SIWY | 07

553 39 0
                                    


Setelah menempuh waktu 10 menit, akhirnya mereka sampai disebuah cafe. Teguh keluar terlebih dahulu lalu memutari mobil milik siwy dan membukakan pintu untuk siwy. Siwy keluar dengan galang digendongannya. Anak itu sudah tidur didekapan siwy, ia tidak tega meninggalkan galang sendiri di dalam mobil. Maka ia membawa galang dengan menggendongnya.

Mereka berdua berjalan beriringan, dengan galang digendongan siwy. Mereka sudah seperti sepasang suami istri dan keluarga bahagia, maybe.

Siwy dan Teguh memilih duduk dibangku pojok dengan langsung menghadap kejalanan. Seorang pelayan mendekati mereka dan langsung memesan makanan. Kebetulan siwy belum sarapan.

Hening, yang menyelimuti mereka. Tak ada yang memulai untuk memecahkan keheningan tersebut. Siwy tetap diam dengan sesekali tangannya mengelus punggung galang pelan.

"Ehmm, gimana kabar kamu?" Tanya teguh akhirnya memecahkan keheningan yang menyelimuti mereka berdua.

"Emm, baik" jawab siwy.

Canggung.

Satu kata yang siwy rasakan ketika berdekatan dengan Teguh, mungkin karna sudah lama tidak jumpa.

"Maaf" ucap teguh, membuat siwy bingung.

"Untuk apa?" Tanya siwy dengan dahi berkerut.

"Maaf, dulu saya pernah bilang akan sering menjenguk galang." Ucap Teguh. Memang dulu teguh pernah bilang ia akan sering menjenguk galang. Tapi karna kesibukan dan tugas sebagai abdinegara ia tidak bisa menjenguk galang saat sudah di jakarta.

"Tidak apa apa" ucap siwy sambil tersenyum.

"Emang kamu kemana selama satu tahun ini?" Tanya siwy, akhirnya ia lega bisa menanyakan itu. Karna itu adalah pertanyaan yang akan siwy tanyakan jika bertemu dengan Teguh. Memang sudah direncanakan.

"Kenapa? Rindu dengan saya?" Tanya teguh dengan menaikan salah satu alisnya, berniat menggoda.

"Tidak" jawab siwy cepat.

"Haha, saya tau kamu pasti merindukan saya. Terlihat dari wajah kamu itu, udah merah seperti tomat busuk" ucap teguh diakhiri kekehan kecil.

Siwy yang mendengar perkataan teguh langsung melihat wajahnya dari layar ponsel yang mati.

'mampus, kenapa ini wajah ga bisa di ajak kerjasama sih' batin siwy kesal

"Setelah satu bulan pulang dari palu, saya dapat tugas untuk menjaga perbatasan indonesia-malaysia. Dikalimantan. Selama 6 bulan. Setelah itu saya pulang, tapi handphone saya rusak. Sedangkan nomor kamu ada di handphone sebelumnya. Jadi saya tidak bisa menghubungi kamu." Jelas Teguh.

"Oh" jawab siwy.

"Saya udah jelasin panjang lebar cuman dibalas 'oh' doang? Parah sih, nyesel saya bicara." Kesal Teguh. Disambut kekehan dari siwy.

"Permisi, mbak, kak. Ini pesanannya" ucapan pelayan yang mengantarkan makanan pesanan mereka memotong pembicaraan.

"Terimakasih, mbak." Ucap siwy sambil tersenyum manis.

"Sama sama." Jawabnya lalu pergi meninggalkan mereka berdua lagi.

Hening kembali menyelimuti mereka berdua. Hanya denting sendok yang terdengar. Tak lama suara isakan Galang memecahkan keheningan mereka.

"Hiks" isakan Galang saat bangun dari tidurnya.

"Sst, bobo lagi aja." Tenang siwy sambil mengelus punggung kecilnya. Sesungguhnya kakinya sudah mulai kebas karna memangku galang.

Galang menjawab dengan gelengan. Ia terusik karna pergerakan siwy yang membenarkan letak duduk galang dipangkuannya.

"Hiks" isakan galang kembali terdengar. Walau teredam karna galang menyembunyikan kepalanya di dada siwy.

Siwy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang