Doubt?? II

768 136 10
                                    

Namjoon tak pernah menyangka akan menjalani hari-harinya dikampus dengan Seokjin. Setiap pagi Namjoon akan bertemu dengan Seokjin, dan mereka akan berjalan bersama menyusuri koridor kampus. Terkadang tangan saling bertaut, terkadang juga Seokjin yang menggandeng lengan Namjoon dengan erat. Rumor tentang Taehyung dan Seokjin yang sempat booming berangsur sirna, karna kini bukti nyata telah terpampang, siapa pemilik seorang Kim Seokjin. Hal itu menjadi konsumsi semuanya setiap hari.

Namjoon juga sering berkomunikasi dengan Seokjin via telepon ataupun sekedar chat menanyakan kabar. Ketika jam makan siang tiba mereka akan duduk bersama, kadang-kadang berdua  dan terkadang juga mereka bergabung dengan teman-teman Namjoon. Sudah hampir seminggu Namjoon menjalani rutinitas barunya bersama Seokjin, namun Namjoon masih merasa hampa.


Namjoon tak tau, tapi hatinya tak bisa diajak kompromi. Bukannya ia tak senang dengan kehadiran Seokjin, hanya saja sangat sulit membuka hatinya untuk Seokjin sepenuhnya. Namjoon masih ragu, intinya hanya itu. Namjoon bahkan masih mengingat ucapan Jimin tempo hari ketika tak sengaja bertemu pria pendek itu yang sedang mengejar Yoongi menuju parkiran mobil. Jimin memberi selamat pada Namjoon yang telah resmi berkencan dengan Seokjin.

"Selamat, kau luar biasa telah mendapatkan Seokjin. Jangan salah paham hanya karna aku ini sahabat Taehyung ya. Aku tak ada masalah denganmu, jadi kuharap kau tak menjaga jarak denganku. Tapi kuharap Seokjin tak main-main kali ini."

"Maksudmu?"

"Ya, kau tau kan gosip yang beredar tentang masa lalu Seokjin dan Taehyung.  Orang-orang berasumsi Seokjin hanya memanfaatkanmu untuk membalas dendam pada Taehyung."


"Oh. Apa Taehyung juga berpikiran seperti itu? Jika iya kujamin dia tak akan berhenti mendekati Seokjin."

"Aku tidak tau. Lagipula itu bukan urusanku. Yang aku tau, Taehyung menghabiskan waktunya dengan penyesalan."



Ya, setidaknya percakapan itu cukup menganggu Namjoon belakangan ini, semakin menambah keraguan dihatinya. Teman-temannya juga tak berkomentar banyak, mereka mendukung apapun yang diinginkan Namjoon. Tapi apa itu cukup? Semua kebaikan Seokjin semakin membuat Namjoon curiga dan merasakan aneh. Apalagi menurutnya Seokjin tak bersikap terbuka padanya.


Namjoon itu pria yang berpikir logis, selalu menilai sesuatu berdasarkan fakta dan malas untuk berasumsi. Selama ini Namjoon selalu mengajak Seokjin untuk bergabung dengan sahabat-sahabatnya, namun jika diingat kembali Seokjin tak pernah melakukan hal yang sama. Seokjin tak pernah mengenalkannya pada sahabat-sahabatnya yang lain. Bahkan Seokjin pun jarang bicara mengenai mereka, padahal Namjoon tau sahabat Seokjin adalah orang yang sangat dekat dan berpengaruh untuk Seokjin. Kalaupun ada topik mengenai sahabat-sahabatnya, Seokjin akan mengalihkan pembicaraan dengan mulus, selalu begitu.

Awalnya Namjoon tak ambil pusing, namun semakin lama semua terasa semakin aneh. Semakin lama semua hal hanya berfokus pada Namjoon, dan Seokjin sama sekali tak ingin membahas soal dirinya. Ini tentang mereka berdua kan? Mengapa Seokjin tak ingin terlibat?


Namjoon tentu ada alasan untuk semakin meragu. Puncaknya saat kemarin malam, ketika Namjoon dan Seokjin sedang menghadiri pesta seperti biasa. Awalnya Namjoon dan Seokjin duduk berdua, namun Seokjin pamit pada Namjoon selang beberapa menit untuk menyapa Jaehwan yang sedang duduk tak jauh dari mereka. Namjoon mengizinkan, meskipun lagi-lagi Namjoon harus merasa kecewa karna Seokjin tak mengajaknya untuk bertemu temannya. Sudahlah, pikir Namjoon. Hingga 20 menit berlalu, Namjoon tak melihat Seokjin lagi yang tadinya duduk tak jauh darinya. Jaehwan juga sudah tidak ada. Namjoon lagi-lagi tak ambil pusing, mungkin mereka sedang berkeliling menemui teman-teman mereka yang lain.

Back To The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang