SIWY | 04

583 42 2
                                    

Tidak perlu menunjukan bahwa kamu kuat, terkadang seorang panglima perangpun menangis.

~kptTNW~

___

Teguh POV

Saat sedang sesi makan, saya mendengar percakapan antara dokter nisa, siwy dan suster dea. Mereka menanyakan keadaan siwy. Ya saya melihat dia menangis. Entah menangisi apa. Saya pura pura acuh tapi kuping saya berfungsi dengan baik. Apalagi mereka duduk tepat didepan saya.

"Dokter siwy kenapa menangis? Ada yang sakit?" Tanya dokter nisa membuat perhatianku mengarah kepadanya.

"Tidak aku tidak apa apa" jawabnya.

"Dokter lagi rindu keluarga ya?"tanya perawat dea. Siwy hanya diam dan matanya, menggambarkan keterlukaan. Ada apa dengannya?. Kenapa matanya seperti itu. Wajahnya menahan tangisan.

"Aku istirahat duluan ya." Ucapnya.

'kenapa tidak menjawab pertanyaan. Pasti ada sesuatu' batinku.

Meskipun aku galak, dingin dan cuek. Tapi aku adalah orang peka dengan sekitar. Tapi entah mengapa mereka bilang saya cuek? Entahlah saya juga tidak tahu.

"Tapi dokter belum makan. Makan dulu" sahut perawat dea.

"Iya dokter makan dulu" timpal dokter nisa.

"Aku tidak lapar, aku capek sekali. Ingin istirahat" setelah mengucapkan itu ia berlari.

Saya langsung berdiri dan membawa makanan milik dokter siwy. Entahlah saya kerasukan apa, tapi entah mengapa jika dia ada sesuatu batinku mengatakan seperti itu.

Aku berlari mengejar nya dan ternyata benar dugaan saya dia menangis di belakang tenda markas ini.

Saya ingin mendekatinya. Tapi saya urungkan ketika ia berbicara.

"Bintang, apakah kehidupanku harus seperti ini? Harus hidup diantara penderitaan. Terkadang aku capek menjalankan dunia palsuku. Duniaku penuh dengan kepalsuan. Aku capek memasang senyum palsuku, aku capek memasang wajah tidak ada apa apa. Tapi hatiku kenapa kenapa. Apa orang tua angkatku merindukanku? Ah mungkin Tidak. Aku hanya bisa berharap saja. Apa takdirku seperti ini bintang? Jika memang takdirku untuk terluka aku tak apa. Aku akan menerimanya. Tapi terkadang aku lelah, apa aku boleh beristrihat sejenak? Sungguh aku lelah dengan dunia palsuku." Ucapnya.

'maksudnya?dunia palsu? Senyumannya palsu? Orang tua angkat? Apa ada kaitannya?" Batinku bertanya.

Saya lihat dia kembali menunduk dan saya menghampirnya. Saat didekatnya saya tepuk pundaknya dan dia melihat ke arah saya. Dengan pipi penuh jejak air mata, mata sembab, hidung merah dan tatapan matanya. Tatapan mata terluka.

Ia kembali menunduk untuk mengelap air matanya dan saya duduk disebelahnya. Setelah selesai mengelap air matanya dia kembali menatapku dan bertanya.

"Sejak kapan kapten disini?" Tanyanya.

"Sejak kamu menangis dan bercerita ke bintang" jawabku santai.

Teguh POV end

Tubuh siwy menegang, apakah mungkin teguh mendengar seluruh ucapannya?

Siwy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang