16: Berlari Menyongsong Fajar

34 4 0
                                    

Hardi

Selama tiga hari terakhir, aku memfokuskan diri untuk mengerjakan cetak biru rumah salah satu klien. Aku tidak bekerja sendirian, Benny membantu menemukan ide-ide menarik untuk rumah tersebut. Malam ini, aku akan mengirimkan gambarnya melalui email sebelum pergi ke tempat yang telah kami rencanakan besok.

Saat matahari mulai tenggelam, aku berada di ruang arsitek untuk membersihkan semua peralatan kerjaku sendiri. Benny memiliki kesibukan sendiri, jadi aku tidak ingin merepotkannya. Aku merapikan alat tulis dan beberapa gulungan kertas ke tempat yang telah ditentukan dan menaruh kembali buku-buku ke dalam lemari buku.

Setelah ruangan rapi, aku mengambil tempat duduk di dekat jendela. Sambil memperhatikan langit yang mulai gelap, perasaanku menjadi tenang. Tidak ada kekacauan atau kegelisahan, semuanya terasa tenang.

Tiba-tiba, ada suara ketukan pintu. Pintu terbuka dan Benny masuk ke dalam ruangan, berdiri di depan pintu.

"Hardi, kapan kamu mandi? Aku akan mempersiapkan masakannya ketika kamu sudah mulai mandi!" tanya Benny.

"Baik, Ben. Aku akan mandi sebentar lagi," jawabku.

"Oke, Hardi," kata Benny sambil meninggalkan ruangan tanpa menutup pintu.

Aku meninggalkan ruangan juga, mematikan lampu dan menutup pintu. Seperti biasa, aku mengunci pintu karena masih mencari sesuatu, entah itu buku, kertas, ataupun lainnya yang mungkin saja itu berhubungan dengan rumah tersebut dan tidak ingin Benny melihat-lihat.

***

Setelah makan malam, aku meninggalkan Benny di ruang makan dan kembali ke ruang arsitek. Sesuai rencana, aku akan mengirimkan cetak biru desain rumah tinggal klien aku lewat email. Semoga saja klien tidak menuntut banyak, sehingga pekerjaan ini bisa langsung dikerjakan oleh para pekerja bangunan.

Aku menyalakan laptop dan mulai menulis email. Setelah itu, aku mencari berkas gambar cetak biru yang sudah dikerjakan ulang lewat laptop. Aku tidak lupa melampirkan hasil render 3D agar klien bisa melihat dengan jelas perkiraan hasil jadinya nanti. Setelah semuanya sudah siap, akhirnya aku mengeklik tombol kirim. Lalu, aku menutup laptopku karena email akan masuk melalui ponsel. Jadi, aku tidak perlu membuka laptop lagi.

Karena sudah tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan malam ini, aku pergi ke lemari buku untuk mencari buku yang cocok untuk dibaca malam ini. Aku menemukan sebuah buku yang menarik tentang cara menata rumah dengan baik dan memanfaatkan ruang di mana saja sehingga terlihat rapi. Penulis dari Jepang memberikan petunjuk praktis yang sangat menarik dan mudah dipahami.

Aku melihat banyak sekali buku yang tersimpan di sini, baik itu buku lama maupun baru yang diterbitkan beberapa tahun lalu. Aku yakin Pak Bos tidak pernah membuka ruangan ini sejak Benny tinggal di sini. Aku juga merasa ada sesuatu yang disembunyikan Pak Bos. Aku tidak tahu apakah aku akan menemukan 'hal' tersebut di sini, tapi aku menemukan kunci pintu yang membuatku curiga. Sayangnya, aku tidak menemukan petunjuk apa pun yang mengarah ke 'hal' itu.

Aku berniat membawa buku yang telah aku ambil ke kamar untuk membaca dengan nyaman. Dengan begitu, aku segera meninggalkan ruangan tersebut dan mengunci pintunya. Namun, tiba-tiba saja Benny muncul dari arah ruang keluarga dan menghentikan langkahku saat aku sedang mengunci pintu.

"Hardi, mau ke mana?" tanyanya penasaran.

"Aku ingin membaca buku ini di kamar," jawabku sambil memperlihatkan buku yang kuambil kepadanya.

"Oh, bukunya menarik. Novel ya?" tanyanya lagi.

"Tidak, buku ini lebih seperti tutorial," jawabku.

Benny tampak tertarik dan meminta untuk melihat buku tersebut. Aku membiarkan dia memeriksa buku itu, dan sepertinya dia juga menyukainya.

Rumah di Balik PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang