17: Penemuan Tak Terduga

36 4 0
                                    

Benny

Hardi sudah bersiap-siap untuk pergi ke kota dalam rangka bertemu dengan kliennya. Saat dia sudah mendekati pintu rumah, aku teringat akan ruang arsitek yang selalu dia kunci. Aku langsung pergi menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Benny?" tanyanya heran.

"Apakah kamu sudah mengunci pintu ruang kerjamu?" tanyaku.

"Iya, sudah. Ada masalah apa?" jawabnya dengan penasaran.

"Aku ingin membersihkan ruangan itu, tetapi selalu terkunci," permintaanku dengan sedikit ragu-ragu karena mungkin dia akan menolaknya.

"Oh, begitu," katanya seraya merenung sejenak.

"Apakah kamu keberatan kalau aku masuk ke dalam, Hardi?" tanyaku lagi.

Dia kemudian mengecek kantong celananya. Sepertinya dia akan mengambil kunci dan membukakannya.

"Aku akan membukanya," katanya.

"Terima kasih, Hardi. Lebih baik kamu menggandakan kuncinya. Aku tahu kamu tidak ingin orang lain menyentuh pekerjaan kamu. Jadi, percayakan ke aku. Aku juga akan menguncinya ketika tidak ada orang di rumah," usulku.

"Sudah pasti aku percaya padamu. Baiklah, nanti aku akan menggandakan kuncinya untukmu. Kamu bisa pegang kuncinya untuk hari ini. Besok aku akan pergi untuk menggandakannya."

Hardi akhirnya memberikanku kunci pintu ruang arsitek.

"Terima kasih, Hardi!" ucapku.

"Oke, Ben. Jagalah dengan baik ya di dalam. Banyak barang berharga di situ," katanya memberikan peringatan.

"Tentu saja. Percayakan padaku!" jawabku dengan semangat.

"Aku akan pergi sekarang ya. Sampai jumpa!" katanya sambil meninggalkan rumah.

"Baiklah, Hardi! Hati-hati di jalan!" jawabku sambil melambaikan tangan kepadanya.

Akhirnya dia pergi ke kota dengan mobil kesayangannya. Aku yakin proyeknya akan berjalan dengan lancar. Aku jadi penasaran apa komentar klien itu mengenai gambar yang aku buat. Semoga klien itu menyukainya.

***

Hari ini adalah waktu yang tepat untuk membersihkan seluruh rumah agar tetap nyaman dan rapi. Aku memulainya dari kamar sendiri. Meskipun tidak banyak yang harus diatur, namun debu-debu yang menempel di tempat-tempat tertentu harus dibersihkan agar bersih dan segar. Kemudian, aku pergi ke kamar Hardi. Sayangnya, ia suka mengunci kamarnya dan aku lupa meminta kuncinya.

Aku melanjutkan ke dapur dan ruang makan. Ada banyak barang yang perlu diatur dan diatur dengan rapi. Aku membersihkan meja makan dan dapur agar minyak terangkat dan bersih kembali. Selain itu, aku memisahkan sampah yang harus didaur ulang dari yang harus dibuang. Setelah itu, aku pergi ke ruang keluarga untuk membersihkan debu-debu di bawah meja dan kursi. Televisi juga terkena debu, sehingga aku membersihkannya. Aku juga menata kembali foto-foto yang terpajang di dinding, bantal sofa, serta tanaman-tanaman dalam ruangan.

Tiba-tiba, aku mendengar suara ketukan pintu dan ternyata itu Kenny. Aku segera menuju pintu depan dan membukanya untuk memeriksa.

"Halo, Kenny. Apa kabar?" aku menyapanya.

"Apakah kamu sedang sibuk?" tanyanya.

"Tidak terlalu. Aku sedang membersihkan rumah. Ayo masuk saja," ajakku sambil membukakan pintu.

Setelah dia masuk, aku membawanya ke ruang tamu dan kami duduk bersama.

"Ada keperluan apa, Ken?" tanyaku.

Rumah di Balik PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang