16 - Penipu Ulung 11 : 11

2.9K 438 245
                                    

Kim Namjoon masih menatap tajam Taehyung yang sejak setengah jam lalu hanya diam memandangi laptopnya setelah dengan kurang ajar mengganggunya ditengah jam kerja. Ayolah, kenapa manusia satu ini suka sekali membuatnya naik pitam? Kasus kemarin saja masih membuat Namjoon bertanya-tanya, apa sekarang Taehyung juga berpikiran untuk membuatnya mati muda karena penasaran?

"Tae!" Namjoon geram akhirnya. Ia menyentak meja cafe itu dengan kesal lantaran merasa terabaikan. Namun seolah tak peduli akan kekesalan polisi dengan dimple yang memesona itu, Taehyung justru menatapnya dengan raut polos tanpa dosa. Jika tak ingat sedang berada di tempat umum, ingin sekali Namjoon mencekik manusia di depannya itu sekarang juga.

"Kak Namjoon, aku ingin mengurus surat adopsi" Taehyung ini benar-benar, ya! Hampir saja rahang Namjoon terlepas dari tempatnya akibat ucapan pemuda itu. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba dia menginginkan anak.

"Setelah tidak beretika membawaku kemari, kau malah bicara ngelantur. Belum pernah tahu rasanya dibuang ke kawah merapi, ya!?"

Taehyung memutar bola matanya malas ketika menatap wajah Namjoon yang sudah bersungut-sungut.
"Kak Namjoon itu yang ngelantur. Aku ini bicara serius! Mau ku buang ke puncak Everest, ya?"

Namjoon mengedipkan kelopaknya berulang kali. Mencoba menelaah setiap perkataan Taehyung kalau-kalau salah paham.
"Kau serius? Memang anak siapa yang ingin kau adopsi?"

"Adiknya Min Yoongi, pemuda yang kemarin mendonorkan hatinya pada Jimin. Namanya Min Yuri" jawab Taehyung sembari fokus terhadap laptopnya yang menampilkan sebuah penelusuran tentang persyaratan mengadopsi anak.

Oke, mengenai Min Yoongi, Namjoon tahu bahwa pemuda itu telah mendonorkan hatinya untuk Jimin. Tapi, Min Yuri? Namjoon sama sekali tidak tahu kalau Yoongi memiliki adik perempuan. Wajar saja, Namjoon tidak ada disana disaat Jimin harus melakukan operasi.

"Aku merasa harus bertanggung jawab. Yuri tidak memiliki siapapun setelah kakaknya pergi. Dia masih duduk di bangku SMA. Seoul terlalu keras untuknya jika harus hidup sebatang kara" usai mendengarkan penjelasan Taehyung tadi, Namjoon hanya mangut-mangut setuju. Lagipula Taehyung tidak ada salahnya juga. Tapi mendadak pikirannya sedikit melenceng dari alur. Kenapa, ya kiranya Taehyung akhir-akhir ini jadi sedikit lebih tenang dan tidak banyak ulah?

Mengesampingkan pikiran aneh itu, Namjoon lantas beralih pada cangkir kopi nya yang belum tersentuh. Ia memutuskan untuk lebih dulu mencicipi kopi itu sebelum kembali berujar.

"Aku dukung keputusanmu. Jika butuh bantuan, bilang saja padaku atau Hoseok. Kau ingat dia bukan?" Taehyung menghentikan gerakan jarinya pada touchpad. Matanya bergulir keatas seolah tengah mengingat-ingat wajah seseorang. Baru ketika menemukan jawabannya, Taehyung kembali lagi dengan layar laptop.

"Ah, si polisi penakut itu? 11-12 dengan mu" jawabnya kelewat santai. Beruntung Namjoon tidak ambil pusing. Diejek oleh Taehyung sudah jadi makanannya setiap bertemu dengan anak itu.

"Oh, iya. Bagaimana keadaan adikmu?" perkataan Namjoon membuat semua gerakan Taehyung terhenti. Pikirannya melayang pada malam kemarin dimana dia melihat Gihwan dan Jungkook berada di Yeongsan Medical Center dalam situasi yang sama sekali tidak nyaman dipandang. Situasi yang sebenarnya membuat batin Taehyung marah besar. Tentang Gihwan yang tiba-tiba berada di Yeongsan, Taehyung tak ambil pusing, sebab kejadian kemarin sudah sukses mengambil seluruh atensinya.

Untuk Namjoon sendiri, sebenarnya ia masih sangat penasaran dengan sosok Jungkook yang tiba-tiba hadir dan diakui sebagai adik dari seorang dokter yang ia tahu selama ini adalah anak tunggal dari pemilik rumah sakit. Biarpun hanya anak angkat, namun Taehyung sama sekali tidak pernah bercerita mengenai saudara kandungnya sebelum ini. Lalu bagaimana ceritanya Jungkook bisa hadir di tengah-tengah mereka?

[✔] NALADHIPA || BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang