Benny
Pagi telah tiba, tapi kepala aku masih terasa berat akibat usaha keras untuk bisa tidur semalam. Saat aku melirik ke sebelah, Kenny masih terlelap dengan nyenyaknya. Segera saja aku bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyegarkan diri.
Setelah itu, aku meraih ponsel aku yang terletak di atas meja di samping tempat tidur dan mengecek notifikasi terbaru. Di sana, aku menemukan satu pesan spam yang tidak berguna. Namun, aku juga menemukan satu panggilan tak terjawab dari Hardi. Aku segera membalas teleponnya, karena siapa tahu ada hal yang penting.
"Halo Hardi," sapaku begitu mengangkat telepon.
"Halo Benny. Apakah kamu mengalami masalah apa pun selama aku tidak ada di rumah?" tanya Hardi.
"Tidak ada. Aku di sini sepanjang hari bersama Kenny, sampai dia pergi tidur," jawabku.
"Bagus. Bagaimana dengan kaki kamu? Sudah nyaman belum?" tanya Hardi lagi.
"Belum sepenuhnya. Tapi aku sudah berusaha untuk berjalan di sekitar halaman agar terbiasa dengan keadaan ini," jelasku.
"Kamu harus terus berusaha menggunakan kaki kamu, Benny. Dengan begitu, kamu akan bisa kembali normal seperti sediakala," Hardi memberi nasihat.
"Tentu, aku pasti akan terus berusaha," jawabku mantap.
"Oh ya, Benny. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu titipkan? Seperti baju, celana, atau barang lainnya?" tawar Hardi.
"Ceritanya mau oleh-oleh?" tanyaku balik.
"Hahaha... Benar! Jadi kamu ingin apa?" balasnya dengan ceria.
Meskipun aku tidak tahu pasti apa yang aku inginkan, aku memutuskan untuk menitipkan baju saja.
"Baju saja deh. Aku belum tahu mau apa yang aku inginkan," jawabku.
"Baiklah, aku akan kembali dalam dua hari," ujar Hardi dengan penuh semangat.
"Iya, Hardi. Jaga diri baik-baik ya!" sahutku.
"Oke, Benny. Aku tutup teleponnya. Sampai jumpa lagi!" ucapnya riang.
"Sampai jumpa!" balasku seraya memutuskan panggilan telepon.
Setelah itu, aku pergi ke dapur untuk mempersiapkan makanan. Aku masih memiliki beberapa bahan masakan yang bisa dipakai, sehingga aku memutuskan untuk memasak ikan goreng dan sayur tumis. Sementara aku memasak, Kenny datang ke dapur untuk mengambil minuman.
"Selamat pagi, Kenny!" sapaku ramah.
"Pagi!" balasnya sambil tersenyum.
"Apa kamu sudah lapar?" tanyaku sambil melihatnya dari atas ke bawah.
"Iya, aku sudah lapar. Lagi masak apa?" tanya Kenny dengan antusias.
"Sayur tumis sama ikan goreng. Kalau sudah lapar, kamu bisa makan roti tawar dulu. Roti dan lainnya ada di meja," jawabku sambil menunjuk meja makan.
"Oke!" ucapnya sambil berjalan menuju meja makan.
Sementara Kenny mempersiapkan roti dan selainya, aku mulai menggoreng ikan. Aku memutuskan untuk tidak terlalu banyak memasak hari ini, karena stok bahan makanan yang ada di rumah sudah menipis. Aku juga tidak bisa pergi ke supermarket sendirian karena masih harus menggunakan kursi roda. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk pergi ke supermarket bersama Kenny.
***
Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku menemui Kenny yang sedang duduk di ruang tengah. Aku sangat penasaran dengan rencana Kenny terkait foto kakakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah di Balik Pohon
General Fiction🏠🌳 Di sebuah rumah terpencil jauh dari kota, terdapat dua lelaki yang tidak saling mengenal. Benny, pemilik lama rumah tersebut telah menjualnya kepada Hardi, namun Hardi memilih untuk membiarkan Benny tetap tinggal. Namun, di balik rahasia yang d...