CHAPTER 21: BAD IDEA

84 19 24
                                    

Future hopes that i wanted to fulfill
But still stuck in this time
Sometimes, i long for the young days
Because if i stand there again, maybe i can smile
Now i'm used to the same things
Repeating over and over
So time is just passing like that.

Ben - Can't Go

______


Selama bekerja dan sekarang menuju jalan pulang ke rumah, Sanha tak henti-hentinya memikirkan pernyataan dari Jerim pagi tadi. Mau tahu reaksi Sanha saat pernyataan tersebut keluar dari mulut Jerim? Ya, dia hanya diam saja, tak bereaksi banyak dan berusaha mengalihkan pembicaraan dengan Jerim, "nanti ya ceritanya, nanti kamu telat bekerja."

Dia sebenarnya sudah mengira kalau Jerim adalah mantan dari kembarannya. Saat di Daegu, beberapa kali ia melihat Soobin dan Jerim sedang berdua menghabiskan waktunya. Sanha yang mementingkan belajar tak peduli akan hal itu, dan juga hubunganya dengan Soobin tidak sedekat saudara kembar pada umumnya.

Sanha juga dapat menebak, mengapa diawal hubungan Jerim cukup sulit untuk menganggapnya sebagai kekasih sungguhan. Walaupun sekarang hubungan mereka sudah ada sedikit kemajuan, Sanha yakin kekasihnya itu masih tidak bisa melupakan cinta pertamanya.

Semua terlihat dari gelagat Jerim beberapa jam yang lalu, mata dan sikapnya berbeda dari hari-hari sebelumnya. Dari pancaran matanya, perempuan itu tampak sedih dan bingung. Senyumnya juga tidak seperti biasanya. Entahlah hanya prasangka Sanha saja atau memang kenyataannya seperti itu.

Setelah memarkirkan mobil di garasi, Sanha bergegas masuk ke dalam rumah. Mengambil segelas air putih lalu meminumnya, kemudian ia memeriksa beberapa bahan makanan di kulkas. "Untung masih banyak." Gumam Sanha dengan suara kecilnya.

Berarti belum ada yang ke rumahnya pagi hingga siang ini, biasanya kalau Soobin atau Hyunjin yang datang ke rumahnya pasti ada saja yang hilang. Padahal untuk makan sudah disiapkan Sanha sebelum berangkat kerja.

Lama memperhatikan isi kulkasnya, tiba-tiba Sanha terkejut bukan main saat ada yang meniup telinganya dengan kencang. "Astaga!" Ucap Sanha sambil mengelus dadanya. Jantungnya berdebar kencang, untung saja dirinya tidak terkena serangan jantung.

Sanha membalikkan badan dan melihat saudara kembarnya, "sejak kapan?"

Sedang yang ditanya duduk di kursi pantri, "baru aja datang."

Sanha menyusul duduk di samping Soobin dan memperhatikan adik kembarnya yang sedang minum dari bekas gelasnya tadi. "Gimana keadaan mama? Kapan sidang lanjutannya?"

Soobin meletakkan gelas dengan kencang, kebiasaannya. "Mama baik kok, cuma ya gitu, kadang murung." Memotong jawabannya, sejenak Soobin menghela nafas kasar, "kalo untuk sidang lanjutan belum ada jadwal yang pasti karena papa juga nggak datang-datang dari sidang pertama."

Lalu Sanha memperhatikan kembarannya yang tiba-tiba mendorong bahunya dengan kencang, sampai-sampai Sanha hampir terjatuh dari kursi yang ia duduki.

"Makanya lo tuh kalo sidang datang lah, gue mulu! Perasaan lo yang anak mami."

Sanha membenarkan posisi duduknya, "ya... aku kan sibuk kerja."

"Sibuk kerja apaan lo? Sibuk pacaran iya!"

Sanha tergelak, "apasih?! Kamu mau makan apa kalo aku nggak kerja?"

Sejenak Soobin terdiam. Benar juga. Lalu, Soobin berdeham agar pengalihan topik selanjutnya berjalan dengan lancar.

"Eh, pacar lo itu punya adek laki-laki?" Tanya Soobin dengan wajah seriusnya.

Kemudian Sanha hanya mengangguk sebagai jawaban, dan ia sudah dapat menebak kemana arah pembiacaraan mereka setelah ini.

Cheftography: Yoon Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang