17

1.5K 225 93
                                    

Note:

Hai semua, sudah lama ya mistake ga up hehe. Padahal waktu itu niatnya mau up seminggu setelah chapter sebelumnya, namun karena aku ada beberapa masalah di rl jadinya baru sempat ngelanjutin draft sekarang.

Untuk kedepannya juga aku ga bisa janji bakal up cepat karena masih sulit membagi waktu antara nugas dan ngerawat ibu aku yang lagi sakit :)

Pokoknya diusahakan bakal up ko, jadi ditunggu aja.

Happy reading^^

Keheningan terasa di dalam ruangan itu. Mira masih setia memandangi lantai berwarna putih, ia kecewa dengan johnny yang sudah berjanji akan selalu berada di pihaknya, namun johnny malah berkhianat.

Perlahan johnny berjalan mendekati mira. Melepaskan ikatan yang melilit tangan dan kaki gadis itu, kemudian berjongkok di hadapannya agar manik mereka dapat bertemu.

Mira menatap johnny dingin. "Kamu pengkhianat."

Johnny tersenyum, "Bukankah anda juga pernah berkhianat dengan tuan mingi?", ucapnya yang langsung mengenai batin mira.

"Aku melakukan semua ini juga demi dirinya."

"Tidak."

Menggeram kesal, mira menampar wajah johnny sampai meninggalkan bekas kemerahan di pipi mulus itu. Johnny memegang pipi kirinya yang ditampar mira, terasa sedikit perih. Ia kembali menatap manik mira teduh, berusaha memberitahu gadis itu bahwa semua akan baik-baik saja.

"Kamu ga mengerti, johnny. Kamu ga mengerti apapun." Mira mulai terisak pelan sembari meremat dadanya yang terasa sakit.

Johnny membawa gadis itu kedalam pelukannya, memberikan afeksi menenangkan yang sudah lama tidak mira rasakan. Dulu mingi sering memeluknya dengan hangat, namun sekarang hal itu hanyalah angan tak tercapai.

"Aku mencintainya, johnny. Sampai rasanya sakit. Aku menyesal."

Menyesal, satu kata yang selalu terucap dari bibir mungil itu. Satu kata yang menggambarkan penyesalan sangat dalam. Namun semuanya sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur, cinta sudah lama layu berganti kekecewaan. Sudah tidak ada tempat baginya di hati mingi.

Apakah sekarang waktunya menyerah?

Tertawa miris di dalam dekapan johnny, ia berpikir jika ingin menyerah seharusnya sudah dilakukan dari dulu. Namun keegoisannya mengalahkan kerasionalan yang ada. Membuat tangannya berani melakukan hal kotor, beratasnamakan cinta.

"Anda juga sebenarnya tau jika itu bukan cinta, kan?" ucapan johnny selalu mengenai hatinya.

Ya, dari awal mira pun tahu bahwa yang ia rasakan bukanlah cinta, tapi hanya obsesi tak berarti. Entah sejak kapan perasaan itu mulai berubah. Awalnya ia hanya ingin memanfaatkan mingi, kemudian berubah menjadi cinta dan terobsesi.

Mengeratkan pelukannya pada dada bidang johnny, dapat tercium aroma citrus yang menguar dari tubuhnya. Menenangkan. Sejak kapan ya aroma ini tertaman di dalam syaraf otaknya? Aroma menyegarkan dari daun jeruk dapat membuat dirinya lebih tenang. Mira menyukainya.

Johnny masih setia mengelus punggung gadis itu, sesekali menyentuh helaian rambut pirang milik mira. Rambut yang akan bersinar cerah jika terkena cahaya, johnny suka. Johnny suka semua yang ada pada diri mira, maka dari itu ia tidak bisa melarang apapun yang akan gadis itu lakukan. Terlalu cinta katanya, hingga menjadi bodoh.

Johnny sadar bahwa apa yang mira lakukan juga membuat gadis itu terluka, makanya ia berniat untuk menghentikan mira agar gadis itu tidak pergi terlalu jauh.

Mistake [Minyun/Yungi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang