This Is Not End

581 69 30
                                    

Dia mendengar suara tangisan yang memenuhi gendang telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia mendengar suara tangisan yang memenuhi gendang telinganya. Ia menutup sekuat-kuatnya agar suara tangisan tersebut tak menganggunya.

"Sudah selesai, anakku." Ia menoleh ke belakang dan mendapati seseorang yang sama persis mirip dengan maminya.

"MAMI!" Dia berlari menuju wanita tersebut lalu memeluknya. Wanita tersebut membalasnya sambil tersenyum bahagia dan mengelus rambutnya.

"Tugasmu sudah selesai, sayang. Saatnya kita kembali kepada Bapa," ia menoleh ke sekelilingnya, ia berdiri di tengah padang rumput hijau yang indah enak dipandang.

"Mami, apakah semuanya sudah berakhir?" Wanita didepannya memegang pipinya sambil menggelengkan kepalanya.

"Hidup tak pernah berakhir, Ave." Wanita itu tersenyum manis menatap anak perempuannya yang akhirnya bisa bertemu lagi dengannya.

"Kakak." Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria yang sedang tersenyum manis menatapnya.

"Adik!" Ujarnya sambil memeluk pria tersebut. Sang pria membalas pelukannya sambil mengelus pelan rambutnya.

"Terima kasih kakak, semua impianku terwujud. Aku menyayangimu," ujar pria tersebut sambil menatap bahagia ke arahnya.

"Terima kasih kembali."

"Saatnya engkau kembali. . . Kembali ke langit, bersiap menjadi bintang di langit."

"Aku bahagia, terima kasih Bapa."

**

Semua keluarga, kerabat, dan teman-teman Yera saat ini tengah berkumpul di kediaman Purnamasan. Jovin sebagai pemilik rumah sangat terpukul atas kepergian anak perempuannya. Sang isteri yang tak lain merupakan ibu tirinya juga sangat bersedih, walau ia baru dekat dengan anak tirinya tersebut. Ia sangat menyayangi anak tirinya seperti anak kandungnya.

Gia—sang kakak juga tak kalah sedih dan putus asa semenjak kemarin. Semenjak kepergian adik perempuan satu-satunya.

Mata mereka sembab karena air mata terus jatuh dari kelopak mata mereka. Terutama teman-teman Yera.

Saat mendengar kepergian Yera, Daron dan Miya langsung pingsan ditempat, Yesya menangis sejadi-jadinya dan Alin benar-benar sedih dan putus asa mendengar kepergian Yera.

Doa Rosario sedang dijalankan sambil menunggu mobil ambulance datang ke kediaman Purnamasan.

"Yera," lirih Daron saat melihat raga kaku Yera didalam peti jenazah. Ia memegang kepala Yera, kulitnya begitu keras dan tubuhnya berbau formalin.

Aku rindu kamu, Yera.

Alin yang sebagai sosok dewasa di tengah mereka hadir dan memeluk tubuh Daron. Miya dan Yesya masih menangis saat melihat raga kaku milik Yera.

Dirga—seseorang yang terakhir bersama Yera tak kalah sedih. Apalagi saat kemarin, saat ia mendengar jika Riyu adiknya mendapatkan donor mata yang tak lain mata Yera.

Guardianship【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang