CH 3 - Her Parents

431 60 0
                                    

Suara lagu terdengar ke penjuru kelas. Mariage D'amoure, judul lagu itu. nadanya begitu indah dan sulit dimainkan. Terlebih emosi didalamnya berhasil menggerogoti setiap yang mendengarnya. Begitu permainan terhenti, songsaengnim segera membuat muridnya latihan Sparta. "nah, didepan kalian sudah ada buku notnya kan? Ayo latihan! Kita punya konser musikal 2 minggu lagi."

"ssaem, bolehkah aku mencobanya?" tanya Wendy yang duduk di baris belakang. "kamu ingin coba?" Wendy mengangguk.

Ia berjalan kedepan lalu duduk di meja piano. Ia memainkan Mariage D'amoure dengan ketukan yang sempurna yang justru menarik perhatian teman-temannya. Songsaengnim menepuk tangannya. "sempurna! ini sangat sempurna! bagaimana kamu melakukannya? Ini sangat hebat!"

"terimakasih, ssaem"

Kelasnya berlalu begitu cepat padahal mereka telah latihan tiga jam lamanya. Songsaengnimnya memanggilnya setelah kelas selesai. Ia menyerahkan sebuah kartu nama ke tangannya. "aku ingin kamu juga punya kesempatan untuk berkarir, jadi ini kesempatan bagus."

Wendy masih memproses isi kartu nama itu dengan indera perabanya. "ssaem, ini...."

"Iya Wen, aku dengar acaranya akan digelar minggu depan, tapi kamu harus mengkonfirmasinya sendiri. Disana sudah ada alamatnya, datanglah bersama orang tuamu"

Wendy tersenyum bahagia, "terimakasih banyak, ssaem"

..::TUNE IN LOVE::..

"Haahh!! Lu tidur lagi di kelas kan, Hoseok!" gerutu Namjoon. "katanya mau resolusi nilai, tapi tetep aja gitu."

"eh, jangan salain gue. Salahin Yoongi noh yang tadi malem..." ucapannya berenti saat menyadari Yoongi memelototinya. "udahlah, pokoknya gitu." Hoseok sudah berjanji pada Yoongi untuk menceritakannya pada siapapun.

"hari ini siap dugem kan?" tawar Namjoon.

"gue sih ayo kalau lu yang bayarin!"

"Oke! Lu gimana Yoon?" Yoongi menghentikan langkah kakinya setelah melihat sekretaris Kim dari kejauhan sana. "gue cabut dulu, ntar malem pasti jadi!"

"apa tuan muda baik-baik saja? saya dengar tuan muda melarikan diri dari rumah. Tuan muda tinggal dimana sekarang?"

"bukan urusanmu. Kesini karena perintah orang itu kan? Bilang padanya berhenti berakting seperti ayah dan tidak usah campuri urusanku."

"baiklah. saya datang kesini hanya untuk menyerahkan uang bulanan, mengingat kartu kredit Anda semuanya terblokir." Sekretaris Kim menyerahkan sebuah amplop berisi uang dalam jumlah banyak. Yoongi menutup kembali amplop itu dan di pukulkannya ke dada sekretaris Kim. "aku tidak butuh! Lebih baik kau pergi dari sini."

"baiklah. satu lagi, minggu depan akan ada acara amal fondation mendiang nyonya. Tuan muda diharuskan datang kesana karena banyak tamu undangan yang ingin melihat tuan-"

"orang itu mau menjadikanku barter bisnisnya kan? Aku gaakan dateng"

"tidak, tuan hanya ingin..."

"kamu gak dengar? Aku gak mau datang apapun alasannya." Yoongi berlalu pergi begitu saja. "tuan muda... dengarkan aku... anak yatim.. eng..." cuitannya tidak dihiraukan oleh Yoongi.

Yoongi berjalan ke pemberhentian bus. "hallo? Iya, aku sudah sampai disini kok. Uhmm... busnya mungkin akan datang beberapa menit lagi." Yoongi melihat seorang wanita paruh baya yang tengah menelepon dengan seseorang diseberang sana.

Semuanya tampak normal. Yang tidak ia pahami adalah kenapa suara wanita itu semakin menjauh di telinganya. Padahal jarak mereka begitu dekat. "aku tahu kamu senang. Tunggulah disana, aku akan datang!"

Bus kota datang tepat setelah wanita itu menutup teleponnya.

PPPSSTTT...

Yoongi menutup telinganya. Suara decitan bus yang berhenti tiba-tiba menusuk pendengarannya dan menggetarkan kepalanya. Pandangannya berkunang-kunang dan ia kehilangan keseimbangan. "yaampun, apa kamu baik-baik saja?"

Yoongi meraih apapun yang ada didekatnya untuk mempertahankan posturnya. Tangannya digenggam oleh seorang wanita, "apa Anda perlu ke rumah sakit?"

Yoongi menggeleng. Ia mencoba membuka matanya, sosok wanita itu mengingatkannya pada ibunya. "Yoongi, ibu baik-baik saja!"

"kalau begitu, ayo duduk dulu dibangku." Tepat setelah wanita itu memapahnya, Yoongi tak sadarkan diri sepenuhnya.

..::TUNE IN LOVE::..

Saat Yoongi terbangun dia berada di sebuah ruangan yang tidak ia kenal. Namun samar-sama ia mendengar suara piano dari ruangan itu. ia berjalan keluar, mencari asal suara. Terlihat beberapa anak kecil tengah bermain piano di pojok ruangan.

"Oh, kamu sudah bangun?" tanya seorang pria paruh baya yang keluar dari dapur. Ia melepas apron dan sarung tangan cucinya. "kamu pasti terkejut kan? Istriku menemukanmu pingsan di depan sana, jadi kamu dibawa kesini. Apa ada yang sakit?"

Yoongi menggeleng, "terimakasih, aku akan pergi."

"Eih.. tidak usah buru-buru. Ayo duduk dulu." Ia menarik Yoongi ke meja depan kounter. "aku akan memberikan servis gratis untukmu." Pria itu memberikan sepiring omelet dan jus jeruk untuknya.

Yoongi menatap ragu omelet itu. namun tatapan pria itu seakan memaksanya untuk mencobanya. "bagaimana?" tanyanya setelah Yoongi menyuap sesendok.

Yoongi hanya mengangguk, "enak kan? Tapi aku rasa ada yang kurang." Ia mengeluarkan sepiring omelet lagi yang telah dimakan setengahnya. "aku tidak bisa membuat yang seperti ini. Menurutmu apa yang kurang?"

Kayaknya Yoongi dijadikan bahan percobaan sama orang ini, pakai maksa lagi.

Yoongi menyendok kecil omelet satu lagi dan menyantapnya dengan penuh keraguan. Siapa tahu kan omeletnya sudah basi? Tapi jauh dari kata basi, omelet ini lebih enak dibanding omelet satunya. Entah kenapa rasanya membuat nostalgia. "bagaimana? Beda kan?"

Yoongi menundukan kepalanya dan menggigit bibirnya. Ia meletakkan sendok makannya dan berdiri. "aku akan pulang sekarang." Saat ia berjalan, pintu restauran terbuka.

Seorang gadis berambut cokelat datang dengan wajahnya yang bahagia. Tongkatnya menuntun ke arahnya, "Oh, Wendy. Kamu datang!" sapa pria paruh baya itu.

"iya, ayah. Aku sudah pulang."

"Omo, kamu laki-laki yang tadi pingsan kan? Kamu tidak pa-pa?" tanya seorang wanita paruh baya yang berjalan disamping Wendy. "siapa bu?"

"ini Wen, tadi saat ibu mau naik bis, anak ini tiba-tiba pingsan disamping ibu. Nak, siapa namamu?"

Yoongi menatap Wendy sejenak, "Yoongi, Min Yoongi."

"Omo, nama yang indah." Wanita itu menepuk pundak Yoongi. "sayang, bawakan makanan kesini. Nak, ayo duduk dulu. Wendy juga, sepertinya kalian seumuran."

"tadi aku sudah makan, aku akan pulang saja"

"kenapa buru-buru. Nanti pingsan lagi kalau perutmu kosong. Ayo, sini!"

Jadilah Yoongi makan untuk kedua kalinya. Baik ayah Wendy maupun ibunya sangat baik kepadanya. Terkadang mereka berbicara kepadanya saat ia sedang makan. Terkadang mereka bertengkar dan bercanda, lalu Wendy hanya tersenyum mendengar pertengkaran mereka.

Sungguh jauh sekali dari kehidupannya yang sepi dan membosankan. Mereka mengingatkannya pada kehidupannya dulu, sebelum ibunya meninggal, sebelum ayahnya acuh padanya dan sebelum rumahnya menjadi kosong.

..::TUNE IN LOVE::..

________________________________________________________________________

Hai, vena disini. gimana ceritanya? seneng? bosen? 

Lanjut?? Komen yaa...

kira-kira Yoongi bakal dikasih restu gak ya?

TUNE IN LOVE • Wenga  ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang