[ YE ] Alius Universum [ RA ]

479 42 39
                                    

"Ya begitulah ceritanya . . ."

Semua memberikan tepuk tangan kepadanya. Ada pula yang mengeluarkan suara berupa pujian dan kata-kata indah lainnya.

"Wow kisah lo menarik, nggak salah kita kerjasama sama lo haha. . ."

Wanita tersebut tersenyum dengan pipi yang tersipu malu. Ia melirik ke arah orang tersebut sambil terkekeh menatapnya.

"Ah kakak bisa aja, . . Ini tuh belum apa-apa tahu," ujarnya sambil menatap novel terbitannya di atas meja.

"Keren banget lo, pantes novel lo sering jadi best seller. . . Ternyata ini kisah nyata sang penulis. . . By the way, readers lo tahu nggak soal kisah asli ini?"

"Nggak dong tentunya kak, ini masih gue rahasiakan dari para pembaca. Supaya mereka penasaran terus kepengen nonton filmnya, haha." Ujarnya diakhiri dengan tawa khasnya.

"Terus kisah mereka sekarang kayak apa? Lo ada rencana mau bikin sekuelnya?" Dia menatap ke arah salah seorang yang sedang menatapnya.

"Sebenarnya menurut gue, ini udah benar-benar finally ending sih. . . Kisah mereka semua nggak bisa gue lanjutin satu-satu, gue takut ganggu kehidupan mereka. . . ."

"Tapi beneran keren loh, pasti banyak yang minta sekuel kisah Yuri, Leo, Malik, Jevair, sama Dastin," celetuk seorang tim staff yang memproduksi film tersebut.

"Tapi kisah ini bener-bener udah end. Mereka udah bahagia dengan pilihannya masing-masing."

Ponsel canggih miliknya bergetar, ia mengambilnya dan menatap layar ponselnya.

"Siapa? Angkat aja dulu kalau misalnya penting,"

"Teman gue kak, gue angkat bentar ya?" Dia berpamitan untuk undur diri dari tempat dan melangkahkan kakinya menuju tempat yang sepi.

"Apaan?"

"Dimana sayang?"

"Di rumah produksi, ada apa? Cepetan!! Gue tadi belum selesai bahas tentang filmnya!"

"Widih kisah kita dijadikan film, . . . . Siapa tuh pemerannya? Semoga yang jadi gue ganteng ya, soalnya tokoh aslinya ganteng." Dia hanya berdecak lalu memutarkan bola matanya.

"Buacot banget yo rek, . . Ada aktor. . . Kalau gue kasih tahu entar bukan kejutan namanya,"

"Ya ya, oke. Oiya by the way gue udah di bandara. Tapi, ini kita malas balik ke rumah. Jadinya kita duduk sambil ngadain fanmeet gratis,"

"Hooh, . . Oiya sebentar lagi selesai. Mau dibawakan apaan?" Tanyanya.

"Perlunya pelukan hangat, boleh?"

"Gembel, gue matiin ya."

"See you honey,"

"See you too."

Dia menggelengkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Udah? Bagaimana kita lanjutkan besok aja?" Semua mengangguk dan mereka mulai menutupi pembahasan pada hari ini.

**

Dia menatap sekitarnya, berusaha mencari beberapa temannya yang katanya sedang berada di bandara sambil makan di salah satu restoran didalam sana.

"Nah tuh!" Ujar seorang perempuan sambil menunjuk ke arahnya. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah mereka.

"Enak di Malaysianya? Mending kalian nggak usah balik ke sini gih, Indonesia nggak perlu kalian lagi!" Ujarnya sambil menatap ke arah temannya dengan perasaan kesal.

"Eciee mbaknya marah, jangan marah dong mbak!" Ujar temannya yang meneleponnya tadi. Ia melirik sinis ke arahnya.

"Nih oleh-oleh dari gue sama Ajun." Ujar seorang perempuan sambil memberikan sebuah tas belanjaan kepadanya.

"Wah rolex, . . Gila untung banget gue punya temen kayak kalian!" Ujarnya yang semula ingin memeluk temannya lalu ditepis tersebut.

"Jangan deket-deket, badan gue keringetan!"

Dia terkekeh sambil menatap ke arah teman-temannya. Dia melirik satu persatu temannya dan akhirnya pandangannya jatuh kepada temannya yang sedang bercanda ria dengan pasangannya.

"Eh buchin! Oleh-oleh gue mana?" Mereka berdua menatapnya lalu tertawa sebentar. Mereka memberikan sebuah kotak yang berisi sepatu Converse keluaran terbaru.

"Anjer emang gile lo lo pada! Empat orang ini mana oleh-olehnya?" Ujarnya lalu menatap ke arah ke-empat pasangan yang sedang terkekeh.

"Maaf mbak ini kami belinya patungan, mahal nih!" Ujar seorang pria sambil memberikan sebuah tas dan dompet. Dia selonjak terkaget melihatnya.

"ANJIR GUCCI, MANTEP LAH! NGGAK LAMA LO SEMUA BAWAKAN GUE OLEH-OLEHNYA BMW YA!" Mereka tertawa menatapnya yang sedang duduk sambil menatapi hadiah yang dibawakan oleh teman-temannya dan diberikan kepadanya.

"Maaf kita berdua paling murah, Yer." Ujar Juna sambil menunjuk Yesya disampingnya.

"Kita juga, sorry." Ujar Markus.

Dirinya menggeleng tak setuju, mereka bilang ini murah? Hell, jika ditotalkan harga oleh-oleh yang dibawakan oleh mereka. Mungkin bisa membeli dua sepeda motor sport sekaligus dalam sehari.

"Mana ada murah, ini mah termasuk mahal say. Emang mantep kalian!"

"Oiya by the way, gimana konser disana? Lancar kan?" Lanjutnya menatap ke-empat teman prianya.

"Always organized, manager yang lo saranin emang berprofesional banget." Ujar Lukas sambil tersenyum bangga kepadanya.

"Gue denger tiket lo disana ludes terjual dalam enam detik, gue nggak nyangka!" Dia menatap ke arah Dery sambil melambungkan senyumnya.

"Inget sama perkataan gue, selalu jadi bintang ya. . . Cari sinar kalian!" Semua mengangguk mengerti maksud ucapannya.

Ia—Ave Shayera Purnamasan. . .

Didalam semesta lainnya. . .

**

HEY!

HAPPY NEW YEAR!💖

Kena tipu ya? Hehe. I'm sorry🙏

Tetap stay terus ya! Love you guys💖❤️💚

HAPPY NEW YEAR SEKALI LAGI! SELAMAT DATANG TAHUN 2021❤️💚💖

Ingat, tetap stay terus!

Guardianship【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang