Sentuhan angin pagi menerpa kulit mulus milik yunho, harum bunga yang merekah dan juga suara rintikan embun yang jatuh dari daun-daun dapat membuat hati yunho menjadi tenang meninggalkan masalahnya sejenak.
"Sayang, sarapan dulu sini."
Yunho membalikkan tubuhnya, dapat ia lihat nyonya jung yang sedang menata meja makan dengan beberapa masakan khas rumahan yang yunho sukai, tidak lupa dengan senyum hangat seorang ibu yang selalu terpancar di wajahnya.
Yunho tersenyum, "Iya mah." Ia bersyukur karena jung haenul-lah ibu tirinya, yang selalu mencintai yunho walaupun ia bukan anak kandungnya.
Setelah ibu kandungnya meninggal karena sakit, yunho mulai kehilangan arah. Ia yang tadinya adalah anak ceria dan hangat, berubah menjadi pemurung dan memancarkan aura gelap. Itu karena yunho sangat dekat dengan ibu kandungnya, ia tidak dapat menerima kenyataan bahwa saat itu ibunya telah pergi dan tidak akan kembali.
Dulu, yunho hanyalah anak kecil yang masih belum mengerti konsep bahwa di setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan setiap yang hidup pasti akan mati.
Itu semua hanyalah masa lalunya, kini ia tidak merasa kehilangan lagi karena di saat terburuk pun ibunya selalu menemani dan percaya padanya. Jika yunho bertanya, "Apa mamah tidak marah?", maka nyonya jung akan berkata, "Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Tentu saja mamah merasa kecewa, tapi kebahagiaanmu selalu yang utama."
Yunho sangat tersentuh mendengarnya. Ia bangga memiliki seorang ibu yang kuat dan tegar, tapi di satu sisi juga lembut dan hangat.
"Yunho, ko melamun? Nanti makanannya keburu dingin, loh."
Yunho tersadar dari lamunannya, ia tersenyum kepada nyonya jung lalu menyantap makanannya. Pandangannya menelisik ke seluruh penjuru rumah, mencari seseorang yang harusnya juga ikut makan bersama mereka.
"Di mana, nenek?", tanya yunho sembari menyuap mashed potato ke dalam mulutnya.
Nyonya jung ikut melihat ke sekeliling, berusaha mencari nenek. "Hm, mungkin sedang menyiram tanaman. Nenek kan sangat menyukai tanamannya." Yunho mengangguk mengerti, ia melanjutkan makannya dalam diam.
Sejujurnya hatinya masih merasa tidak tenang walaupun sudah hampir sebulan yunho berada di rumah neneknya. Pertama, karena wooyoung benar-benar tidak pulang, walaupun yunho dan orang tuanya tau keberadaan wooyoung yang kini sedang menginap di rumah temannya, kang yeosang. Tetapi mereka berharap wooyoung segera pulang dan menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin.
Kedua, yunho sedikit merindukan mingi. Baiklah yunho tidak akan munafik, ia sangat merindukan mingi. Mereka benar-benar tidak bertemu selama sebulan penuh dan juga tidak berkomunikasi. Ponsel milik yunho di sita oleh ayahnya, katanya yunho harus fokus pada kehamilannya, jangan memikirkan apapun.
Mengekspresikan kegalauannya, yunho memainkan makanannya dengan sendok yang membuat nyonya jung tampak khawatir. "Ada apa? Makanannya tidak enak?"
Yunho tersenyum simpul, "Enak ko mah, cuma rasanya yunho sudah kenyang." Nyonya jung mengangguk, masih tersirat raut kekhawatiran di dalam wajahnya.
Yunho menepuk pelan punggung tangan nyonya jung, "Aku ga apa-apa, serius. Sekarang aku mau nyusul nenek dulu, ya." Ia bangkit dari duduknya dan pergi untuk mencari keberadaan neneknya.
Yunho menyusuri jalan setapak yang terdapat bunga-bunga cantik di sisi kanan dan kirinya. Tak lama kemudian ia melihat sosok wanita tua sedang menyirami bunga lavender berwarna ungu tersebut. Menyadari ada cucunya, wanita tua itu kemudian menghentikan aktivitasnya dan memilih menghampiri salah satu cucu kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake [Minyun/Yungi]
Fanfiction"You are my slave, babe." | Mature Content 🔞/ MPREG | | Harsh Word | | BxB | Mingi = Top Yunho = Bottom ©natsuya12