13

1.6K 212 52
                                    

"Yunho, bangun. Makanannya sudah siap." Mingi mengecup-ngecup seluruh wajah yunho agar empunya terbangun dari alam mimpi.

"Eum?", merasa terusik, yunho membuka kedua matanya. Dapat ia lihat sosok mingi sedang tersenyum padanya, yunho pun ikut tersenyum. "Makanannya sudah sampai?" Mingi mengangguk lalu berjalan keluar kamar dan mengambil makanan untuk yunho.

Ia meletakkan meja kecil di atas kasur dan menaruh makanan padang yang mengunggah selera yunho. Terlihat wajah senang itu ketika melihat berbagai aneka masakan Padang yang ia sukai.

"Kamu ga makan?", tanya yunho pada mingi yang sekarang sedang duduk di sampingnya sembari mengetikkan sesuatu pada laptop.

"Nanti, ada kerjaan yang harus aku selesaikan dulu."

Melihat mingi yang fokus seperti itu memunculkan suatu ide di dalam pikiran yunho. Menyendok sebuah nasi dan lauknya, yunho menyodorkan suapan itu pada mingi.

"Aaa~", ucap yunho sembari memberikan sebuah suapan yang langsung diterima dengan senang hati oleh mingi.

"Maaf ya aku ganggu kamu kerja."

Mingi mengelus pucuk kepala yunho, "Ga, ko. Jangan pernah merasa kalau kamu adalah gangguan, karena aku ga pernah mikir begitu." Yunho tersenyum lalu melanjutkan kembali acara makannya.

Sesekali menyuapi mingi walaupun empunya bilang agar yunho fokus makan saja. Tapi yang namanya yunho itu keras kepala, sekali ia ingin melakukan suatu hal maka harus dikerjakan, jadilah mingi mengalah agar yunho tidak marah padanya.

Di tengah acara makannya, tiba-tiba yunho ingat dengan wanita yang mereka temui dulu di restoran ayam kakek berambut putih. Melirik mingi sekilas, nampak pria itu sedang menopang dagunya dan menatap fokus ke arah laptop. Sesekali bergumam kecil mengenai berkas-berkas yang ia baca dari layar itu.

Di satu sisi yunho sangat penasaran dengan wanita itu, karena bagaimana pun juga kelihatannya dulu mereka memiliki hubungan yang tidak biasa. Namun ia juga tidak ingin mengganggu konsentrasi mingi yang sedang bekerja. Ekhem, sebagai calon pasangan yang baik, yunho harus mengerti jika sekarang mingi sedang sibuk dan tidak boleh diganggu. Namun tetap saja rasa penasarannya sudah sampai ke ubun-ubun.

Merasakan sebuah tatapan yang menusuk ke arah wajahnya, mingi melirik sekilas ke samping, mendapati yunho sedang menatapnya tanpa berkedip.

"Mau ngomong apa?", seperti seorang dukun. Tiba-tiba mingi menyatakan sebuah pertanyaan seakan ia tahu jika yunho ingin menanyakan sesuatu padanya.

"Boleh tanya?"

Mingi mematikan laptopnya lalu menaruh benda ramping itu di atas nakas meja. Ia juga merapihkan piring kotor bekas yunho kemudian merebahkan kepalanya di atas paha lembut milik pria manisnya itu.

"Tanya saja apapun yang kamu ingin tahu."

Yunho mengelus lembut surai gelap milik mingi. "Wanita yang pernah hampir kamu tinju, yang bertemu waktu itu di restoran, siapa dia?"

Mingi yang tadinya sedang memejamkan mata merasakan sentuhan lembut dari yunho, kini membuka matanya lebar setelah mengetahui apa yang ingin yunho tanyakan. Ia menghela nafasnya panjang, sepertinya memang tidak mungkin menyembunyikan masa lalunya lebih lama. Bagaimana pun juga, jika mereka berniat menikah, yunho harus tahu masa lalu milik mingi, sebaliknya pun begitu.

"Kamu yakin ingin tahu walaupun mungkin ini bukan cerita yang bagus?", tanya mingi meyakinkan.

Yunho mengecup kening mingi selama beberapa detik, ia tahu sepertinya wanita itu meninggalkan sebuah luka yang dalam di hati mingi melihat bagaimana reaksi pria yang ia cintai sekarang berusaha menutupi warna gelap yang tersirat pada maniknya itu.

Mistake [Minyun/Yungi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang