"Gimana kerjaan kamu di New York kemaren? Lancar nggak?" Tanya laki-laki disebrang sana.
"Lancar, kok. chef nya juga baik, ga banyak nuntut." Jawab wanita itu seadanya, dikarenakan sekarang dia sibuk untuk mengedit hasil jepretannya beberapa hari lalu.
"Hmm" terdengar helaan nafas disebrang sana.
Dan Jerim tidak mempedulikan itu. Perlu diingat , jika ia sedang berkutat dengan alat segi empat didepannya. Dalam kata lain sedang bekerja.
Dia akan melupakan segalanya. Dikarenakan yang menelfon adalah orang yang sangat berjasa untuk profesinya sekarang, jadi dia akan menghargainya. Menjawab seadanya pun tak masalah.
Iya, kalo tidak ada laki-laki ini mungkin dia tidak akan memeluk kamera sekarang. Hobi yang sekarang menjadi profesinya. Semua modal mulai dari sekolah, kursus, kamera yang ia pegang sejak lima tahun yang lalu adalah hasil pemberian dari laki-laki seumuran dia itu.
Orang ini sangat baik menurut Jerim, sebisa mungkin dia akan membalas kebaikan temannya sejak kecil itu.
Iya, teman.
"Kamu nggak capek kerja sana-sini, keluar masuk negeri orang tapi cuma foto makanan doang?" Ucapnya sambil terkekeh.
Yaampun, Jerim jadi rindu orang ini. Wajahnya, senyumnya, canda tawanya, bahkan omelannya pun dia sangat merindukannya.
"Kamu meremehkan pekerjaanku ya?" Jujur dia agak tersinggung dengan ucapan laki-laki itu. Dilain sisi, bukankah dia yang berperan penting dalam merealisasikan mimpinya ini?
"Enggak gitu, Je. Aku kan cuma takut kamu kecapekan."
Baiklah, ucapannya tadi terdengar sedikit ada kekhawatiran.
Bukan sekali dua dia mengatakan hal ini, sudah berkali-kali, semenjak Jerim terlibat kontrak oleh salah satu agensi fotografer ternama tiga tahun yang lalu. Mereka menghubungi Jerim setelah melihat hasil fotonya di Instagram dan Twitter.
"Aku nggak mau dengar kamu ngomel. Aku matiin ya, bye!"
Dia mematikan layar ponsel, sungguh Jerim tidak ingin ada perdebatan sekarang. Dia tidak sedang baik-baik saja. Dia tidak ingin wejangan orang lain untuk sementara waktu.
Pikirannya sedang kacau. Entahlah kenapa, yang pasti, Jerim sedang tidak baik-baik saja.
Mungkin karena dia sedang....
Daripada terlalu stres bekerja untuk sekarang, berkutat dihadapan laptop. Mengedit hasil tangkapan dari kamera tuanya, lebih baik dia berkeliling di sekitaran Kota Louisville, barang sebentar.
Perusahaan tempatnya bekerja memang seperti itu, setelah merampungkan semua pekerjaan. Mereka para staff, tidak akan segan-segan untuk mengajak para fotografer untuk mengelilingi Negara yang mereka kunjungi.
Jerim tidak tau berapa banyak kekayaan yang didapat oleh perusahaan tempatnya bekerja itu. Yang pasti, dia selalu menerima gaji yang lebih dari cukup. Bisa lah untuk biaya dia menyewa flat disekitaran Gangnam. Dan membiayai kuliah adiknya.
Iya, Jerim memiliki seorang adik laki-laki, yang sekarang sedang berkuliah di salah satu Universitas Olahraga di Korea Selatan. Adiknya itu memang dari kecil menyukai olahraga, berbanding terbalik dengannya yang sangat menyukai hal-hal berbau multimedia dan penyiaran.
Adiknya sekarang memilih tinggal terpisah, dengan tinggal di asrama kampus. Walaupun biaya makan dan kebutuhan sehari-hari sudah terjamin disana, tapi tetap saja adiknya itu akan memerlukan uang sewaktu-waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheftography: Yoon Sanha ✔️
FanficPertemuan pertama mereka memiliki kesan yang buruk, namun karena dua hal, memaksa mereka untuk bekerja sama. Start: 02 Juni 2020 End: 18 Juni 2021 © yhyunj