*spesial Chapter 2*

1K 96 4
                                    

(A-Jiao and Xiao XingChen)

“A-Niang berhenti menyuapiku dengan bubur. A-Niangku sayang aku baik baik saja, tanganku bahkan tidak tergores. Ayolah bubur itu menjijikan!” rengek Kurai sesaat sebelum Xue Yang hendak menyuapkan sesendok bubur padanya.
          
Xue Yang menghela nafasnya, ia memang mengingat kalau putrinya ini sangat membenci yang namanya bubur buatannya. Tapi mau bagaimana lagi keadaan dirinya masih belum stabil memakan makanan berat hanya akan membuat kondisi tubuhnya kembali drop. Dan Xue Yang tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya lagi.

Sementara Xiao XingChen yang baru saja datang dari bekerja di desa langsung disuguhkan dengan pemandangan ‘harmonis’ dari kedua sosok berharganya itu. Xiao XingChen memang belum terlalu dekat dengan putrinya namun entah bagaimana Xiao XingChen bersyukur sebab sifat dan karakter Xue Yang menurun pada putrinya membuat keduanya dengan mudahnya berbaur satu sama lain. Ditambah kini perannya juga harus menjadi seorang ayah yang hebat dimata putrinya. Meski belum terbiasa tapi mau tak mau Xiao XingChen harus menerima tanggung jawab barunya ini.
          
“Bubur tidak menjijikan A-Jiao. Makanlah yang benar!” Ujar Xiao XingChen membuat sepasang ibu dan anak itu menoleh padanya.
          
Kuraima mencebikkan bibirnya. “A-Die, kau belum tau bagaimana bubur sayuran buatan A-Niang. Sungguh A-Die, bahkan kelinci sekalipun takkan mau memakannya meski itu bubur wortel jika itu buatan A-Niang. Dia tidak menambahkan bumbu apapun lagi dan rasanya sangat pahit.”
          
Xue Yang menatap tajam A-Jiao, hey dia memang tau bubur buatannya memang murni rasa sayuran itu sendiri tanpa menambahkan bumbu apapun. Tapi ini demi kebaikannya dan kenapa A-Jiao malah protes?
          
“Lihat putrimu Daozhang? Sangat susah diatur. Kau bahkan baru pulih dari acara pingsanmu dan energi mu bahkan belum kembali. Apa perlu A-Niangmu ini menyuntikkannya kedalam tubuhmu hah?!!” amuk Xue Yang.
          
A-Jiao merenggut, “A-Die.”
          
Xiao XingChen menahan tawanya, ah sepertinya A-Jiao benar benar mencari pertolongan padanya. Xue Yang menghela nafas lalu menyimpan kembali bubur pada meja disebelah kasur.

“baiklah A-Niang takkan memaksamu. Akan kubuatkan sesuatu yang lain tapi kau harus menunggu, A-Niang dan Shijie mu akan pergi ke desa membeli bahan makanan sekalian. Daozhang titip A-Jiao ya.”
         
Xiao XingChen mengangguk sembari mengambil alih posisi duduk Xue Yang sembari menghadap putrinya. Kuraima terdiam menatap wajah ayahnya itu, bak dewa Yunani ketampanan Xiao XingChen memang tak diragukan lagi membuatnya mengingat sosok ayahnya yang sama awet muda nya seperti sosok Daozhang ini.
           
“Aiya, A-Die... kenapa kau memakai BlindFold?” Ujar Kuraima sok polos.
          
Setidaknya berakting sedikit tidak masalah bukan? Tapi hal itu sukses membuat Xiao XingChen terdiam.
          
“Apa pertanyaanku salah A-Die? Maaf.” Lirihnya membuat Xiao XingChen terkesiap.
          
“Tidak tidak, A-Die hanya bingung menceritakannya. Ummm... kenapa A-Die memakai blindfold itu karena sebenarnya A-Die tak memiliki bola mata. A-Die memberikannya kepada sosok keluarga A-Die.” Xiao XingChen mengambil bubur tadi dan menyuapkannya pada A-Jiao.
          
Entah memang pada dasarnya Kuraima terlalu serius atau bagaimana, dia melebarkan mulutnya menerima suapan dari Xiao XingChen. Ayahnya tersenyum dalam diam dan terus menyuapi putrinya itu perlahan.
          
"Tapi A-Die, mengapa kau memberikannya?? Apa itu tidak sakit??” pertanyaan itu sukses membuat ayahnya terkekeh.
          
“Tentu saja sakit, tapi demi keluarga yang A-Die sayangi. A-Die akan melakukan apapun.” Ujar Xiao XingChen membuat Kurai tertegun.
          
Kuraima terdiam dan terus menerima suapan. “A-Die, apa aku juga keluargamu? Apa kau menganggapmu putrimu??”
          
Xiao XingChen tersenyum, bubur dimangkuk sudah habis. Dia mengambil gelas diatas nakas dan memberikannya kepada putrinya. “Putriku, Putri Xue Yang. Tentu saja A-Die menerimamu putriku. Kau putriku, kau putri Xiao. Dan mulai saat aku bertemu denganmu aku adalah A-Die mu, akan selalu menuruti keinginanmu sayang. Jangan sungkan ya, A-Die mu ini sangat mencintaimu.”
          
Kuraima tersenyum senang sembari mendekap erat tubuh ayahnya. Memejamkan mata mencoba merasakan kehangatan darinya hingga tiba tiba sebuah pemikiran merasuki kepalanya. Dia menatap lekat kearah ayahnya yang sibuk menaruh mangkuk bubur yang telah kosong.

My Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang