Back To The Future

617 104 9
                                    

Note : Mulai part ini, kalian baca pelan-pelan biar ngerti. Kalau buru-buru ga bakalan ngerti kalian.

.

.

.

.

.

.

Seokjin meneguk segelas wine terakhirnya, entah itu gelas keberapa Seokjin sudah tak ingat lagi. Seokjin kembali memandang jendela apartmennya, memandang gedung-gedung tinggi yang masih terang benderang meskipun sudah pukul 11 malam.

Kemarin adalah ulang tahunnya yang ke 30. Wanita cantik yang kini bekerja sebagai pimpinan di salah satu perusahaan kosmetik ternama itu tak terlihat bahagia sama sekali. Hampa, justru itu yang Seokjin rasakan saat ini.

Seokjin kembali melirik kotak berwarna hijau tua yang ada disampingnya. Seokjin sudah menerima paket itu sejak tadi pagi, namun dia masih urung membukanya hingga saat ini.

Ada beberapa alasan mengapa Seokjin mememilih untuk tak membukanya, dan alasan terkuatnya adalah karna dia takut. Ya, Seokjin takut membuka paket itu karna dia tau apa isinya, dan dia tau siapa pengirimnya.

Kim Namjoon.

Seokjin kembali menghela napas. Dia tak bisa membiarkan rasa takut itu terus bersarang dibenaknya. Dengan ragu Seokjin meraih kotak hijau itu dan membukanya. Dengan sabar Seokjin melepaskan semua perekat dan pengaman kotak itu, dan mata Seokjin membulat ketika melihat isi kotak itu.

Sebuah undangan pernikahan berwarna senada dengan kotaknya, disampulnya tertulis "Namjoon & Jein".

Seokjin tau, dia tak seharusnya membuka isi kotak itu. Salah satu ketakutan terbesar Seokjin adalah melihat undangan pernikahan dengan nama Namjoon disana, dan itu terjadi sekarang. Tangan Seokjin gemetar, dadanya terasa sesak. Seokjin meraih segelas air putih disampingnya dan berusaha menelannya. Seokjin tak menyangka rasanya akan sesakit ini, dia bahkan tak pernah merasa sesakit ini sebelumnya.

Seokjin tak kuasa menahan air matanya. Seokjin beranjak dari kursi pantry dengan langkah yang lunglai, tubuhnya tak mampu menahan beban dan akhirnya membuatnya terjatuh. Seokjin tersenyum miris, dia sudah tau hal ini akan terjadi. Ini semua salahnya. Ya, ini semua karna salah Seokjin.


Bermula sejak 7 tahun yang lalu, saat Seokjin masih menjadi mahasiswa tahun ke 4, Seokjin memutuskan untuk pindah ke London di masa akhir kuliahnya di Big University. Sejak dulu Seokjin memang sangat ingin kuliah di London, namun orang tuanya tak memberi izin. Hingga akhirnya karna perdebatan yang cukup panjang selama bertahun-tahun, orangtua Seokjin akhirnya mengalah dan memilih untuk mengizinkan Seokjin pindah ke London.

Bukan tanpa alasan Seokjin melakukannya. Seokjin itu ambisius, dia punya naluri menjadi pemimpin perusahaan seperti ayahnya. Seokjin bertekad untuk mendirikan perusahaannya sendiri, bukan meneruskan perusahaan ayahnya. Seokjin sangat-sangat ambisius dan sangat mengutamakan karir diatas segalanya. Seokjin memiliki goals tersendiri dalam hidupnya, dan tak akan ada yang bisa merubah itu.

Setahun kemudian Seokjin berhasil menyelesaikan studinya dengan nilai yang memuaskan, 6 bulan setelahnya dia berhasil masuk disebuah perusahaan kosmetik di London. Hanya butuh satu setengah tahun untuknya membangun karir hingga melesat seperti roket, tentu saja itu juga berkat kecerdasan dan koneksi orangtuanya.

Setahun kemudian Seokjin kembali ke Korea. Posisinya sebagai orang penting di perusahaan pusat London membuatnya mengemban kepercayaan atasan untuk mengurus perusahaan cabang mereka di Korea. Seokjin tak menyia-nyiakan kesempatan karna itu adalah hal yang dia tunggu-tunggu. Jika kinerja Seokjin memuaskan, Seokjin akan dipromosikan sebagai pimpinan cabang Korea. Luar biasa bukan?

Back To The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang