06: Lebih Dekat Lagi

130 4 0
                                    

Benny

Hardi membawa makanan untuk kami berdua, sementara Kenny akan datang malam ini untuk bertemu kami. Namun, aku melihat bahwa makanan yang dibawa Hardi kurang, maka aku memutuskan untuk memasak beberapa hidangan agar kami bisa makan bertiga.

Kami berdua pergi ke dapur, Hardi meletakkan makanan di atas meja makan sementara aku pergi ke kulkas untuk memeriksa bahan-bahan masakan yang tersedia.

"Sepertinya dagingnya cukup untuk tiga porsi. Semua bumbu sudah lengkap. Bawang bombai juga ada. Aku akan membuat tumisannya. Harap-harap cemas dia tidak datang terlalu cepat," gumamku.

Kemudian, aku mengambil semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat tumis daging sapi. Sementara itu, Hardi pergi ke kamar mandi karena dia merasa gerah setelah perjalanan yang panjang.

"Benny, aku pergi mandi dulu. Terlalu panas di luar," ujarnya.

"Oke. Aku akan mandi setelah selesai memasak," jawabku.

Hardi meninggalkan dapur dan aku memulai memasak. Aku yakin makanan yang akan aku buat akan enak sekali.

Beberapa menit kemudian, aku mencicipi tumisan daging sapi.

"Hmm... Sudah sempurna. Waktunya untuk menyajikannya," ujarku.

Akhirnya tumisan daging siap untuk disantap. Namun, Kenny masih belum datang. Mungkin dia masih sibuk di supermarket. Aku memutuskan untuk mengirim pesan singkat kepadanya.

"Kenny, apakah kamu akan datang ke rumah?"

Aku meletakan ponsel dan mengurus hal yang lain.

Sementara itu, Hardi telah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Aku membalikkan kepalaku dan melihat Hardi yang hanya mengenakan handuk putih menutupi tubuhnya yang atletik. Ini pertama kalinya aku melihatnya seperti itu, dan aku merasa iri.

"Mungkin karena ia sering berolahraga jadi badannya terlihat begitu bagus," pikirku.

Aku memutuskan untuk mengabaikan perasaan iri yang tidak sehat itu, karena aku tahu itu tidak benar. Aku harus fokus menikmati makanan enak bersama teman-temanku nanti. Namun, lamunanku terganggu saat Hardi tiba-tiba bertanya, "Ada apa?"

Aku merasa bingung dan tidak tahu harus berkata apa. "Errr... Tidak, aku hanya menanyakan apakah Kenny akan datang atau tidak. Dia belum membalas pesan," ujarku dengan gugup.

Hardi mengangguk, "Oke, tunggu saja. Mungkin dia akan membalas pesanmu nanti."

Kami berdua terdiam sejenak. Saat itu, aku merasa cemburu dengan tubuh atletik Hardi. Kenapa aku tidak rajin berolahraga seperti dia?

"Tidak apa-apa, Ben?" tanya Hardi dengan nada khawatir.

Aku mencoba tersenyum dan berbicara seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, ia sepertinya mengetahui perasaanku. "Aku mengerti, kamu iri dengan tubuhku, kan?" ungkapnya tiba-tiba.

Aku merasa semakin tidak nyaman dan tidak bisa menyembunyikan perasaan iriku. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi dan mengalihkan perhatian. "Aku merasa gerah karena memasak, aku ingin mandi sekarang," kataku sambil berjalan mantap menuju kamar mandi tanpa menoleh ke belakang.

Tiba-tiba Hardi memanggilku, "Benny, kalau kamu ingin punya tubuh yang bagus, kamu harus lari pagi. Jangan malu-malu!"

Aku merasa wajahku terbakar. Tanpa membalas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan berusaha untuk pura-pura tidak memikirkan apa-apa.

Aku menatap diriku sendiri di depan wastafel dan membayangkan bagaimana rasanya berlari pagi bersama Hardi dengan tubuh yang atletik seperti miliknya. "Melihat tubuhnya yang sehat dan kuat membuatku ingin punya tubuh seperti itu. Tapi, apakah aku bisa bangun pagi untuk berlari?" aku bertanya pada diriku sendiri.

Rumah di Balik PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang