13 ; Teman dan Kertas

405 142 26
                                    

Sudah sekitar satu minggu ini ia berada di sekolah ini, tetapi pertemanannya hanya sebatas teman sekelas dan itupun hanya Wira dan beberapa teman pria lainnya.

Lukas bukan tipikal orang yang gampang akrab dengan teman baru. Perlu waktu lama jika ingin akrab dengannya dan jika sudah akrab, kalian akan tahu sifat Lukas yang sebenarnya seperti apa.

"Luk, lo mau ikut turnamen ML nggak nanti sore didekat kafe Lemonade?" Ujar Wira tanpa menatap Lukas malah asyik dengan ponselnya.

"Boleh tuh, bosan juga gue di rumah." Berusaha akrab dengan teman sekitarnya agar ia mempunyai teman, Lukas mengiyakan permintaan Wira yang mengajaknya mengikuti turnamen game online yang tengah viral di masyarakat sekarang.

"Eh lo juga ikut kan Luk?" Tanya seorang teman Lukas yang berada di hadapannya yang sekarang menatap Lukas.

"Iya Lan, kenapa?" Tanya Lukas sambil menatap ke arah temannya yang bernama Jeslan.

"Lo bawa motor kah? Kalo lo bawa, nitip teman gue nah. Motornya dia masuk bengkel tadi pagi gara-gara kemasukan air. Maaf loh ya ngerepotin, masalahnya gue antar pacar gue pulang dulu," ujar Jeslan sambil tersenyum manis menatap Lukas.

Mau tidak mau Lukas mengiyakan permintaan Jeslan karena merasa tidak enak, mungkin saja ini bisa menambah temannya di sekolah baru ini.

"Dia kelas mipa 4, nanti gue kasih tahu dia." Ujar Jeslan sambil menepuk pundak Lukas yang dibalas senyuman manis dari empunya.

"Luk, lain kali lo harus ikut nongki-nongki sama kita. Nah biasanya dari mipa 1 ada, mipa 3 ada, mipa 4 ada. Jangan nggak enakan gitu!" Ujar Wira yang dibarengi tepukan di pundak Lukas.

"Iya Luk, nih gue kasih tau geng kita ya. Nama geng kita AMB, Anak Mabar Berserangan. Alay sih emang, ini sih yang kasih nama kakak kelas kita—generasi pertama, kalau kita generasi kedua. Isinya anak-anak gamers, ganteng dan idaman para kaum hawa." Ujar Jeslan yang dihadiahi tabokan dari seorang teman sekelas perempuannya.

"Idaman pala lo! Idaman itu kalau shalatnya rajin, kalau masih suka bolos mah namanya iblis!" Ujar Yesya yang lewat dan mendengarnya.

"Yaelah neng, nggak ngaca atuh? Sama aja lok sama lo? Lo juga sering nggak shalat alasannya lagi merah lah, apalah. Kasihan gue sama malaikat pencatat amal kebaikan lo, nganggur kerjaannya." Balas Jeslan sambil menatap tak senang ke arah Yesya.

"HEH LO YA, NGGAK NGACA!"

"HEH BERANTEM TERUS BERANTEM! DAJJAL KETEMU DAJJAL GINI SUD!" Lerai Wira sambil menatap tajam kedua sosok anak adam tersebut yang selalu beradu argumen.

"Aduh lelah lahir batin gue ngelihat Jeslan sama Yesya berantem terus!"

"Nikahin aja sud nikahin!"

Sekelas hanya bisa pasrah jika Jeslan dan Yesya sudah beradu mulut seperti ini. Jalan satu-satunya adalah Alin. Tetapi kali ini Alin tidak ada di kelas sepertinya.

"Woy, woy panggil Alin woy! Mana Alin?" Celetuk salah seorang teman sekelas mereka yang bernama Yesto yang heboh sendiri.

Lukas terkekeh dan tertawa saat melihat Yesya sudah bertatap-tatapan tajam dengan Jeslan setelah dipisahkan oleh Alin yang baru saja datang dari kantin bersama Daron.

Tatapan Lukas jatuh terhadap gadis tersebut, ia berusaha mengingat kembali memori di otaknya. Apakah itu gadis yang ia temui tiga tahun yang lalu?

Sehingga ia tak sadar, sepasang mata menatapinya secara lekat sambil memasang tatapan tajam.

**

Setelah diberitahu Jeslan tentang teman Jeslan, Lukas memutuskan untuk berjalan ke depan kelas XII Mipa 4 untuk mencari teman Jeslan tersebut.

Guardianship【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang