SIWY | 05

596 35 0
                                    


Setelah pertemuan dengan galang, anak kecil yang sekarang hidupnya sebatang kara. Siwy menjadi kebingungan, ia jatuh hati kepada pria kecil itu. Ia ingin membawanya kejakarta dan hidup bersamanya di jakarta. Tak salahkan, ia juga hidup seorang diri dijakarta. Mungkin dengan hadirnya anak itu ia bisa memiliki hiburan.

Hari terus berganti menjadi minggu dan tak terasa sekarang sudah masuk ke minggu ketiga siwy berada di palu. Kini siwy sedang bersiap untuk pergi ke markas pusat karna hari ini adalah jadwal pengambilan obat obatan.

"Dea, sudah siap?" Tanya siwy karna hari ini dea yang akan menemaninya.

"Sudah dok" jawab dea.

"Ayo" ajaknya.

Mereka berduapun keluar dari ruangan istirahatnya. Sapaan dari para tentara pun menemani langkah mereka. Saat dipertengahan jalan siwy bertemu dengan teguh. Hubungan mereka pun semakin dekat. Entahlah mereka merasakan nyaman, namun hanya bisa dipendam dalam diam.

"Pagi kapten" sapa siwy dan dea bebarengan.

"Pagi" jawab Teguh dengan wajah datarnya.

"Mau kemana bu dokter?" Tanya damar.

"Ke markas pusat lettu damar" jawab siwy sambil tersenyum.

"Oh ayo bareng aja, kita juga mau ke markas pusat" ajak damar dan dijawab anggukan oleh siwy dan dea.

Merekapun berjalan menuju mobil yang biasa digunakan untuk membawa barang barang yang dibutuhkan dari markas pusat. Dalam perjalanan hanya hening saja yang menemani. Siwy fokus dengan pikirannya karna kurang lebih 1 minggu lagi siwy berada disini. Dan ia ingin membawa galang ke jakarta untuk tinggal bersamanya.

"Emm,, kapten teguh. Boleh nanti saya berbicara?" Tanya siwy, kebetulan mereka duduk di bangku yang bersebelahan sedangkan damar duduk di sebelah dea dan berhadap hadapan. (Paham ga sih:( intinya mah gitu)

"Bicara saja" jawab Teguh dengan kesan dinginnya.

"Berdua" ucap siwy.

"Baiklah, nanti di markas pusat saja" putus teguh.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam merekapun sampai di markas pusat. Siwy langsung pergi ke tempat penyediaan obat obatan. Sedangkan Teguh dan anggotanya pergi ke komandannya.

Setelah semuanya selesai, siwy meminta teguh untuk berbicara berdua. Dan karna itulah mereka duduk dibangku belakang. Sudah sekitar 10 menit mereka duduk dibangku itu dengan kondisi hening yang menyelimuti. Tidak ada yang memulai untuk memecah keheningan. Sampai akhirnya teguh memecahkan keheningan tersebut.

"Ada apa?" Tanyanya dengan suara dinginnya dan itu tidak berpengaruh kepada siwy.

"Emm, aku pengen bawa Galang ke jakarta buat tinggal sama aku" ungkapnya.

".."

"Aku ngerasa jatuh hati sama pria itu, kita sama satu nasib. Bedanya galang pernah bertemu dengan orang tua kandungnya sedangkan aku tidak. Ia sama sama aku kehilangan kasih sayang dari orang yang disayang bedannya ia kehilangan karna tuhan menjemput kedua orang tuanya, sedangkan aku karna memang aku anak pembawa sial" satu tetes air mata turun dari mata cantik siwy.

Entahlah, ia merasa satu nasib dengan galang. Mereka sama sama ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Siwy tidak mau galang tinggal di panti asuhan seperti dirinya. Lebih baik ia ikut dengannya pergi ke jakarta.

Teguh POV

Entah mengapa melihat siwy menangis hatiku terasa tersayat. Sakit rasanya. Kedekatan kami yang sudah 3 minggu ini memang membuatnya lebih terbuka kepadaku. Sampai saya pernah melihat dia menangis dalam diam sambil mengungkapkan keluh kesahnya kepada bintang dan meminta ia untuk selalu berbagi keluh kesahnya kepada saya.

Siwy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang