Seusai istirahat makan siang, semua siswa kelas satu kembali melangkahkan kaki menuju Aula Biru guna menyelesaikan acara penyambutan yang tadi sengaja ditunda dengan jeda istirahat.
Bisik-bisik suara kakak kelas, membuat vanue tengah berisi siswa kelas satu merasakan tegang kembali. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, setelah melihat bagaimana dengan kejamnya sekolah ini lansung mengusir siswa gagal bertahan pada saat ujian ringan tadi.
Sebenarnya, banyak dari siswa kelas satu masih belum bisa menyesuaikan diri dengan kegiatan pembuka yang membuat jantung bekerja lebih cepat dari biasanya. Apa boleh buat, mereka adalah santapan yang tepat untuk para monster yang masih menyembunyikan taringnya di balik nama SMA Angkasa Jaya.
"Siang," ucap Aluna datar di atas panggung utama.
Siang yang begitu panas membuat Aluna mengucir asal rambutnya sepinggang. Blazer yang ia kenakan pun hilang, kemeja putih panjang digulung 3/4. Agak aneh melihat seorang panitia seperti Aluna dengan gaya terkesan santai memberikan sambutan dari di atas sana.
"Saya akan menjelaskan acara yang harus kalian lakukan saat ini sampai jam pelajaran biasa di sekolah ini selesai."
Pandangan Aluna menelisik seisi Aula Biru yang menegang, apalagi anak kelas satu yang mungkin seperti diberikan latihan olahraga jantung yang ekstrim. Sayang, Aluna tidak peduli.
"Bisa kalian santai saja? Membuat saya tidak bersemangat menyampaikan pembahasannya," ujarnya pedas.
Semua murid baru itu terdiam mendengarkan betapa menusuknya pernyataan Aluna. Perempuan itu hanya tidak tahu bagaimana berada diposisi mereka. Para murid kelas satu sangat yakin bahwa ia tak mengalami kengerian yang terjadi pada saat acara penyambutan siswa pada tahun sebelumnya. Akan tetapi, pada saat mereka memikirkan hal tersebut, tatapan mencekam didapatkan dari Aluna.
Perempuan itu tampaknya sangat mengerti apa yang ada dalam otak udang siswa kelas satu. Mereka harusnya bersyukur bahwa dirinya lah yang menjadi panitia. Bermurah hati pada kaum lemah seperti mereka. Tidak dengan yang terjadi pada saat penyambutan angkatan dirinya. Bahkan hanya menyisakan tiga perempat kapasitas siswa akibat ulah 7 Elite Sekolah yang ganas dan sulit dibantah.
Merasa tak ada gunanya dirinya bersikap demikian, Aluna menghela nafas kasar. "Jangan lupa bernafas," perintah Aluna.
Ia tidak mengerti kenapa harus dirinya yang dijadikan MC acara ini, harusnya Fathur yang melakukan pekerjaan ini. Seluruh siswa kelas satu bahkan takut hanya dengan melihat dirinya. Apakah itu sebuah hal yang harus dibiarkan saja? Sedangkan dirinya sangat sensitif akan keadaan tersebut.
Terdengar helaan nafas dari mereka yang lupa bernafas.
"Kali ini kalian diberikan waktu mengunjungi kelompok binaan yang ada di sekolah ini. Ada lebih dari 24 kelompok binaan siswa yang sudah tersertifikasi. Jadi, gunakan kesempatan tersebut dengan sebaik mungkin," terang Aluna.
SMA Angkasa Jaya merupakan sekolah yang menggunakan sistem pembelajarannya sendiri tanpa mengikuti ketetapan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Biasanya, SMA terdiri atas kurikulum mata pelajaran wajib, jurusan dan muatan lokal. Akan tetapi, SMA Angkasa Jaya sendiri memiliki sistem dimana mata pelajaran wajib yang akan diikutsertakan di ujian nasional, dijadikan mata pelajaran umum. Begitu pula jurusan tergantung minat dan bakat yang lebih luas lagi, tidak hanya bergantung pada jurusan IPA ataupun IPS.
Pemerintah memberikan hak istimewa setelah melihat latar belakang sekolah yang selalu menghasilkan lulusan terbaik, serta pernah ikut perlombaan tingkat internasional. Ditambah, selalu membawa pulang tropi. Lagipula, sebelum pemerintah menetapkan hal tersebut, Yayasan Angkasa Jaya sendiri sudah lebih dulu menerapkan sistem mereka dengan melahirkan para cendikia yang berkompeten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elite of Highschool ✔
Novela JuvenilAlice, siswa SMA kelas 10 di sebuah sekolah elit di negeri yang ia tinggali. Saking elitnya, bahkan peraturan yang ada disana sedikit konyol dengan adanya 7 Elite Sekolah yang memonopoli peraturan yang ada. Di sisi lain, ada Azka, seorang laki - la...