Back To The Future (flashback)

595 103 14
                                    

Sekali lagi, baca pelan-pelan.

Seokjin memutuskan untuk bicara pada Jaehwan. Seokjin memikirkan ini berulangkali, karna dia tak mungkin membahas masalah ini dengan Jaehwan, ini bisa menghancurkan segalanya, dan kemungkinan terburuk, keputusan ini bisa membuat Jaehwan pergi dari hidupnya dan Seokjin tak ingin itu.

Tapi, ucapan Namjoon sudah memenuhi pikirannya dan Seokjin harus tau yang sebenarnya. Tidak, lebih tepatnya Seokjin percaya pada Namjoon 80% bahwa Jaehwan mungkin mencintainya, dan Seokjin memikirkan beberapa bukti pendukung selama seharian penuh. Dan setelah merasa cukup yakin, Seokjin akhirnya memberanikan diri untuk bicara pada Jaehwan.

Malam itu Jaehwan datang ke apartmen Seokjin. Jaehwan datang seperti biasa, tak menaruh curiga apapun. Sementara Seokjin berusaha stabil, menahan gejolak hatinya yang menuntut ingin kejelasan, juga gejolak kekecewaan yang begitu besar pada Jaehwan jika saja semua perkiraannya benar adanya. Tidak... Seokjin mungkin takut. Takut kehilangan Jaehwan.


"Kau kenapa?" Ucap Jaehwan sambil menatap Seokjin yang terdiam sejak tadi.

Tak ada jawaban selama beberapa saat. Seokjin mencoba untuk menahan rasa takutnya, namun tak bisa. Karna demi Tuhan Seokjin takut, dia takut karna tak percaya lagi pada sosok Jaehwan. Jika memang Jaehwan mencintainya, itu berarti Jaehwan berbohong padanya, dan selama ini mereka berdua menjalani hubungan yang tidak tulus. Itu sangat menakutkan untuk Seokjin karna kepercayaan itu akan hilang dan tak akan kembali. Tidak, Seokjin harus memastikannya sendiri.

"Aku sedang takut. Aku sedang memikirkan sesuatu yang aku tidak tau, apakah benar atau tidak." Seokjin kembali meraih tangan kirinya yang masih gemetar.

"Aku tau kita saling menyayangi sebagai keluarga, dan salong memprioritaskan satu sama lain. Tapi saat ini aku takut."

Seokjin memberanikan diri menatap Jaehwan yang hanya diam, tak merespon apapun ucapan Seokjin.

"Aku percaya, selalu percaya bahwa kau melihatku dengan cara itu, dengan cara aku melihatmu. Aku percaya kau menyayangiku sama seperti aku menyayangimu."

Seokjin tetap menatap Jaehwan. Sungguh, Seokjin ingin sekali Jaehwan membuka mulut dan bicara apapun saat itu, Seokjin ingin Jaehwan menghentikannya bicara lebih lagi, Seokjin ingin Jaehwan menghentikannya untuk mengucapkan hal yang paling tidak ingin dia ucapkan,

"Ken. Aku takut... Aku sangat takut jika itu semua hanya imajinasiku. Aku takut jika kau menyayangiku karna... Karna kau mencintaiku sebagai wanita, bukan sebagai keluargamu."

Suara Seokjin melemah, menahan tangis dan ketakutan yang luar biasa. Jaehwan tetap sama, tetap diam tak berekspresi menatap Seokjin, membuat Seokjin semakin putus asa. Seokjin tak bisa menebak isi hati Jaehwan, ekspresinya tak menggambarkan apapun. Demi apapun juga, Seokjin berharap Jaehwan akan menyangkal semuanya, menyangkal semua pemikiran bodoh Seokjin namun apa daya?? Jaehwan malah memberi respon diluar dugaan. Pemuda itu tak merespon sama sekali, hanya diam menatap Seokjin. Seokjin akan melakukan apapun agar mendapat sangkalan dari Jaehwan, Seokjin berdoa agar semua kesimpulannya tak benar.

"Kenapa kau diam saja, Ken? Bisakah kau menyangkal ucapanku dan mengatakan aku salah?" Ucap Seokjin.

Hening.

Detik berikutnya mata Seokjin membulat ketika melihat tangan kiri Jaehwan yang terulur, berusaha meraih pinggangnya. Saat itu ketakutan Seokjin bertambah besar, merasakan bahwa uluran tangan Jaehwan itu adalah jawaban dari segala pertanyaannya. Tidak... Jaehwan tak bisa merangkulnya, tidak sekarang. Seokjin tak bisa!

Plakkkkk!!!

Suara hempasan tangan itu terdengar sangat jelas. Seokjin menepis tangan Jaehwan yang mencoba merangkulnya, menatap pemuda dihadapannya dengan penuh rasa kecewa dan tak percaya. Hingga detik berikutnya mata Seokjin membulat ketika tangan kanan Jaehwan meraih teko panas disebelah nya secepat kilat, selanjutnya meringis kesakitan karna menahan teko panas itu yang sedikit lagi terjatuh. Jaehwan memutar kran air di kitchen sink dan membasahi tangannya yang melepuh karna teko panas itu.

Back To The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang