41. Yang Dilindungi

2 1 0
                                    


Airmata Alice tidak bisa berhenti mengalir. Mendengarkan cerita Anna, ia akhirnya paham dengan segala situasi yang ada disini. 

Akarnya adalah orang yang sama pada 10 tahun lalu, oleh sebab itu Revan memintanya menceritakan secara lengkap apa yang sebenarnya terjadi. 

Alice tidak menyangka di masa sekarang pun, ia harus berurusan dengan pelaku pembunuhan yang merenggut kebahagiaan keluarganya saat itu.

"Tapi mereka semua ada disini kok, mereka bantuin kita buat ngusir orang jahat," ucap Anna tersenyum manis mencoba meyakinkan Alice.

Alice melepaskan tangan Anna. Pikirannya kosong. Sepatu putih yang ia kenakan tak sengaja menginjak tubuh seorang dengan senjata lengkap yang telah tergeletak tak bernyawa secara mengenaskan. 

Alice tak bisa memberikan rasa prihatin ataupun kasihan bagi korban yang terinjak olehnya. Matanya selalu tertuju pada senapan hitam yang digenggam orang yang telah tergeletak di tanah tersebut. 

"Lo suka Azka." 

Alice sedikit terkejut ketika Aluna kembali mendatangi kembali kamarnya saat semua orang telah membubarkan diri karena dirinya. 

Aluna masuk seraya menutup pintu kamar Alice, tak ingin siapapun tahu apa yang sebenarnya akan perempuan itu utarakan. 

Mendapati kenyataan bahwa Azka menyukai seseorang adalah hal yang menyenangkan bagi Aluna, sayang, adik kecilnya tak bisa jujur karena terhalang rasa kasih sayang yang besar pada seorang Aluna. 

Alice tak bisa mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh Aluna, namun yang pasti, kenapa perempuan itu mendadak sedikit bar - bar dan berbicara seolah - olah tahu akan perasaannya sendiri? 

Ya, walaupun Fathur juga menyimpulkan yang demikian tadinya bersama teman - temannya yang lain. Tapi Aluna yang ia hadapi hari ini sedikit nampak berbeda. 

"Tapi sayang, lo nggak mungkin dapetin Azka," terang Aluna sedikit tersenyum manis meremehkan fakta bahwa Alice dan Azka tak bisa bersatu karena suatu sekat tak terlihat yang tercipta. 

Tentu, Alice tidak terima akan pernyataan tak berdasar Aluna.

"Lo masih bocah, jadi nggak tahu apa yang disimpan orang itu. Satu lagi, lo memiliki hubungan dengan keluarga pendiri sekolah aja, udah musibah. Bukan hanya untuk lo, tapi untuk yang lain juga," lanjut Aluna menegaskan fakta yang mana perempuan itu seperti bisa membaca apa yang akan terjadi kedepannya di mata Alice. 


Cuplikan pembicaraan dengan Aluna saat itu bergentayangan ketika bola mata Alice nan indah masih setia memperhatikan setiap inchi detail senapan yang tergeletak itu. 

"Kalo lo suka sama Azka, berarti lo secara yakin mengibarkan bendera perang bahwa lo siap bunuh siapapun demi tujuan lo."

Alice menggigit bibirnya keras hingga sedikit berdarah. Rasanya ia tidak ingin melakukan apa yang telah diperkirakan oleh Aluna. Ia tidak bisa membunuh seseorang ataupun melukainya, tapi nampaknya demi menyelamatkan orang - orang yang ia kasihi, Alice harus meredam nuraninya sendiri. 

Anna memperhatikan Alice yang mengambil senjata tersebut, tidak tahu apa yang akan perempuan itu lakukan. 

Dengan gerakan cepat, Alice menodongkan senjatanya ke arah belakang, tak lupa pelatuknya ia tarik sehingga sebuah peluru yang hampir mengincar bagian belakang kepalanya beradu dengan timah panas yang ia hasilkan, terpental entah kemana. 

Alice tak menemukan siapapun disana, bisa ia perkirakan bahwa ada seseorang yang bersembunyi dibalik kegelapan malam untuk menghabisi ssatu persatu nyawa yang tersisa. 

Elite of Highschool ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang