CHAPTER 17: I'LL BE THERE

88 25 5
                                    

Hayuuu pembaca hantu alias ghoib

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayuuu pembaca hantu alias ghoib... di vote yak, kalo nggak Ddana iket dalam jaket nih!

________



Kurang lebih lima hari sudah Jerim menginap di rumah Dahyun, terkadang dia juga ke rumahnya sendiri untuk memastikan rumahnya tetap aman selama ditinggal. Namun untuk ke sana dia perlu ditemani karena takut terjadi apa-apa.

Sebelumnya ia sudah menceritakan semuanya kepada adiknya, Jaemin. Adiknya itu menawarkan untuk tinggal sementara di sana, namun ditolak oleh Jerim lantaran takut Sang adik kuliahnya terganggu karena sebentar lagi akan lulus. Dia banyak tugas dan turnamen, dan juga pasti mahasiswa semester akhir tak bisa jauh dari kampus karena banyak revisi.

Jerim pun sudah menceritakan semuanya kepada Sanha saat makan siang waktu itu, dan diberi saran agar cuti kerja dulu untuk menenangkan diri dan menyelesaikan masalah ini semua. Diuntit bukan hal yang bisa disepelekan, untuk itu orang-orang terdekat Jerim akan membantu dirinya mencari tahu siapa orang dibalik ini semua. Meneror dirinya dan orang-orang terdekatnya.

Dihari libur seperti ini sebagai orang yang menumpang di rumah orang lain, Jerim harus bisa menempatkan diri. Pagi buta ia sudah bersih-bersih di rumah Dahyun, sedang tuan rumah masih mengarungi dunia mimpi. Ia juga berniat mengisi kulkas Dahyun yang sudah mulai kosong dengan beberapa bahan makanan. Tapi dia takut untuk ke luar rumah sendirian ataupun dengan Dahyun. Kemudian Jerim mengambil ponsel di atas nakas dan menghubungi adiknya.

Halo…” Suara serak khas bangun tidur memasuki rungu Jerim.

“Bangun tidur?” Tanya Jerim, lalu mendengar jawaban berupa deheman dari seberang sana. Benar ternyata, adiknya bangun tidur. “Bangun, yuk. Bantu kakak sebentar.” Hingga, di seberang sana terdengar suara berisik. Sepertinya Jaemin sedang merapikan singgasananya.

Bantu apa kak?

“Beliin bahan makanan buat kak Dahyun.”

Aku kesana gimana?

“Naik bus aja.”

Tapi susah kak, belanjaannya pasti banyak.

Jerim mendengus kesal, adiknya ini banyak alasan sekali. “Ya terus gimana?”

Sama kak Sanha aja. Hehe.”

“K-kok dia?!” Jerim memekik tak menyangka dengan adiknya ini.

Kakak ipar aku.” Jaemin cenge-ngesan di sana.

“A-apaan sih?!” Jerim jadi gugup sendiri, ingin rasanya menenggelamkan adiknya ini di lautan. Tapi dia tak tega. “Tahu ah, terserah kamu aja sana!”

Jerim langsung memutuskan sambungan telepon dengan adiknya yang menyebalkan itu. Sudah mau lulus kuliah dan suka main perempuan, tapi kalau sudah bersama Jerim menggemaskannya bukan main. Disaat dia memikirkan akhlak adiknya, tiba-tiba ponselnya bergetar.

NanaJaemin

Kak? Uangnya mana?
Uang ku habis.


•••



Dua laki-laki tinggi itu berjalan di antara rak-rak yang menyediakan kebutuhan rumah tangga. Jaemin membacakan pesan dari Jerim berisikan kebutuhan yang akan dibeli, sedangkan Sanha akan memilih bahan makanan yang berkualitas baik. Dia chef sudah tentu dia tahu mana yang terbaik untuk sebuah bahan makanan.

“Kak Jerim minta barangnya double kak, buat di rumah dia nanti.” Ucap Jaemin sambil menatap layar ponselnya.

Sebenarnya mereka sudah hampir selesai dengan list yang dikirim Jerim, namun Jerim tiba-tiba mengirim pesan seperti itu. Jadi ya sudah, tidak apa-apa. Sanha mana bisa marah.

“Yaudah kita balik lagi aja.” Jawab Sanha sambil mendorong troli.

Jaemin menatap Sanha dengan sorot mata yang tak nyaman, seperti kasihan. “Kakak ga keberatan? Kalo capek Jaemin aja yang balik, kakak nunggu disini aja.”

Mendengar itu Sanha tertawa kecil. “Nggak apa-apa, kok. Santai aja.” Sanha merebut kembali troli yang awalnya direbut oleh Jaemin.

Melihat troli itu direbut, Jaemin menyerah. Lagi pula dia tadi basa-basi saja.

Mereka berjalan melalui rak-rak yang tersusun rapi kebutuhan rumah tangga, mencari barang yang mereka ambil sebelumnya. Hanya ada keheningan di antara keduanya yang sebenarnya dari awal mereka canggung, Jaemin mengalihkan rasa bosannya dengan memainkan ponsel sambil membacakan list yang dikirim oleh Jerim.

Hingga Sanha melenyapkan keheningan itu dengan bertanya, “ulang tahun Jerim tanggal berapa?”

Jaemin yang berjalan di belakang Sanha kini mendekat dan menyeimbangkan langkahnya di samping Sanha. “Hah?” Jujur saja, Jaemin tak mendengar apa yang dikatakan oleh Sanha tadi.

“Kamu agak tuli juga, ya.” Ledek Sanha sambil mendorong troli. “Aku tanya, kapan ulang tahun Jerim?”

“Kakak nggak tahu? Kakak kan pacarnya.”

“Ya aku kan juga baru kenal sama Jerim.”

“Sebenarnya aku lupa. Hehe.”

“Kamu nggak tahu? Kamu kan saudaranya.”

Jaemin yang diserang pertanyaan itu terkejut. Selain seksi, laki-laki ini pintar juga, begitu batin Jaemin berbicara. Ia meneguk ludahnya dengan susah payah. “K-kakak emang tahu tanggal lahir saudara kakak?” Tanya Jaemin sambil menunjuk-nunjuk Sanha.

“Tahu.” Jawab Sanha dengan mantap dan penuh keyakinan.

“Kok bisa tahu?”

Sanha terkekeh, “ya tahu lah, orang lahirnya barengan.”

Mendengar jawaban itu, Jaemin hanya mengangguk sambil mulutnya membentuk huruf O. “Lahir bareng rupanyaㅡ ehhh apa?! Lahir bareng?” Sanha mengangguk bersamaan dengan senyum manisnya. “K-kakak kembar?”

Sanha kembali mengangguk mendengar pertanyaan itu, yang ia lihat sekarang adalah ekspresi Jaemin yang terkejut sambil menutup mulutnya. “Ih biasa aja kali.” Ucap Sanha sambil tertawa, lucu sekali calon adik iparnya ini.

“Aku dulu tinggal di Daegu.” Sambung Sanha yang sebenarnya bermaksud membuka ingatan Jaemin. “Aku dulu tetangga kamu, kalo kamu lupa.”

Jaemin kembali terkejut, hampir jantungan karena merasa dunia ini begitu sempit. Tak menyangka bisa bertemu dengan tetangganya dulu. “T-tapi aku nggak pernah lihat kakak. Pernahnya lihat yang mirip kakak, tapi banyak bedanya. Mungkin itu kembaran kakak.”

“Kami emang banyak bedanya, apalagi bentuk wajahnya. Tapi kalau dilihat sekilas banyak yang bilang mirip. Sifat dan sikap kami juga beda, aku jarang keluar rumah karena suka belajar, dia sering main di luar buat bermain. Jadi dapat dipastikan yang dulu kamu lihat mungkin adalah kembaran aku. Terus kami pindah waktu kelas tiga SMP.” Jelas Sanha.

Mendengar penjelasan itu, Jaemin jadi memperhatikan Sanha dengan lekat. Seolah menyedot kembali ingatannya dulu waktu di Daegu. Waktu Sanha pindah Jaemin masih sekolah dasar dan ingatannya sangat minim pada waktu itu, pikirannya hanya bermain dan tak memperhatikan orang sekitar.

“Aku pernah lihat Kak Jerim ngobrol sama orang yang mirip kakak di Daegu.”

Cheftography: Yoon Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang