CH 6 - Is It Different?

337 46 0
                                    

Wendy memainkan jemarinya sambil menunggu di koridor. "Wendy?" sahut gurunya yang baru saja datang ke kantor. Wendy berdiri, "ssaem, aku ingin berbicara padamu."

"kebetulan, aku juga ingin membicarakan beberapa hal denganmu."

Wendy duduk di kursi ruang kantor. Ia ragu harus mulai dari mana pembicaraannya. Pasalnya kejadian di acara amal itu pasti akan jadi buah bibir orang dan akan sampai ke telinga gurunya. Bagaimana bila gurunya tidak memberinya kesempatan lagi untuk tampil di panggung?

"ssaem, aku..."

"bagus sekali!" gurunya memulai pembicaraan. "Wendy, kerjamu bagus sekali. Aku dengar pemilik acara amal ini sangat menyukai penampilanmu."

Wendy kebingungan. Tunggu, harusnya bukan berita baik seperti ini yang muncul. Ia yakin, dirinya telah mengacaukan acara amal itu.

"katanya timingnya pas sekali, antara lagumu dengan momen saat itu. kamu melakukan pekerjaan yang hebat, Wendy!" gurunya tersenyum bahagia. Ia sangat senang ketika Wendy mendapat pujian atas penampilannya, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Oh, ng.. aku lupa kamu juga mau bicara sesuatu denganku, apa itu?"

Wendy menimbang-nimbang, "tidak. Aku tidak jadi, ssaem."

"Wendy, kamu harus melakukan yang terbaik lagi. Karena sepertinya CEO Min ingin mengundangmu. Kamu harus berhasil menjadikannya sponsormu. Aku akan mendukungmu."

"sponsor?"

"Yup. Apa aku belum pernah bilang padamu, Min Group memiliki akademi musik elit dan mahal. Banyak pianis-pianis terkenal dan berbakat lulusan sana. Pokoknya tidak diragukan lagi masadepanmu akan bersinar kalau kamu bisa direkrut masuk ke sana."

Wendy terdiam sebentar, ia masih memproses ucapan ssaemnya. "pokoknya aku akan mendukungmu!"

..::TUNE IN LOVE::..

I love my rule!!

Suara bass musik menggema di ruangan berkedap suara. Hoseok memegang mic dan bernyanyi sekeras mungkin. Sementara Namjoon sibuk dengan dua perempuan yang ada di sisinya. "Yeayyyy!!"

Jauh dari mereka berdua, Yoongi hanya menghabiskan whiskinya sambil terus melamun. Ia tidak menikmati hangoutnya hari ini sama sekali, padahal semuanya masih sama seperti dulu.

"Yoon ayolah, lupakan aja kejadian itu. kita kemari kan mau bersenang-senang." Hibur Namjoon.

"Iya, abis ini kamu harus nyanyi ya? Atau kita bisa joget diluar kalau lu mau." Maklum saja, tempat mereka sekarang adalah ruangan VIP di pub itu.

Yoongi menatap jemari tangannya yang terluka. Bahkan ketika lukanya sudah mengering dan sembuh, luka di hatinya tidak bisa memadam. Ia masih membenci bagaimana ayahnya mengumumkan pertunangannya dengan perempuan lain di acara amal milik ibunya. Dan perempuan itu merendahkan ibunya dihadapannya. Tidak bisa dimaafkan.

"Yoongi-ssi, ayo main denganku. Aku bakal bikin kamu bahagia malam ini" seorang perempuan menempelkan tubuhnya ke Yoongi dan meraih lengannya. Ia merajuk dan mencoba merayunya.

TAKK!!

Yoongi berdiri dan menatap perempuan itu, "aku paling benci perempuan sepertimu."

Yoongi keluar dari ruangan VIP-nya dengan jalan yang sedikit terhuyung. Ia sudah minum banyak alkohol dan efeknya semakin terlihat sekarang.

"kenapa hari itu aku menitikkan air mata? Aku yakin aku sudah tidak punya hal yang ditangisi"

BUGG!!

"Hei, kalau jalan liat-liat dong. Gak liat nih gue lagi pacaran?" tanya seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah darinya.

Yoongi menatapnya sinis lalu memukulnya. "bacot!!"

Si perempuan yang ada di sebelahnya berteriak kaget ketika melihat pria yang digandengnya terpental akibat pukulan Yoongi. "Jimin-ssi, kamu tidak pa-pa?"

Laki-laki bernama Jimin itu berdiri dan membalas pukulan Yoongi, namun gagal. Lagi-lagi Yoongi memukulinya hingga membuatnya lebam dan terluka. Bagi Yoongi pukulan itu terasa candu untuknya dan tiap kali ia melancarkan serangan, ia merasa baikan.

"tolong!" teriak perempuan itu. Hoseok yang kebetulan keluar dari ruangannya segera menghentikan Yoongi. "Hyung, hentikan. Apa lu udah gila?" tanya Hoseok yang memisahkan mereka.

Ia membawa Yoongi sejauh mungkin dari tempat itu. "lu juga mau gue pukulin?" tanya Yoongi dengan amarahnya yang meningkat.

"Yoon, gue tahu lu kesel sama ayah lu, makanya gue sama Namjoon mau ngajak lu kesini. Gue mau lu seneng lagi Yoon, ada gue sama namjoon disisi lu. Kita gabakal ninggalin lu"

Yoongi menurunkan amarahnya. "sekarang, lebih baik kita pulang, oke?"

"gue pergi sendiri!"

..::TUNE IN LOVE::..

Yoongi menyalakan lampu sebuah ruangan setelah ia masuk dengan membobol kunci ruangan dengan sebuah kawat. Ia berjalan terhuyung ke sudut ruangan. Sesekali ia menabrak anak tangga dan kursi.

Ia menjatuhkan dirinya di depan piano. Ditatapnya piano itu dengan nanar. "kenapa kamu datang lagi ke hidupku?!"

TRENGG!!

Pukulannya membuat not piano berbunyi bersamaan. "tidak, bukan begitu caranya. Kalau kamu menambahkan amarah, suara pianonya akan berubah!"

Yoongi kecil memperbaiki tekniknya. "ini membuatku frustasi, Bu. Aku tidak mau main lagi!" dirinya yang tantrum hampir saja membuat ibunya percaya kalau dia tidak akan bermain lagi. tapi faktanya dia berlatih piano lebih keras daripada siapapun. "katanya kamu tidak mau belajar lagi?"

"kata siapa bilang? Aku tidak pernah bilang."

"baiklah. kalau begitu kamu harus meluruskan punggungmu dan melemaskan jemarimu. Nanti cepat pegal kalau badanmu kaku. Ibu yakin kamu pasti bisa menjadi pianis yang handal."

Juara 1 Kompetisi Musim Panas Pianis Muda

Juara 1 Kompetisi Piano tingkat Regional

Juara 1 Kompetisi piano tingkat nasional

Ayahnya menatap lekat-lekat piagam penghargaan yang diraihnya. "ini sampah. Kamu mau jadi pianis profesional? Jangan bermimpi. Cita-cita kamu itu hanya satu, meneruskan perusahaan ayah."

Yoongi menatap nanar 'sampah' yang dibuang ayahnya ke lantai.

"sayang.. kamu tidak boleh seperti itu pada Yoongi. Dia itu beneran berbakat. Kita harus mendukungnya apapun pilihannya."

"tentu saja kamu mendukungnya. Kamu senang kan dia mengikuti jejakmu. Tidak dengan aku! Aku mau dia mengikutiku. Dengar Yoongi, mulai besok kamu harus pindah sekolah. Aku tidak mau kamu sekolah di akademi musik lagi. kita masih punya banyak yayasan sekolah yang bagus buat kamu."

"besok? bukannya itu terlalu cepat, sayang..."

"aku tidak peduli. Pokoknya kalau kamu masih bermain piano, aku akan bakar piano kamu dan memblacklist kamu dari semua kompetisi."

Love Sorrow. Lagu yang ia mainkan saat ini terhenti akibat ketukannya yang kacau. Ia menangis dan berteriak, "aku ingin kamu menghilang dari hidupku.. aku mohon..."

Piano bagi Yoongi adalah pemberian terindah dari ibunya sekaligus kutukan dari ayahnya. Dan momen dimana ia bertemu dengan Wendy, apakah arti piano baginya?

..::TUNE IN LOVE::..

___________________________________________________________________________

Hallo, disini Vena, terimakasih banyak yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini, jangan lupa voment yaa...

Chapter ini isinya emosi Yoongi semua nihh, kangen sama Wenga moment?
Ekhmm... chapter selanjutnya ada Robbin nih, siapa tuh?


TUNE IN LOVE • Wenga  ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang