Lagi dan lagi, gadis itu dibuat terkejut dengan persetujuan sepihak dari laki-laki dihadapannya. Bagaimana tidak terkejut, Jerim pun belum menyebutkan sepatah kata sama sekali, laki-laki itu sudah menentukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia inginkan sama sekali.Kalau ditanya mengapa dia diam saja sejak Sanha mengajaknya untuk menjalin hubungan, jelas saja karena dia tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya sekarang.
Yang awalnya hanya untuk menanyakan sesuatu yang mungkin bersifat privasi, tapi malah diajak menjalin hubungan tanpa alasan yang jelas. Tampan 'sih laki-laki dihadapannya ini, dan sepertinya tajir juga. Jerim jadi kepikiran ingin mengerjai laki-laki ini.
Selesai memikirkan rencananya, Jerim kemudian menegakkan kembali punggungnya yang sempat merosot lantaran mencari ide yang cemerlang. "Oke, aku mau," ucapnya tanpa beban. Kemudian tersenyum sambil mengambil sedikit nafas dalam-dalam, dan kembali berujar "Tapi ada satu syarat."
"Apa itu?"
"Sebenarnya aku nggak tau apa yang terjadi sampai kamu ngajak kita ngejalin hubungan secara tiba-tiba gini. Tapi aku mau cuma minta satu...." Setelah mengucapkan kalimat gantung itu, Jerim menatap mata Sanha, kemudian berkata,
"Kita jalani tanpa perasaan."
***
"Kamu udah berani bicara non-formal ya sekarang." Sanha baru menyadari, kalau Jerim cukup random kepadanya dalam hal berbicara. Kadang formal, kadang tidak formal. Jujur, sebenarnya sedikit canggung. Apalagi sedari tadi, didalam mobil mereka hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Padahal Jerim sudah meminta untuk tidak mengantarnya ke flatnya karena jarak nya lumayan dekat, namun tetap saja. Perlu kalian ketahui, laki-laki yang baik tidak akan membiarkan perempuan sendirian dijalan pulang.
Karena ucapan Sanha tadi, Jerim menoleh ke sampingnya. Sudah ada Sanha yang menatapnya untuk menunggu jawaban, dapat dia tangkap disini bahwa Sanha adalah pendengar yang baik.
"Habisnya aku bingung, pertemuan pertama kita aja terkesan nggak bagus. Terus aku tau kalo kita bakalan kerja bareng, jadi ya..... gitu." Jerim menunduk setelah mengatakan itu, menatap kaki nya yang sejak tadi tak berhenti bergetar lantaran gugup yang dia rasakan.
Mendengar jawaban dari perempuan disampingnya, Sanha terkekeh kecil. Sebenarnya dia sangat lupa pertemuan mana yang Jerim maksud, tapi demi menghargai orang yang sedang berbicara dengannya, yasudahlah dia iya-iya saja. "Yaudah, kalo gitu misal kita lagi berdua kayak gini kita bicara kayak biasa aja. Kalo lagi kerja ya terserah kamu, aku nggak maksa."
Jerim sedikit merinding mendengar kata 'kita lagi berdua'. Dia jadi bertanya-tanya, apakah dia akan sering bertemu dengannya? Apakah dia akan menghabiskan waktu berdua dengannya? Maklum, Jerim gadis jomblo sejak lahir, jadi kalau sedang bersama laki-laki asing seperti ini dia sedikit gugup.
Jangan tanyakan tentang adiknya Na Jaemin, sahabatnya Cha Eunwoo dan manager nya Kim Myung Jun. Itu beda lagi.
"Yaudah deh, kalo lagi kerja kita bicara formal aja, ya"
Selang beberapa menit mengatakan hal tersebut, mobil yang dikemudikan Sanha sudah tiba didepan flat tempat tinggal Jerim. Benar saja dugaan Sanha, jalan menuju flat Jerim lumayan sempit dan gelap, cukup menyeramkan untuk dilalui dengan berjalan kaki, sendiri. Tidak salah kalau dirinya menawarkan tumpangan untuk Jerim, perempuan yang sejak tiga puluh menit yang lalu telah resmi menjadi kekasihnya 'tanpa perasaan'.
Jerim bergegas untuk turun dari mobil, memakai sling bag ke pundak kanannya lalu memegang gagang pintu mobil. Namun aktifitasnya terhenti karena dia belum menanyakan satu hal penting mengenai dirinya dengan Sanha, "Kamu... kok tiba-tiba ngajak kita pacaran, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheftography: Yoon Sanha ✔️
Fiksi PenggemarPertemuan pertama mereka memiliki kesan yang buruk, namun karena dua hal, memaksa mereka untuk bekerja sama. Start: 02 Juni 2020 End: 18 Juni 2021 © yhyunj