Titik.

24 5 0
                                    

Aku sampai dikamar dengan air mata.
Aku langsung mencari Dini.
Dia sama kagetnya dengan orang-orang lain yang melihatku.

Dini memelukku.brusaha menenangkan aku.
Afra dan Adel ikut bergabung ke ranjangku.

Kak Shilla yang entah dari mana juga Buru-buru ke ranjangku.
tiap dari mereka menanyai apa yang terjadi padaku.
Kenapa aku se sedih ini.

Aku tak bergeming.Hatiku terlalu sakit untuk menceritakan kenyataan pahit yang memaksa tertelan.

Maghrib tiba.
Semua orang bersiap sholat termasuk aku.
Tangisku sudah reda.tapi tidak sakit yang didalam dada.

"Ayo, sholat dulu lia"
-Dini

Dini merangkul ku.
mencoba membuatku tenang.
Kami berjalan menuju masjid dan melaksanakan sholat Maghrib berjamaah.

Setelah sholat dan dzikir petang.
Beberapa santri kembali ke asrama yang lain menetap di masjid.
Malam ini sialnya seisi kamarku dikumpulkan untuk membahas uang kas.

Padahal sisa waktu menuju isya ingin ku gunakan menumpahkan air mata yang tersisa.
Sulit untuk percaya semua ini.
Terlalu sulit, ketika hati benar-benar enggan pergi justru dipaksa hingga terluka.

Aku juga terlalu malas menatap wajah ustadzah Naya yang menjadi wali kamarku.
Aku hanya tertunduk selama diskusi.
Diam.tak bersuara.
Padahal waktu-waktu sebelumnya aku adalah si ceria yang selalu membawa tawa.mencairkan suasana.

Aku merasa bukan menjadi diriku.
Tatapan mataku lebih tajam dari sebelumnya.Raut wajahku bahkan berubah murung.
Seulas senyum yang dipaksa pun tak kuasa aku tunjukkan pada teman-teman.

Diskusi selesai setelah terdengar adzan isya.Kami segera mengambil mukena lantas menuju masjid.

Perjalanan pulang dari masjid aku mulai bercerita pada Dini.
Dan air mataku terurai kembali.

Dini mengelus pundakku.

"Udahh Lia..Nangis dulu aja"
-Dini

"Kalo ga kuat jangan dipaksa li.. nanti aja critanya"
-Dini

Sesampainya dikamar.
Aku telah menceritakan semuanya pada Dini.

"Kenapa Din..dia tiba-tiba gitu"
-Dahlia

Ucapku lemah.

"padahal sebelumnya kita gaada masalah.Tiba tiba dia nuduh aku gitu"
-Dahlia

Kuceritakan sambil berurai air mata.

"Ada apasih lia.. kok nangis"
-Adel

Tanya Adel yang tiba-tiba ikut nimbrung.
Dini menyuruh nya untuk pergi.

"kamu udah makan?"
-Dini

Aku menggeleng.
Kak Shilla ikut bergabung keranjangku.

"Ono opo to iki.. Astagfirullah.
Ket mau kok lia nangis terus"
-Kak Shilla

Dini yang menceritakan pada kak Shilla.
Aku hanya terdiam.

"YaAllah.. jahate"
-Kak Shilla

"La koe reti rak Riza teko-teko koyok ngunu ngopo?"
(La kamu tau gak Riza tiba-tiba kayak gitu kenapa)
-Kak Shilla

Aku menggeleng.

"yo sesuk jajal nek koe dijenguk tekok i Riza alesane ngopo ngomong koyok ngunu"
-Kak Shilla

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang