30 ; Cinta dan Musik

307 80 24
                                    

Juna menatap Markus yang tengah asyik membaca bukunya sambil menulis di buku catatannya.

Juna menatap sekitarnya, ia menatap teman-temannya yang sekarang sedang asyik mengobrol, bermain ponsel, tidur, mendengarkan lagu, dan adapula yang tertangkap basah sedang menguap lebar-lebar.

Juna kembali fokus membaca buku didepannya, harusnya saat ini guru Biologi mengajar didepan kelas. Tetapi karena ada ujian praktek pada jam kedua di pelajarannya, mereka diberikan jam bebas pada jam pertama untuk belajar sejenak.

'Buat apa gue belajar? Kan ini ujian praktek, bukan teori. . .'

Juna memijat pelan kepalanya karena otaknya terasa penat, lalu ia meletakkan kepalanya di atas meja.

Juna melirik pemandangan di luar kelas karena pintu kelas mereka dibiarkan terbuka, beberapa murid kelas lain melewati depan kelas mereka. Pikir Juna, mereka baru saja dari laboratorium IPA dan balik ke kelas mereka untuk melanjutkan materi selanjutnya.

Juna melirik satu persatu siswa dan siswi yang lewat, lalu tak sengaja ia melirik seorang gadis yang tengah membawa setumpuk buku dan menggunakan kacamata bulat miliknya. Juna tersenyum manis saat meliriknya.

"Manis banget anaknya orang. . ." Juna menoleh ke sampingnya dan mendapati Markus yang bergumam sendiri.

"Siapa?" Tanya Juna sambil menatap aneh ke arah Markus.

"Itu. . . Yang lewat tadi, tjakep banget. . . Ingin rasanya dia jadi milikku," ujar Markus sambil menyanyikan akhir kalimatnya.

"Oh . . . Yera?"

Markus mengangguk lalu menatap ke arah luar kelas lagi mencoba mencari keberadaan Yera di luar kelas.

"Kalau suka ya ditembak anjir!" Juna geram dengan tingkah Markus yang mencintai Yera tapi tak berani mengungkapkannya.

"Kalau ditembak, entar dia mati dong?" Juna memasang wajah kesal menatap Markus.

"Bukan gitu Markus Alexandre, maksudnya tuh ya dipacarin gitu. . . Coba chat dia gitu atau pdkt sama dia. . ." Nasihat Juna.

"Gue nggak—"

"Nggak pede? Takut? Takut sama pawangnya? Dicoba dulu, nyerah mulu kerjaan lo!" Ujar Juna yang benar-benar geram membuat Markus terkekeh.

"Apa salahnya dicoba sih, Mark? Lo nggak capek apa mendam tiga tahun sendirian? Gue kalau jadi lo capek, anjir. . ." Ujar Juna.

"Nanti gue coba,"

"Ninti gii cibi," cibir Juna sambil menjelek-jelekkan wajahnya.

"Serius nih gue kali ini. Gue mau ngungkapin perasaan gue sebelum lulus nih, doakan ya!!" Juna menepuk pelan pundak Markus.

"Gue selalu doain, bro!"

**

Juna sekarang tengah menemani Markus ke toko buku. Markus ingin berburu buku panduan UTBK edisi terbatas katanya, ya mau nggak mau Juna menemaninya.

Juna sendiri sudah memiliki buku tersebut, buku panduan tersebut diberikan oleh kakaknya. Sedangkan saat itu, Markus tak sempat mendapatkan buku tersebut karena ketinggalan informasi.

Juna membiarkan Markus memilih buku-buku tersebut dan ia pergi ke area novel-novel. Ia melirik beberapa novel-novel karya penulis ternama seperti Tere Liye, Pramoedya Ananta Toer, Pidi Baiq, dan penulis lainnya.

Ia pernah membaca salah satu buku karangan dari Tere Liye, didalamnya berisi kalimat yang selalu ia ingat di kepalanya.

Lepaskanlah, maka semoga yang lebih baik akan datang. Lepaskanlah, maka semoga suasana hati akan lebih ringan.

Guardianship【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang