CHAPTER 4: KNOCK

133 26 0
                                    



Hari ini adalah libur akhir pekan pada penghujung bulan, biasanya adik Jerim menyempatkan waktunya menginap di flat Jerim barang sehari saja.

Kalian jangan salah, meskipun Jaemin adalah seorang laki-laki, namun dia sangat manja dengan kakaknya dan juga sangat lengket bagai perangko. Makanya, waktu Jerim memutuskan untuk menitipkan Jaemin di asrama, remaja laki-laki itu sempat mengamuk.

Mengamuk dengan imut tentunya, dia tahu bahwa kelemahan dari kakaknya itu adalah aegyo.

Seperti saat ini, mereka sedang bersantai di kamar Jerim, dengan dua cangkir teh beraroma rose yang berada di nakas samping ranjang. Keduanya hanya sibuk dengan ponsel masing-masing, sang adik yang sedang menonton video dari aplikasi youtube dan yang tertua sedang membaca artikel.

Cukup membosankan weekend kali ini, namun dia menghargai keputusan Jaemin yang menginginkan akhir pekan kali ini bersemedi di rumah saja. Dia mengerti dan paham, adiknya ini sedang lelah secara fisik dikarenakan terlalu banyak latihan yang dijalani. Lagi pula jika mereka keluar rumah waktu berbaring bersama seperti ini akan berkurang.

Memecah keheningan dikamar kakaknya itu, Jaemin akhirnya bersuara, "hubungan kakak sama chef itu gimana?" ucapnya tanpa melepaskan pandangannya dari ponsel.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Jerim, dia tak melepaskan pandangannya dari ponsel, kemudian menjawab, "gak tahu, gak jelas."

Jaemin kaget dengan jawaban kakaknya itu, akhirnya dia melepaskan pandangannya dari ponsel
, setelah sebelumnya dia pause video yang sedang di tonton, kemudian bangun dari posisi nyamannya, "Hah? Gak jelas gimana, sih?"

"Ck, gak tau Min"

"Kakak jangan panggil Min, dong. Gak enak banget di denger, jatohnya jadi kayak Sarimin"

"Ya. memang nama kamu ada Min nya mau gimana lagi?"

Jaemin berdecak, dan sepertinya menyesali keputusan orang tuanya memberi nama ada Min-nya. Kakaknya itu jadi sering menggodanya, lantaran monyet peliharaan tetangganya di Daegu dulu, juga ada Min-nya. Melupakan perkataan dari kakaknya, dia bersuara lagi, "kakak serius nggak 'sih pacaran sama chef itu? Aku jarang banget liat momen kakak berdua, padahal udah setengah bulan habis berita itu"

"Enggak" Jawabnya dengan singkat. Jerim tetap memusatkan pandangannya pada ponselnya, walaupun sebenarnya dia terganggu dengan ocehan Jaemin tapi sebisa mungkin dia bisa mengontrol emosinya.

Jaemin sontak kaget dengan jawaban sang kakak, "ih, kok bisa 'sih nggak serius? Kakak lihat aku dulu, dong!" Ucapnya sambil menarik tangan kanan Jerim agar pandangan Jerim beralih kepadanya. Sang kakak pun menurut dan meletakkan ponselnya di nakas.

"Kakak cerita yang jelas, dong! Aku 'kan juga mau tahu!"

"Yakin kamu mau denger?"

Jaemin mengangguk, "iya, kak."

"Lepasin kakak dulu, sakit ini." Jerim menatap tangannya yang masih digenggaman tangan kekar adiknya itu. Beberapa detik kemudian Jaemin pun melepaskan genggamannya, diselingi kekehan aneh yang keluar dari mulut adiknya itu.

"Tapi kamu jangan cerita ke siapa-siapa, ya"

"Iya, kak. Dedek janji!" Keduanya kemudian menautkan jari kelingking.

Bukan apa-apa, hanya saja dia mewanti-wanti adiknya ini untuk tidak sembarangan. Mulut adiknya ini sangat tidak etis alias julid. Jika ada rahasia tentang Jerim, dia tidak segan-segan untuk mengatakan kepada kedua orang tua mereka atau parahnya lagi dia menceritakannya ke Eun Woo. Tak lupa dengan karangan cerita yang dikemas seㅡmenarik mungkin, agar pendengar terpikat dengan cerita bodohnya itu.

Cheftography: Yoon Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang