Kilasan Balik

207 27 1
                                    

Tiga tahun sebelum mereka bertemu di tempat ini. . .

Yera menatap arlojinya, setelah itu ia mengangkat dagunya menatap sekelilingnya. Di depan atau lebih tepatnya di jok penumpang paling depan, jok tersebut diisi oleh papi dan maminya.

Papi dan maminya asyik bercengkrama membiarkan Yera terdiam di belakang. Yera pun memajukan badannya dan hadir di tengah mereka.

"Papi mami, jam berapa Echan selesai?" Tanyanya yang spontan membuat papi dan maminya menatap dirinya.

"Sebentar lagi sayang, nanti kalau papi sudah ketemu sama client-nya kita langsung cus ke sana." Yera mengangguk lalu papinya mencubit pipi Yera.

"Anak papi sebentar lagi lulus SMP nggak kerasa udah gede. . ." Yera tersenyum lalu mundur ke belakang untuk duduk bersandar.

Sementara menunggu client papinya, Yera mengambil ponselnya dan memainkannya. Sebuah notifikasi berasal dari pesan berbunyi,

 Sebuah notifikasi berasal dari pesan berbunyi,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengirim pesan kepada Dery, mobil tersebut kembali berjalan memecah kebisingan hujan yang sedang menerpa kota tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengirim pesan kepada Dery, mobil tersebut kembali berjalan memecah kebisingan hujan yang sedang menerpa kota tersebut.

Mobil tersebut berhenti di salah satu tempat, mereka memarkirkan mobil tersebut didepan halte yang berada di depan ruko.

"Loh, itu Echan mi. . ." Ucap Yera saat melihat sosok yang tak asing tengah mengobrol dengan seseorang di bawah halte tersebut.

"Eh iya, sebentar. . . Papi jemput dia dulu ya. ." Papi keluar dari mobil bersama payung, kemudian papi membukanya lalu berjalan menuju halte.

Yera melihat dari dalam mobil, Echan menekukan mukanya saat ia berjalan masuk ke dalam mobil. Yera masih menatapnya lalu menghadap ke arah sang papinya.

"Tuh Echan. . . Dia mau nemenin orang tadi, tapi orang tadi suruh Echan pulang. . . Padahal papi mau aja nemenin dia nunggu jemputannya, dia bilang nggak usah. . ." Yera mengangguk lalu menatap Echan yang duduk di sebelahnya.

"Kasihan banget loh kak Juna, dia dijemput sama sopirnya. . . Katanya, papanya nggak pernah pulang ke rumah semenjak mamanya nggak di rumah," Yera menatap ke arah Echan.

"Terus, tadi kamu nemenin dia nungguin jemputannya?" Echan menatap ke arah sang kakak lalu mengangguk.

"Kasihan nggak sih kak? Katanya orang tuanya udah pisah, semoga aja keluarga kita nggak kayak gitu ya. . ." Yera mengangguk lalu tersenyum ke arah Echan.

"Habis ini otw gereja kan?" Yera dan Echan menatap sang mami yang sedang membaca informasi melalui ponselnya.

"Iya mi,"

**

Perkataan Echan tersebut memiliki kenyataan yang bertolak belakang. Tentu saja memberikan kenangan yang pahit, bulan Januari terkuak jika sang papi berselingkuh dengan seorang client-nya yang tak lain adalah teman maminya sendiri.

Dan masalah itu pula, Yera harus kehilangan mami dan adiknya untuk selama-lamanya. Kedua manusia itu pergi menghadap Tuhan beserta supir pribadi keluarga Purnamasan setelah menghadapi kecelakaan tragis tersebut.

Hari Sabtu setelah kepergian sang adik, Yera memutuskan untuk pergi menonton penampilan band yang seharusnya menampilkan bakat sang adik. Tapi, saat ini Echan tak berdiri di atas panggung.

Sebenarnya Yera tak diperbolehkan untuk pergi dari rumah sakit, mengingat kondisinya yang masih lemah. Karena paksaan dan ketidakpedulian Yera dengan perintah tersebut, Yera akhirnya pergi secara diam-diam untuk menontonnya.

Yera pergi menonton sambil membawa tas hitam milik Echan yang berisi lembaran not angka di dalamnya.

Mana sih teman Echan yang katanya pengen dikenalin sama gue?

Yera celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang, ia tak sadar jika tas yang dibawanya tersebut terbuka.

EH—

Hampir saja Yera terjatuh ke lantai, ini diakibatkan ia tak sengaja menabrak orang. Yera menatap pria yang menatapnya.

"Maaf ya kak," Yera mengangguk lalu pergi dari hadapannya.

Yera menoleh ke belakang dan menatap pria tersebut, dilihatnya pria tersebut sedang menatap selembar kertas. Yera pun tak memedulikannya lalu berjalan kembali.

'Ku petik bintang, untuk kau simpan. . .'

Yera ikut mengumandangkan lagu tersebut diantara kerumunan orang. Ponselnya berbunyi, ia mengambilnya lalu mengangkatnya,

"YERA PULANG!"

**

Gara-gara keteledoran dan mengingkari perintah, kondisi tubuh Yera turun drastis yang membuat dirinya semakin tak sehat.

Sampai-sampai Yera harus menggunakan alat pernapasan untuk membantunya bernapas.

Dery yang mendengar jika Yera kabur dari rumah sakit segera pergi ke rumah sakit beserta ayah dan bundanya untuk memastikan keadaan Yera.

"Lo tuh sinting atau apa sih? Udah tau sakit sok-sokan pergi ke konser itu!" Yera yang masih dalam kondisi lemah tersebut masih sempat-sempatnya terkekeh mendengar ucapan Dery.

"Hmm. . ." Yera hanya bergumam, tubuh Yera dibaluti oleh beberapa alat medis yang digunakan untuk mempertahankan Yera agar tetap hidup.

"Kamu sih Yera, orang pas nonton konser ajak ayah sekalian. . ." Bunda Dery memukul lengan suaminya, Yera masih sempat-sempatnya terkekeh.

Yera menarik napas panjang, tak lama kemudian membiarkan matanya tertutup. Suara alat pendeteksi jantung membuat Dery menatap ke arahnya lalu menatap Yera secara bergantian.

"Yah Bun, Yera kenapa?" Ayah Dery yang tak paham pun segera keluar dari kamar, tak lama papi Yera dan dokter ikut masuk ke dalam ruangan.

Semenjak itu Dery mulai paham, kalau Yera tak pernah baik-baik saja.

**

Hello!

Oot, aku udah fix jadi maba guys😭 akhirnya dapat kata selamat setelah disemangati berkali-kali.

Thanks for reading! Dadah!

Next, The Banderas!!!

Guardianship【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang