20. Latar Belakang

5 2 0
                                    


PRANG!!!

Vina yang baru memasuki ruang 7 Elite Sekolah dibuat kaget dengan kelakuan salah satu anggotanua. Ruangan itu sudah seperti kapal pecah. Rin yang biasanya sering sekali menjahili dirinya, ataupun berpetualang ke seluruh penjuru sekolah, berubah 180 derajat.

"Apa-apaan sih lo, Rin?!" tanyanya kesal.

Ia menyingkirkan pecahan vas bunga dengan kakinya, takut salah injak nantinya.

Rin menatap nyalang Vina dengan segala api kemarahan yang masih tersisa, membuat Vina menautkan alis nya bingung.

"Gue mau hancurin dia," ucap Rin penuh penekanan.

"Yang lo maksud siapa?"

Vina mendudukan dirinya di sofa dengan setengah kesal. Niat hati ingin mencari Deren yang sejak tadi tidak terlihat, na'as ia menemukan seorang Titan yang tengah mengamuk di ruangan ini.

Rin tidak menjawab pertanyaan Vina, pikirannya masih berada ditempat sebelumnya.






"Hm, gue menang ya?" Azka melihat setiap kartu yang ada disana.

Ia menang telak dari Rin, setelah tiga pertandingan yang mereka jalani.

Rin tidak percaya ia dikalahkan oleh adik kelasnya sendiri, dengan kartu yang sama saat pertandingan publik 2 tahun lalu dengan Fathur.

"Kenapa gue kalah lagi?" pikirnya.

"Permainannya menyenangkan, hanya saja ... "

Rin mendongakkan wajahnya menunggu kalimat selanjutnya.

"Saking seringnya gue mainin, malah lebih enak main rubik." Azka tersenyum membayangkan betapa mengasikannya bermain rubik milik.

Rin lagi-lagi mendapatkan tamparan besar pada wajahnya, ia kembali diinjak oleh orang yang tidak ia kenal, membuat pelupuk matanya memanas.

Meskipun perempuan itu sangat senang membuat orang lain menderita, ia hanya tidak pernah merasakan bagaimana jika ia terjatuh untuk kedua kalinya dalam cara yang sama.

Kekurangan 7 Elite Sekolah adalah tidak pernah merasakan kekalahan sama sekali.

"Tunggu gue di festival nanti ya, Kak?"

Azka bangkit. Tidak tertarik dengan keterpurukan Rin. Baginya, perempuan itu hanya alat untuk menghancurkan 7 Elite Sekolah dikemudian hari.

Rin menatap kepergian laki-laki itu. Ia meremas keras kartu yang ada ditangannya, memancarkan buku-buku tangan yang memutih.




Mengingat kejadian tersebut membuat luapan semua emosi Rin muncul ke permukaan. Ia benar - benar tidak main - main dengan ucapannya soal membunuh. 

Klek!

Pintu ruangan itu terbuka, memunculkan wajah tegas nan tampan mengedarkan pandangan pada sekeliling yang sudah layak dijuluki seperti ruangan yang tak layak huni lagi. 

TV layar besar yang tergantung pecah akibat bantingan Rin dengan tongkat golf yang entah dari mana perempuan itu temukan. Komputer di atas meja kebesaran yang sering digunakan oleh Revan juga lenyap tak tersisa hingga memunculkan berbagai jenis kabel bewarna  - warni.

"Kenapa jadi kayak gini?" tanya Gema.

"Lo tanya aja ke dia."

Vina lebih mementingkan kuku cantik yang tengah ia hias.

Gema hanya bisa menghela nafas berat. Sebelum mereka menduduki posisi 7 Elite Sekolah, para pendahulu mereka terlihat sangat kompak dan saling mendukung. Berbeda dengan mereka yang hanya dalam waktu tiga bulan masuk sekolah berhasil melengserkan 7 Elite Sekolah yang lama.

Elite of Highschool ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang