SIWY |15

462 37 0
                                    


Hari berganti hari, kini sudah 3 minggu Siwy tinggal dikesatuan. Banyak yang berubah dikehidupannya kali ini. Dari mulai melayani suami, berkumpul dengan ibu ibu persit dan sebagainya. Ia menikmati hidupnya yang saat ini.

Namun, siapa sangka 2 minggu kebelakang ini. Banyak ibu ibu yang menggosipkan rumah tangganya. Dari mulai gosip ia seorang janda, wanita hamil diluar nikah dan tentang buruk lain Siwy. Kalian tau apa penyebabnya? Ya, karna Galang. Di batalyon tidak ada yang tahu bahwa Galang adalah anak angkat Siwy, kecuali teman teman Teguh dan Danyon.

Awalnya Siwy hanya biasa saja, tapi terkadang ia juga selalu sakit hati jika mendengar kata kata ibu ibu. Tapi, ia hanya menutupi dengan senyum. Gosip ini mungkin belum sampai ke telinga Teguh.

Siwy POV

Pagi hari yang cerah, aku mengawali semuanya dengan beberseh rumah, menyiapkan sarapan untuk suamiku dan anakku tercinta.

Seperti kata author di awal, memang di batalyon lagi panas gosip tentang dirinya. Meski sakit tapi aku harus bisa menutupinya.

Disiksa oleh keluarga angkatku saja aku bisa menutupinya, lalu kenapa hanya sebuah gosip aku tidak bisa menutupinya?

"Selamat pagi, baby." Sapa suamiku dengan mengecup pipi kiriku.

"Pagi, mas." Balasku dengan tersenyum.

"Alang belum bangun?" Tanyanya.

"Belum deh kayanya tapi coba kamu liat dulu." Titahku dan langsung di angguki olehnya.

Tak lama Galang dan suamiku datang dengan Galang dalam gendongannya.

"Loh, kok alang digendong?" Tanyaku heran.

"Biasa manjanya kumat." Jawabnya.

"Oh, ya udah sekarang kamu mandi dulu. Terus siap siap pake baju seragamnya." Perintahku.

"Pengen sama Baba." Rengeknya. Galang berada di dalam gendongan Teguh dengan kepala disenderkan keceruk leher Teguh.

"Ya udah ayok." Ajak Teguh.

Setelah mereka berlalu kedalam kamar mandi. Kini aku menyiapkan 3 piring di atas meja. Lalu menyeduh Susu coklat milik Galang dan Lemon tea milik Teguh.

Mas Teguh dan Galang datang dengan Galang menggunakan baju Seragam pramukanya dan mas Teguh sudah menggunakan seragamnya.

"Wah anak buna udah ganteng aja ini. Sini cium dulu." Aku langsung mengecup pipi kanan dan kiri Galang yang dibalas dengan dengusan.

"Ihh, buna. Jangan cium cium!!!" Kesal Galang.

"Kenapa?" Godaku.

"Aku udah gede buna, jangan cium cium!" Larangnya dengan kepala digeleng gelengkan. Menambahkan tingkat kegemasannya.

"Menurut buna kamu masih kecil, udah yuk ah makan." Galag hanya mendengus lalu mulai memakan nasih goreng miliknya.

"Yuk udah, hari ini Baba yang bakalan anterin kamu." Mas Teguh mulai beranjak dari meja makan.

Aku mengantarkannya sampai teras rumah.

"Kamu ga ada jadwal?" Tanyanya.

"Ada tapi nanti berangkatnya jam 9," ucapku.

"Pulangnya?" Tanyanya lagi.

"Jam 2."

"Nanti mas jemput, mas berangkat dulu ya sayang. Asalamualaikum." Pamitnya setelah mengecup keningku dan aku mencium punggung tangannya.

"Iya. Waalaikumsalam," balasku.

"Buna Alang berangkat ya. Asalamualaikum," Galang mencium punggung tanganku dan dibalas dengan kecupan dikeningnya.

Siwy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang