalam hidupnya selama menjadi dokter. Ketidakhadiran Taehyung kemarin sekiranya memberi pengaruh besar bagi Jimin. Dia tidak bisa fokus terhadap pekerjaannya. Hingga beberapa kali mendapat teguran dari beberapa perawat bahkan pasien. Terlebih ketika mengingat percakapannya dengan Gihwan kala itu, sungguh sukses membuatnya insomnia. Beruntung saja kamera pengintai yang ia pasang masih bekerja hingga sekarang, walaupun sama sekali belum ada informasi yang ia dapat dari sana. Entah sial atau bagaimana, tapi kamera itu malah tidak bekerja ketika di butuhkan saat itu.

Hari ini, Jimin harus kembali berkelut dengan dunianya sebagai seorang psikiater. Melayani pasien, juga memberikan konseling dan resep obat yang sekiranya mampu membantu disaat-saat genting. Paginya dimulai dengan sedikit tenang setelah ia mendapat pesan dari Taehyung bahwa pemuda itu ada jadwal operasi pagi ini. Kemungkinan ia baru akan selesai siang nanti.

Usai selesai dengan pasien pertama hari ini, Jimin dibuat terdiam sejenak saat tahu siapa yang akan ia temui setelahnya.

Kim Jungkook.

Apa yang harus ia lakukan nanti ketika bertemu dengannya? Ya, fakta yang sudah ia ketahui dari Namjoon belakangan ini sedikit banyak membuat pikirannya terganggu. Apa sekarang hidupnya akan terancam karena berhubungan dengan mafia? Terlebih mafia manis yang dia kenal sangat pandai berkamuflase menjadi anak baik-baik, walau memang di awal pertemuan mereka dia sedikit misteruis.

Sepertinya Jimin harus mengesampingkan dulu pemikiran itu, lantaran kini seseorang yang tanpa sadar ia tunggu hadirnya sudah datang dengan raut ceria dan senyum polos seperti biasa. Disini batinnya mulai goyah. Apa bisa bocah manis macam Jungkook ini benar-benar bisa berkelahi atau memegang pistol? Pisau saja Jimin tidak yakin.

"Jimin-ssi, maaf karena mengundur jadwal pertemuan kita" begitu Jungkook masuk, Jimin segera bangkit dari duduknya untuk menghampiri pemuda berkaos kelabu itu. Senyum tipisnya ia tunjukkan sebagai salam pembukaan. Setidaknya dia harus bersikap ramah, karena bagaimanapun Jungkook adalah pasiennya.

"Tidak masalah. Eum.., bisakah aku minta waktumu? Sebentar saja" menyadari ada makna tersirat dibalik tatapan Jimin, Jungkook kali ini yakin dengan presepsinya. Pertemuan Jimin dengan polisi bernama Kim Namjoon kemarin pasti melibatkan dirinya juga, terlebih dia mendengar dari salah satu anggota Chrysaor bahwa polisi memang sempat mengecek CCTV di area masuk dermaga. Dan di tempat itulah dia dan Jimin bertemu untuk kali pertama.

Raut wajah Jungkook berubah. Ini bukan sisi ramah dirinya yang selalu ditunjukkan pada Jimin, melainkan sosok Eris yang dikenal dingin. Meski wajah itu tak sedatar biasanya ketika bersama anggota Chrysaor, tapi perubahan tetap kentara di mata Jimin.
"Kau ingin kita bicara dimana?"

.

.

Sebenarnya bicara di roofgarden bukanlah gaya Jimin. Ia lebih suka melakukannya ditempat yang ramai seperti cafe, loby, dan ruang kerjanya tentu saja. Walau yang terakhir tidak bisa dibilang ramai juga, tapi tentu saja sangat nyaman. Namun mengingat hal yang akan dia bicarakan ini termasuk kategori rahasia dan berbahaya, Jimin tidak mau ambil resiko. Dia hanya ingin tahu lebih dalam mengenai Jungkook. Setelahnya, ia akan memutuskan apa yang seharusnya ia lakukan nantinya.

Sekian saat keduanya hanya terdiam membiarkan angin segar menerpa tubuh mereka. Hingga keheningan itu Jungkook hancurkan kala dirinya buka suara.
"Aku yakin Letnan Kim Namjoon sedikit banyak sudah menjelaskan tentang kejadian di dermaga malam itu. Juga rekaman CCTV yang diambil dari tempat pertemuan pertama kita" ucap Jungkook tanpa memandang Jimin. Tatapannya lurus tertuju pada penampakan kota yang tengah sibuk-sibuknya. Jungkook terkekeh singkat kemudian.

[✔] NALADHIPA || BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang