CHAPTER 29: WHEN THE WIND BLOWS

81 16 6
                                    

Selamat Membaca💜
Jangan lupa vote!

______




Satu bulan kemudian...

Sejak bangun pagi tadi Jerim terus mengomel pada adiknya yang masih anteng bergumul dengan selimut. Bagaimana tidak mengomel? Ini hari wisuda Jaemin, tapi adiknya itu tampak tidak peduli.

Dengan tangan yang membawa segayung air bersih dari kamar mandi, Jerim sudah berdiri di samping ranjang Jaemin. "Kalau kamu nggak bangun juga, jangan salahin kalau kakak suruh jemur kasur sendiri!" Bentak Jerim dengan tangan yang sudah siap mengguyur air di gayung.

"Oke! Oke! Jaemin bangun!"

Jaemin benar-benar bangun, namun dengan mata yang masih tertutup sambil mengumpulkan nyawanya yang masih melayang entah ke mana. Mengambil handuk dengan langkah yang lunglai dan segera memasuki kamar mandi.

Katanya hari ini juga ibu dan ayah Na bersaudara itu akan datang, walaupun tidak sempat menginap dan kemungkinan tidak dapat melihat Jaemin wisuda secara langsung, tapi Jerim serta Jaemin masih bersyukur lantaran orang tua mereka akan datang.

Hari spesial bagi Jaemin, maka yang datang juga harus orang yang spesial. Tak terkecuali pacarnya.

Beruntung sekali Jaemin dan Yoojung mendapatkan jadwal yang sama dalam wisuda. Itu semua berkat masing-masing dari mereka menepati janji untuk mengurus administrasi wisuda bersama. Ternyata Tuhan mengabulkan permintaan mereka.

Beberapa saat kemudian Jaemin sudah lengkap dengan setelan formal, tak lupa ia membawa setelan toganya. Si bungsu Na itu sudah sangat tampan dengan rambut yang menampakkan sebagian dahinya, wajahnya yang maskulin semakin mendukung penampilannya sekarang hingga terlihat sempurna.

Benar-benar seperti pria yang telah matang dalam hal apapun. Jerim mengakui ketampanan adiknya ini, benar-benar duplikat ayah mereka sekali. Apakah jika sudah tua nanti perut Jaemin akan membuncit seperti sang ayah juga?

Dengan mengoleskan sedikit perona pada bibir Jaemin, mendadak hati Jerim gelisah. Memikirkan Jaemin yang kemungkinan akan hidup terpisah dengannya setelah ini. Hah... seperti mengantar Jaemin ke pelaminan saja.

Tapi benar, rencananya Jaemin akan kembali ke Daegu untuk menjadi guru di sana. Sedangkan Jerim akan tetap tinggal di Seoul karena memang nyaman dengan pekerjaannya sekarang, ditambah lagi ada yang tidak bisa ia tinggalkan.

"Tampan banget adik Na Jerim ini." Ucap Jerim dengan spontan, hingga menangkup pipi Jaemin yang dihiasi rahang yang tegas.

Jaemin tersenyum mendengar pujian dari kakaknya itu. "Kakaknya cantik sih, makanya adiknya juga tampan." Diujung perkatannya Jaemin tertawa kecil.

Dikarenakan posisi mereka sedang sama-sama berdiri lantas memudahkan Jerim untuk memeluk adiknya. Kesempatan, nanti kalau sudah di gedung kampus Jaemin pasti malu dimanjakan oleh kakaknya.

"Kakak nggak ngerti kenapa ya berat banget ngelepas kamu buat pulang ke Daegu nanti."

"Aku emang ngangenin."

Jerim melepaskan pelukannya dengan alis yang menukik. "Nggak gitu, ya." Jerim mundur selangkah. "Kamu tuh udah kayak anak kakak, diurus dari kecil sampai dewasa awal kayak sekarang. Makanya berat banget buat ngelepas kamu, karena kemungkinan kakak bakalan menetap di sini."

Hati Jaemin tiba-tiba jadi sakit juga mendengar keluh kesah kakaknya itu. Lantas ia mendesah panjang. "Nanti Jaemin atau kakak bakalan saling mengunjungi." Jerim mengangguk dan tersenyum manis, senyum yang sama persis dengan Jaemin dan tidak ada bedanya.

Cheftography: Yoon Sanha ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang