Bab 31: Buliran Air Mata

472 121 6
                                    

"Ikhlas dan sadar diri itu lebih baik, dari pada terus-terusan menyesali yang sudah terjadi."
...

"Baru besok kalian bisa melihat keadaan Vael!" papar dokter Andre.

Risa hanya menatap pintu IGD dengan tatapan kosong, Via membawanya ke kursi dekat pintu ruangan Vael.
Selama semalaman mata Risa tak terkatup sama sekali.

"Kak!" seorang berjaket pink memakai kupluk jaket, dengan memakai masker dan kacamata, serta beberapa helai rambut sengaja ia tutup ke wajah, dia mendekati kursi Risa dan Via.

Keadaan Risa pagi ini sangat berantakan, dengan rambut acak-acakan, mata sembab, disertai lingkaran hitam di bawah matanya.

"Cha!" Risa memeluk seorang yang bernama Cha itu.

"Kenapa baru sekarang kamu datang kesini Cha?" Via menghampiri Cha.

"Chaca memilih waktu yang tepat!" jelas Chaca tanpa menyibak helai rambut, ia menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Mendingan bunda pulang dulu istirahat, biar aku sama kak Risa jagain kak Vael." tutur Chaca, Via pun mengangguk singkat, ia berjalan masih beberapa langkah tubuhnya jatuh lemas kelantai.

"Bunda!" teriak Risa, dengan refleks Chaca menengok kearah Via, ternyata Via pingsan, mereka berlari dengan memanggil suster.

Beberapa suster mendorong brankar, mereka segera membawa Via keruang rawat.

"Kak Risa, kakak jagain kak Vael, biar bunda Via Chaca yang jaga!" ucap Chaca, ia segera berlari mengikuti brankar Via.

Risa berjalan gontai menuju bangku depan ruangan Vael, ia terduduk dengan tatapan kosong.

"Risa?" seorang dokter muda memegang pundak Risa.

"Eh, dokter Andre, ada apa?" Risa sedikit mendongakan wajahnya.

"Saya baru saja memeriksa keadaan Vael, keadaannya jauh lebih baik dari kemarin" mendengarnya Risa hanya mengangguk singkat.

"Sekarang kamu bisa masuk lihat keadaan Vael" mendengar perkataan dokter Andre, Risa langsung menyerobot masuk keruangan Vael.

Risa memperlambat langkahnya, setelah melihat banyak selang yang menempel ditubuh Vael, seketika cairan bening meluncur dari pelupuk matanya.

"Vael?" Risa mendudukkan dirinya lemas dikursi samping Vael.

Air mata memperbanyak populasinya, cairan itu semakin mengalir deras membanjiri pipi mulus Risa.

"Maafin gue El!" dengan hati-hati, Risa menggenggam tangan Vael, tangannya sangatlah lemas.

"Ini semua salah gue, kalo aja gue maafin lo pasti semua ini nggak akan pernah terjadi!" isak tangis Risa semakin menjadi.

"Hiks, hikss." Risa menundukan kepala, ia tetap menggenggam erat tangan Vael.

"Sebenarnya, gue itu kangen banget sama lo!" Risa menatap lekat wajah sahabatnya.

"Udah beberapa bulan ini, gue nggak liat senyum diwajah lo sama sekali" Risa menggigit bibir bawahnya, menahan suara tangis keluar dari tempatnya.

"Dan juga gue jarang ketemu sama lo El!" Risa hanya menyesali perbuatannya.

"Gue, hiks, sebenarnya udah maafin lo!" Air mata tetap mengalir dari sana, Risa kembali menatap Vael dengan kedua mata sembab.

"Lo nggak perlu cariin gue, gue akan datang pada waktu yang tepat El!" sambung Risa tetapi, Vael masih tenang dengan mata terpejam.

Risa mengecup kening Vael beberapa detik dengan memejamkan matanya hingga air mata Risa terjatuh manis dikening Vael.

CLAURARISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang