48 ; Are You Okay, Yer?

447 88 54
                                    

"Loh, Yera mana nih?" Pertanyaan itu muncul dari sahabat karib Yera, Yesya.

"Eh iya mana manusia itu. . . Kemarin baru aja lomba-eh malah nggak masuk tuh anak hari ini," ujar Jeslan sang ketua kelas.

"Serius tuh anak nggak masuk? Tumben banget, padahal dia jarang banget absen. . . " Ujar Daron lalu bangkit berdiri mengikuti teman sekelasnya untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Lukas pun menoleh ke arah bangku milik Yera. Pikiran Lukas seolah bermain saat ia menatap bangku Yera tersebut.

"Luke, ayok! Entar ketahuan bu May lagi!" Ujar Wira mengajak Lukas untuk berbaris didepan kelas menyanyikan lagu Indonesia Raya yang merupakan kewajiban siswa SMA Cendekia Nusantara.

Selama menyanyikan lagu kebangsaan, Lukas hanya diam sambil memikirkan sesuatu.

"Luke? Melamun aja. . ." Tegur Alin saat menatap Lukas yang sedari tadi memberikan tatapan kosong. Lukas menoleh lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

Setelah selesai menyanyikannya, semua siswa kembali ke dalam kelasnya masing-masing. Tetapi Lukas izin untuk pergi ke kamar kecil.

"Gue temenin ya?" Ujar Wira, Lukas hanya menggeleng.

"Nggak usah, kayak orang homo aja." Wira terkekeh lalu memukul dada Lukas. Lukas pun segera menuju ke toilet.

Jagain keempat sahabat gue.

Lukas membasuh mukanya lalu menatap ke arah cermin didepannya. Lukas sedari tadi kepikiran dengan ucapan Yera yang dikatakannya kemarin.

Maksud Yera ngomong gitu apa?

Lukas menggeleng kepalanya, kepalanya tak habis pikir akan perkataan Yera yang menyiratkan makna seolah-olah ia akan pergi jauh.

Lukas segera keluar dari toilet. Saat hendak berjalan menuju kelasnya, ia melihat seorang pria dewasa tengah berdiri didepan kelasnya ditemani oleh seorang gadis dewasa. Lukas mendekat ke arah mereka.

"Loh? Kak Maya? Ngapain ke sini?" Ujar Lukas saat melihat gadis tersebut yang tak lain ialah guru pembimbing musiknya sendiri.

"Lukas, selamat ya kamu telah menyelesaikan grade-mu. Dan kamu hebat! Kemarin saya menonton penampilanmu," ujar Maya sambil memberikan apresiasi kepada Lukas.

"Tapi kak. . . Kakak ngapain ke sekolah aku?" Tanya Lukas.

"Ini, menitipkan surat untuk temanmu yang sedang sakit," ujar Maya lalu menatap ke arah pria disebelahnya.

"Itu-?"

"Teman aku, adiknya absen untuk hari ini. . ." Ujar Maya sedangkan Lukas hanya mengangguk paham.

"Kamu, Lukas?" Lukas menoleh ke arah pria yang berada di sebelah Maya.

"Iya, kak."

"Kamu teman sekelasnya Yera kan?" Lukas mengangguk. Ia diam sejenak lalu menatap pria tersebut.

"Saya kakaknya, saya titip surat ya. Selama seminggu ini Yera tidak bisa turun sekolah karena dia harus diopname di rumah sakit, didalam surat itu ada keterangan dokter. Terima kasih ya sebelumnya," ujar pria tersebut.

"Ya sudah Lukas, kakak duluan ya." Ujar Maya dan mereka berdua meninggalkan Lukas yang terdiam dengan beribu pertanyaan di otaknya.

**

"Hah?

"Gimana sih?"

"Gue baru tahu anjir Yera punya kakak,"

Semua menoleh ke arah empat teman Yera yang dibanjiri oleh ribuan pertanyaan.

"Eh serius itu kakak Yera?"

Guardianship【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang