11

1.8K 255 201
                                    

Berkali-kali wooyoung menekan bel dan mengetuk pintu apartemen milik san, namun tidak terlihat tanda-tanda bahwa san sedang berada di rumah. Ponsel canggih milik wooyoung terus memperdengarkan nada dering yang di akhiri dengan kalimat 'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif'.

Wooyoung berusaha menghubungi beberapa teman san yang dikenal, namun hasilnya nilih. Ia juga menghubungi yeosang mengingat orang terakhir yang bertemu dengan san adalah yeosang. Tapi yeosang malah sengaja mematikan telepon dari wooyoung.

Kesempatan terakhir yaitu bertanya dengan orang yang paling dekat dan paling mungkin mengetahui keberadaan san sekarang, song mingi. Wooyoung meneguk salivanya kasar, ia sangat gugup untuk menekan nomor milik mingi mengingat ia sudah menyakiti san. Apakah wooyoung akan selamat dari amukan mingi? Itu tidak penting, yang paling penting sekarang ia harus mencari tahu keberadaan san dan meminta maaf kepadanya.

Juga mengatakan bahwa wooyoung mencintai pria bermarga choi yang selama ini selalu menemani dan merengkuhnya di saat susah maupun bahagia.

Tombol 'call' sudah di tekan, suara nada dering terdengar dari speaker ponsel milik wooyoung. Tidak berselang lama, suara berat terdengar dari seberang ponselnya.

"Halo?"

Meneguk salivanya, wooyoung berusaha menetralkan deru nafasnya agar tidak terdengar gugup. "Ka mingi? Ini wooyoung, ada yang ingin gua tanyakan—"

"Mau nanya san ada di mana? Dia sudah pergi, bukankah kalian sudah selesai?"

Wooyoung terdiam, ia mengeratkan genggaman tangannya saat mendengar kata 'pergi'. "Maksud kakak gimana? San pergi ke mana?"

"Dia kembali ke tempat orang tuanya di Jepang."

"Lalu? Kapan dia kembali?"

"...."

"Dia ga akan kembali. San sudah memutuskan untuk pindah kuliah dan menetap bersama orang tuanya."

"Apa?", wooyoung merasakan nyeri di dadanya. San pergi meninggalkannya, ia benar-benar memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

Mata wooyoung terasa panas akibat menahan air yang siap tumpah kapan saja. Lidahnya serasa kelu, ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Jika san memutuskan untuk pergi, apakah wooyoung masih diberi kesempatan untuk membawanya kembali?

"Jangan berusaha untuk mengejar san jika lo cuma akan menyakitinya lagi."

Sambungan diputus sepihak, menyisahkan wooyoung yang termenung di depan pintu apartemen milik san.

Pintu yang dulu jika diketuk akan terdapat seseorang yang membukanya dengan senyuman hangat. Mempersilahkan wooyoung masuk untuk sekedar istirahat atau memberikan sandaran bahunya sebagai penopang rasa lelah.

Sekarang pintu itu tertutup dan tidak akan pernah terbuka lagi.

"Ukh." Wooyoung meremat dadanya yang terasa sakit, amat sangat sakit. Perlahan buliran air terjatuh melewati pipinya. Wooyoung menyesal karena menyia-nyiakan san.

Ternyata memang benar, sesuatu akan terasa berharga ketika kita kehilangannya.

Mingi menaruh ponselnya di atas meja kerja. Menatap layar yang telah menghitam itu setelah wooyoung meneleponnya tadi. Sejujurnya mingi tidak tahu apakah menjauhkan san dari wooyoung adalah hal baik untuk keduanya atau malah memperburuk keadaan. Namun keputusan mingi akan tetap saja bahkan jika waktu diulang kembali.

Jika memang takdir mereka adalah bersama, maka suatu saat nanti mereka akan bertemu kembali.

"Huft." Memijit pelipisnya karena merasa pusing, mingi sendiri harusnya memikirkam cara agar ia dapat menjauhkan yunho dari yeonjun.

Mistake [Minyun/Yungi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang