08 ; Musik

565 188 39
                                    

Lukas menatap Wira yang sedang sibuk mengerjakan tugas miliknya—oh bukan mengerjakan, lebih tepatnya menyalin tugas milik temannya.

"Wir, itu tugas apa?" Tanya Lukas karena melihat Wira yang sedang menggerutu kesal karena mengerjakan tugas sekolah tersebut. Omong-omong, Wira menjadi teman Lukas di sekolah ini. Sudah dua hari belakangan ini ia selalu mengikuti Wira kemana saja seperti seorang peliharaannya karena ia belum memiliki teman yang lain.

Tapi walaupun begitu, teman-teman sekelasnya terbuka dengan Lukas dan tak jarang mereka kadang mengajak Lukas untuk mengobrol bersama, terutama perempuan yang berusaha mendekati Lukas.

"Oh ini?" Tanya Wira yang samar-samar mendengar suara Lukas dan melepaskan AirPods miliknya dan menunjuk ke arah kertas yang sedang ia salin.

"Ini tugasnya bu Sumi, tugas kelompok." Sambung Wira sambil menatap Lukas, sedangkan Lukas hanya menganggukkan kepalanya.

Wira kembali sibuk mengerjakan tugasnya. Lukas merasa bosan, tidak ada yang mengajaknya berbicara dan dia memandangi sekelilingnya. Beberapa temannya juga sibuk seperti yang dilakukan Wira tadi, ada juga yang memilih tidur di pagi hari, sarapan, dan tidak lupa mengawali pagi dengan sebuah bahan gosip baru.

Hingga tatapan Lukas berhenti di salah satu mata yang memiliki bulu mata terindah. Lukas akui gadis itu menarik perhatiannya. Dua hari belakangan ini, Lukas memperhatikan dia dari jauh. Dia merasa tidak asing dengan perempuan tersebut. Tapi sebenarnya, dia itu siapa? Selalu menganggu pikiran Lukas.

"Woy Luk!" Panggil Wira masih sibuk mengerjakan tugas miliknya yang tiba-tiba saja memanggil Lukas, Lukas menoleh ke arah Wira.

"Kenapa?" Tanyanya sambil menopangkan dagu miliknya di tangannya.

"Pinjam tipe-x kertas dong," ujar Wira sambil menjulurkan tangan miliknya.

"Gue nggak ada yang kertas, adanya yang cair," ujar Lukas.

"Yah lama banget itu keringnya," ujar Wira menatap Lukas sambil menatap tugasnya dengan tatapan memelas.

"WOY SIAPA PUNYA TIPE-X KERTAS?" Wira berteriak keras membuat semua pandangan kelas yang pertama ribut karena kegiatan mereka masing-masing menatap Wira yang sedang kesulitan.

"Gue ada," kini seorang gadis mengangkat tangannya sambil mengambil tempat pensilnya didalam tasnya dan mencari barang tersebut.

"Nih, ambil!" Ujarnya kepada Wira yang sedang sibuk menyalin tugas.

"Gue pewe anjir, siniin dong Lin! Lempar kek atau apa kek," ujar Wira yang berhasil dapat jitakan dari seorang temannya yang duduk di depannya.

"Lo mau lihat dia marah karena tipe-x rusak?" Ujar pria tersebut sambil menatap tajam ke arah Wira.

"Yaelah santai, bercanda aja gue." Ujar Wira sambil terkekeh menatap pria tersebut.

"Luk, tolong ambilin tipe-x sama Alin dong," ujar Wira yang sekarang menghadap ke arah Lukas yang sedari tadi mendengar percakapan Wira dan teman di depannya.

Lukas mengangguk dan dia berdiri dari tempat duduk menuju tempat duduk teman perempuan yang berada di ujung kelas.

"Alin, boleh gue ambil tipe-xnya?" Tanya Lukas sambil tersenyum menatap barang yang ingin dipinjam oleh Wira.

"Oh boleh, ambil aja," ujar Alin ramah sambil memberi barang tersebut.

"Eh, halo Lukas," ujar seorang perempuan yang Lukas ketahui merupakan teman Alin—Yesya, perempuan yang terkenal ramah terhadap orang banyak.

"Halo juga Yes," balas Lukas ramah sambil tersenyum menatap teman-teman Alin hingga tatapannya berhenti di gadis tersebut.

"Eh Luk, lo mirip banget sama Daron. Coba lo lihat!" Ujar seorang perempuan sambil menunjuk-nunjuk teman sebelahnya yang sedang kesal. Lukas tahu nama mereka berdua—Miya dan Daron. Miya yang menjadi pelaku dan Daron adalah korbannya.

Lukas hanya tertawa canggung membalas lontaran Miya, ia kembali ke tempat duduknya sambil membawa barang pinjaman untuk Wira.

"Thanks yo," ujar Wira sambil mengambil barang tersebut untuk menghapus tinta pena yang digunakan Wira. Lukas mengangguk dan menatap sekelilingnya kembali, hingga ia menatap kembali mata indah gadis tersebut.

Hingga mata indah mereka saling bertubrukan, Lukas segera memalingkannya dan berusaha untuk tidak salah tingkah.

**

Lukas menunggu Yedra di parkiran, sambil sesekali ia bersiul saat melihat pemandangan sekitar. Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima tapi mengapa Yedra belum datang?

Lukas masih setia menunggu sampai ia melihat kelima perempuan yang merupakan teman sekelasnya tengah berjalan menuju parkiran.

"Loh, Lukas lo belum balik?" Tanya Miya saat melihat Lukas yang tengah bertengger di atas motornya.

"Belum, masih nungguin adik gue," jawab Lukas seramah mungkin kepada Miya.

"Lo punya adik? Kok gue baru tahu, kelas berapa?" Tanya Yesya yang penasaran.

"Dia kelas sebelas, nggak tahu tuh dari tadi dia nggak datang-datang. Katanya masih daftar klub, emang ada klub ya jam segini?" Ujar Lukas terhadap kelima perempuan tersebut.

"Gue nggak ta—" ujar Miya

"Itu klub bahasa, bahasa Jerman." Potong seorang perempuan yang selama ini mengalihkan pandangan Lukas selama di kelas.

"Emang sampai jam berapa klub itu?" Tanya Lukas.

"Biasanya sih sampai jam lima, tapi ini kan awal semester genap. Jadinya nggak lama, sebentar lagi mereka bubar dah," sambung Yera.

"Oh oke, terima kasih infonya ya Yera," ujar Lukas yang dibalas senyuman manis milik Yera.

"Eh kita duluan ya, mau pergi ke Gramed," ujar Alin sambil berjalan dan tersenyum ke arah Lukas dan melambaikan tangannya yang diikuti oleh keempat temannya.

"Oh oke, see you soon."

**

Apa sih yang bikin orang suka musik? Pertanyaan itu yang sering terlintas di benaknya, semua manusia pasti suka dengan musik.

Lukas pun begitu, dia suka dengan hal yang berbau musik. Musik merupakan suatu makanan pokoknya setiap hari yang harus dia isi.

Seperti contoh, saat pulang sekolah Lukas akan belajar bermain biola yang diajarkan oleh guru pembimbingnya. Malamnya ia akan belajar not angka untuk disesuaikan dengan jarinya di atas tuts-tuts piano.

Keluarga Lukas merupakan keluarga Seniman terutama dalam seni musik. Ayahnya merupakan seorang violinis sampai sekarang, tak jarang ayahnya mengadakan konser tunggal untuk menunjukkan talentanya.

Mamanya merupakan seorang pianis terkenal pada masa muda, ia merupakan salah satu anggota band Jazz. Mamanya juga merupakan seorang aktris pada masa mudanya.

Adiknya sangat suka bermain harmonika dan ia suka belajar bahasa asing. Yang Lukas tahu adiknya pintar berbahasa Inggris tentunya, Korea, Mandarin, Jerman, Belanda, Spanyol, dan Belgia. Jangan lupakan bahasa ibu mereka juga ya!

Lukas kadang senang berada di keluarganya dan kadang juga sedih. Lukas sedih bukan karena aliran musik keluarganya berbeda dengannya yang lebih suka musik bergenre Rock.

Lukas kadang sedih karena ia selalu dianggap tidak becus dalam bermain musik oleh kedua orangtuanya.

"Paling kamu nggak lulus lagi, udahlah ayah capek ngajarin kamu!"

"Ah nanti kamu nggak lulus lagi di kelasmu, belajar sana sama Yedra!"

"Sudah Kak nggak-papa, tetap berusaha terus!"

Ya, Yedra adiknya memang yang terbaik untuknya.

**

Halo, maaf aku balik dengan chapter yang membosankan. Semoga betah ya! Jangan lupa di vote ya!

Guardianship【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang