Pentingnya Attitude bagi Penulis

139 22 0
                                    

Pemateri unkyong 

Jumat, 10 Juli 2020

Apa itu attitude? Attitude adalah kesiapan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai bahkan menentukan kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respon terhadap obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya. (Sumber: Google).

Dalam kehidupan sehari-hari, attidude itu sangat diperlukan oleh setiap individu. Begitu juga dalam dunia kepenulisan. Selama ini, mungkin ada yang mengira menulis itu cuma ngomong tentang teknik membuat sebuah cerita. Bagaimana menemukan ide, lalu menuangkan ide itu ke dalam tulisan,  dan seterusnya. Berdasarkan pengalaman saya yang pernah ikut dalam kelas-kelas menulis, memang jarang yang membahas tentang attidude. Padahal, bagi setiap penulis, attidude itu sangat penting untuk memupuk sifat positif dalam diri penulis sejak awal.

Attitude nomor satu, karya nomor dua. 

Walaupun kita pintar nyusun kata-kata, ide ngalir terus, menguasai teknik-teknik menulis, tapi kalau kita tidak punya attitude, semuanya itu sia-sia saja.

Jadi, ini ada beberapa attitude penting yang harus jadi pegangan teman-teman jika serius dalam menulis.

1. Pantang menyerah

Nah, bagi setiap penulis itu, poin ini harus tertanam baik dalam diri penulis. Penulis itu tidak boleh malas-malasan, tidak boleh suka ngeluh apalagi cepat nyerah. Sifat-sifat itu tidak boleh ada dalam diri penulis jika memang serius dalam membuat cerita. Menjadi penulis sukses itu tidak instan, pasti melalui proses dulu. Seperti dalam cerita, ada awal, pertengahan dan akhir. Awal itu ketika kita memulai niat untuk menulis, kemudian saat di pertengahan, berbagai hambatan kita lalui yang memancing kita untuk menyerah ditengah jalan. Ketika kita bisa melalui semua itu, kita bisa mencapai akhirnya, yaitu menjadi penulis yang sukses. Pantang menyerah untuk asah kemampuan menulis kita. Kalau jatuh, bangkit lagi. Kalau letih, istirahat dulu. Nanti lanjut lagi (istirahatnya jangan kelamaan, keburu pembacanya pada lari semua). Kuatkan tekad dan terus berusaha sampai kita mengecap hasilnya.

2. Penyabar dan teliti

Jadi penulis itu harus sabar dan teliti. Harus sabar mengecek ulang kembali tulisannya dan teliti mengecek typo. Harus sabar nerima kritikan dari editor maupun pembaca. Perjuangan jadi penulis sukses itu nggak mudah, ya, jadi pasti di butuhkan kesabaran yang ekstra.

3. Mental bajaa. 

a. "Alurnya berantakan. Banyak plot hole-nya. Kemarin begini, sekarang begitu. Typo berceceran dimana-mana. Penempatan titik-komanya juga kacau banget, ampun. Perbaiki, dong, Kak!"

b. Ngaco banget, nih, alurnya. Typo mulu. Bikin sakit mata aja. Nggak layak baca! Udah sana, nggak usah jadi penulis!"

Ini aku beneran dpt, di cerita pertama ku tpi langsung ku hapus :D 

Tapi, terlepas dari semua itu, kita pasti bisa temukan perbedaan diantara dua contoh komen ini, kan? Pasti, dong.Walaupun sama-sama pedas, tapi opsi a itu masih mengandung kritikan. Sementara yang b, itu emang pembaca yang tidak tahu etika, kalau dalam cerita namanya tokoh antagonis, fungsinya emang untuk melawan alias menjatuhkan tokoh protagonist. Seorang penulis mentalnya harus sekuat baja dalam menerima kritikan dari pada pembaca. Saat kalian memutuskan menulis untuk khalayak umum, maka kalian juga harus mempersiapkan diri menerima pendapat dari pembaca. Sudah banyak saya dengar tentang kritikan pedas dari pembaca yang kadang membuat penulis merasa down. Sakit ati boleh, nyerah jangan. Ambil hal positif dari kritikan-kritikan mereka, hempas jauh-jauh yang negatifnya. Mereka mengkritik agar tulisan kita menjadi lebih baik. Kecuali, kalau isi komentarnya emang hal tidak baik alias nyinyiran kayak opsi b tadi. Itu berpotensi menurunkan rasa percaya diri kita, model begitu mending dibisukan atau blokir sekalian. Kalau kita balas nyinyir, yang ada malah citra kita jadi tak baik di pandangan para pembaca.Jadi, untuk menjadi seorang penulis yang baik, kuatkan mental dalam menghadapi pembaca. Kalau mental kita lemah, pasti kita akan cepat menyerah di tengah jalan. Selalu ingat ini: mereka mengkritik agar cerita kita menjadi lebih baik lagi. Walaupun kadang mereka mengutarakannya dengan bahasa yang bagi kita kurang menyenangkan.

Seminar Kepenulisan bersama 300 Days ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang